Komunikasi Kunci Kepercayaan

Dero Iqbal Mahendra
20/6/2016 04:30
Komunikasi Kunci Kepercayaan
(MI/ATET DWI PRAMADIA)

SEDERHANA dan low profile merupakan dua hal yang dapat kita kesankan dari seorang Presiden Direktur BASF Indonesia CP Chan.

Anda mungkin tidak akan menyangka di balik tampilan dan nada bicaranya yang sederhana, Chan sudah menjalani hidup dengan penuh warna sejak masa mudanya higga saat ini.

"Never judge a book from its cover, Anda baru akan mengenal seseorang lebih baik dengan berkomunikasi seiring dengan waktu. Anda akan menemukan dimensi lain dari orang tersebut terlepas dari kapasitasnya saat itu," ujar Chan saat ditemui di kantornya di Cengkareng Jakarta, Senin (13/6).

Dia sendiri rupanya memiliki suatu prinsip hidup yang sangat menarik, yakni selalu memberikan nilai lebih terhadap orang sekitar dan juga lingkungannya.

Hal tersebut yang selama ini dilakukannya jauh sebelum dia menggeluti dunia industri kimia.

Chan bercerita bahwa dia memulai karier dari tingkatan paling dasar, yakni sebagai seorang salesman.

Chan juga menyadari bahwa dunia kimia yang digelutinya bukanlah dunia yang memang banyak diminati sebagai sebuah pekerjaan.

Tetapi, dia meyakini bahwa segala sesuatunya lebih kepada tujuan hidup.

"Kualifikasi saya memang ada di kimia, tetapi itu tidak hanya mengenai kimia dan juga bahan kimia, tetapi lebih kepada apa tujuan dalam hidup. Jika kita tidak bisa memberikan nilai, pekerjaan yang saya lakukan tidak akan berarti, sehingga saya ingin memberikan suatu nilai baik kepada perusahaan yang mempekerjakan saya, tetapi juga memberikan nilai kepada orang orang yang berinteraksi dengan kita," terang Chan.

Hal itu juga yang menjadi perhatiannya terhadap masyarakat di sekitar pabrik.

Sebab, sering kali masyarakat merasa khawatir dengan berdirinya pabrik kimia dekat dengan lingkungan mereka.

Akan tetapi dengan berkomunikasi dan memberikan nilai lebih kepada lingkungan, Chan meyakini akan tercipta suatu hubungan yang saling menguntungkan dan rasa saling percaya.

"Nilai dari hubungan tersebut tidak bisa dihargai dengan label harga dan keuntungan. Jika bisa menciptakan nilai tersebut, saya akan sangat senang dan menunjukkan bahwa saya melakukan pekerjaan yang baik," ungkap pria yang senang makanan pedas ini.

Chan mengakui bahwa ketertarikannya terhadap ilmu kimia memang sudah terlihat sejak dirinya masih di bangku sekolah.

Diaa bisa memahami pelajaran kimia dengan sangat baik sehingga mendorongnya untuk menekuni ilmu tersebut hingga ke bangku kuliah.

Namun, Chan menyadari bahwa pilihan yang bisa dilakukan dengan gelar sarjana ilmu kimia sangat terbatas.

Salah satu pilihannya tentu bekerja di laboratorium dan pilihan lainnya ialah menekuni hingga menjadi seorang akademisi.

Namun, dengan situasi ekonomi saat itu, Chan lebih memilih untuk bisa langsung mencari penghasilan.

"Berasal dari lingkungan keluarga dengan ekonomi pada saat itu, yang terlintas di kepala saya ialah begitu mendapatkan gelar, pertama langsung mencari kerja agar mendapatkan penghasilan. Keluarga tentu membutuhkan uang. Jadi itu adalah alasan mengapa saya langsung bekerja," kenang Chan.

Namun, pada akhirnya dia tidak bekerja di laboratorium maupun sebagai pengajar.

