Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
MASJID Istiqlal di kawasan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, bisa dibilang menjadi simbol umat Islam Indonesia.
Dengan menyandang predikat masjid terbesar di Ibu Kota sekaligus Asia Tenggara, berbagai aktivitas kerohanian dan nonkerohanian dapat dilakukan di sana.
"Saya punya obsesi, Istiqlal menjadi masjid perekat bangsa, tidak dimonopoli kalangan atau mazhab mana pun. Silakan saudara kita dari NU, Muhammadiyah, dan kalangan lainnya menjadikan Istiqlal masjid kita bersama. Silakan beribadah di sini," kata mantan Wakil Menteri Agama RI itu di Jakarta.
Nasaruddin Umar ialah sosok yang tidak asing lagi di kalangan umat Islam.
Sebagai pendiri Yayasan Paramadina bersama Nurcholis Madjid (alm), Prof KH Nasaruddin Umar oleh pemerintah diangkat untuk menggantikan KH Ali Mustafa Yaqub (alm) sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, belum lama ini.
Dengan mengenakan baju koko, celana, dan peci serbaputih, Guru Besar UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta, itu, kepada Media Indonesia, menuturkan bercermin dari kisah Masjid Nabawi di Madinah di zaman Nabi Muhammad SAW, masjid seharusnya memunyai banyak fungsi baik itu spiritual maupun sosial, termasuk seni dan kebudayaan.
"Masjid Nabawi berfungsi mulai dari sebagai rumah sakit, 'rumah tahanan' Perang Badar, hingga menjadi tempat pengadilan sehingga tidak ada suap dan kebohongan di rumah Allah manakala pengambilan keputusan