Berdasarkan rekomendasi dari gurunya, Chan pun dapat bekerja di perusahaan kimia di bagian penjualan.

Dirinya memulai karier di perusahaan Henkel Chemicals Malaysia.

Karier mulai dari nol

Chan mengenang bahwa seumur hidupnya memang hanya bekerja di perusahaan kimia.

Meski terkesan sudah beberapa kali pindah perusahaan, pada prinsipnya Chan hanya bekerja pada perusahaan yang sama.

Hanya berbeda nama dan legal perusahaannya.

"Saya memulai karier di Hankel Chemicals Malaysia yang merupakan bagian dari perusahaan Jerman. Perusahaan itu lalu mendivestasikan divisi kimianya menjadi perusahan baru yakni Cognis, dan dibeli sebuah perusahaan investasi keuangan selama 10 tahun untuk diefisiensikan serta digandakan keuntungannya. Kemudian perusahaan tersebut dijual kepada BASF," jelasnya.

Chan mengaku sudah bekerja di Bangkok, Thailand sejak 1998.

Sebelum menuju ke Thailand, ia memulai karier sebagai seorang salesman kimia ketika di Malaysia.

Menurut Cahn, hingga kini ia sudah mempunyai pengalaman di bidang penjualan, produksi, marketing, dan akhirnya kembali ke bagian penjualan.

Hampir di seluruh karier yang ditekuni, ia hanya bergerak di satu industri yakni di industri home and personal care.

Namun, saat ditugasi di Indonesia, Chan sadar BASF Indonesia memiliki portofolio yang sangat jauh berbeda dengan pengalamannya selama ini.

"Jadi meski saya bekerja di industri kimia, diversifikasi industrinya sangat luas dan menjadikan saya banyak mempelajari hal-hal baru," terang ayah yang memiliki dua anak tersebut.

Chan mengakui baru mulai bekerja di Indonesia sejak 2013 silam untuk memimpin BASF di Indonesia.

Menurutnya, bekerja di Indonesia sangat menyenangkan, terutama dengan kualitas pekerjanya yang menurutnya sangat ingin belajar dan bekerja keras.

Ia menilai, berdasarkan pengalamannya bekerja Indonesia, pekerja Indonesia sangat mau bekerja sama dan memiliki sikap yang tulus. Ini yang menjadi nilai tambah tersendiri.

"Meski dalam beberapa tahun terakhir situasi di Indonesia bukan situasi yang terbaik, bekerja di Indonesia tetap menjadi suatu hal yang menyenangkan. Selain itu, bila pemerintah konsisten dengan arah kebijakannya, ekonomi Indonesia akan dapat berkembang," terang Chan.

Chan sendiri mengaku sudah mengunjungi banyak wilayah Indonesia mulai dari Pulau Sumatra hingga ke Papua.

"Saya juga pernah di Sulawesi, Manado, Makassar, Bali, Lombok, Kalimantan, dan Balikpapan."

Dalam perjalanannya tersebut, Chan banyak menemui berbagai kalangan masyarakat, salah satunya dengan kalangan petani.

Petani, menurut Chan, ialah kelompok masyarakat yang sederhana dan sangat terbuka dengan orang lain.

Chan memiliki pengalaman dengan petani begitu pertama kali tiba di Indonesia langsung ke Lampung untuk meninjau lahan padi dan juga jagung.

"Selama 2 hari di sana, saya mengobservasi pekerjaan para petani dan berdialog dengan mereka. Perusahaan memiliki sekolah lapangan dan bahkan kami sempat makan siang bersama di bawah terik matahari," kenangnya.

Meski sudah berpergian ke berbagai tempat, tetapi Chan mengaku masih penasaran dengan beberapa tempat.

Misalnya, Pulau Komodo di NTT dan juga Danau Toba di Sumatra Utara.

"Di semua tempat yang saya kunjungi, saya selalu mendapati keramahan yang sangat nyata dari orang Indonesia. Orang indonesia sangat ingin menolong orang lain dan tidak selalu berpikir bagaimana bisa mendapatkan keuntungan dari orang lain. Ini menjadi semangat dari budaya Indonesia," ujar Chan.

Atlet dan militer

Sebelum dirinya bergelut dengan dunia kimia, rupanya Chan pernah menjadi seorang atlet renang yang cukup aktif di masa mudanya.

Ketika kuliah, Chan melanjutkan ke cabang olahraga lainnya, yakni polo air.

Dari cabang olahraga tersebut, dia mampu menjadi representasi dari Malaysia dan berlaga di SEA Games 1977 dan 1979.

"Ya saya pernah bermain di SEA Games sebanyak 2 kali dan mendapatkan medali dari kedua event tersebut," kenang Chan.

Meski begitu, dia pada akhirnya memutuskan untuk pensiun di tahun akhir kuliahnya pada usia 22 tahun.

Hal tersebut dilakukannya agar bisa mencari pekerjaan dengan jenjang karier.

Selain menjadi atlet, Chan juga hampir masuk akademi militer Malaysia, RMC.

Padahal menurutnya, untuk diterima di pendidikan tersebut harus memiliki kemampuan akademik dan atletik yang sama bagusnya.

"Semua teman saya tidak ada yang lulus, tetapi saya ditawari untuk masuk. Jika saya ambil kesempatan itu, mungkin saat ini saya tidak berada di sini, tetapi menjadi seorang politikus," ujarnya sambil tertawa.

Berencana pensiun

Dengan usia yang sudah mendekati usia pensiun, Chan menyadari bahwa waktunya akan tiba untuk menutup karier di usia 60 pada tahun depan.

Dia mengungkapkan bahwa perpanjangan masa kerja sudah tidak diperlukan, tetapi masih membuka opsi hingga tahun depan.

Chan berencana untuk kembali ke Malaysia saat pensiun nanti beserta istrinya, sedangkan kedua anaknya sedang meniti karier di luar negeri saat ini.

Putranya saat ini sedang bekerja di Jerman sudah 6 tahun dan sang putri baru mendapatkan gelar kedokteran di Australia.

"Bahkan istri saya mengatakan bahwa sudah saatnya bagi saya untuk belajar memasak sendiri. Sebab, saya tidak pernah belajar untuk memasak dan kami terbiasa memesan makanan," ujar dia sambil terkekeh. (E-3)

BIODATA

Nama : CP Chan

Tempat kelahiran : Malaysia

Pendidikan :

- Masters in Buisines and Administration (MBA), di Heriot Watt University, Edinburgh, United Kingdom (1996)

- Diploma Marketing Chartered Institute of Marketing, United Kingdom (1986)

- Sarjana Sience Universitas Malaya (1980)

Karier :

Des 2014 - PT BASF Indonesia, PT BASF Care Chemicals Indonesia, Managing Director - BASF Philippines, Inc Member of the Board of Directors

Jan 2013 - PT BASF Indonesia, PT BASF Care Chemicals Indonesia, Managing Director

Jan 2011 - BASF (Thai) Ltd Vice President, Care Chemicals ASEAN & South Asia

Jul 2004 - Cognis Thai Ltd Legal Representative/Managing Director (concurrent with the position of Vice President, Care Chemicals Asia Pacific)

Jan 2004 - Cognis Thai Ltd Vice President, Care Chemicals Asia Pacific

Okt 1998 - Cognis Thai Ltd Marketing Director, Oleochemicals, Care Chemicals and Nutrition & Health

Jan 1998 - Henkel Asia Pacific, Regional Manager, Business Development, Chemicals Division

Jan 1995 - Henkel Asia Pacific Regional Marketing Manager, Care Chemicals Division

Jan 1992 - Henkel Oleochemicals Malaysia Marketing Manager, Fatty Alcohols

Feb 1986 - Henkel Chemicals Malaysia Marketing Manager, Cosmetics & Pharmaceuticals



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya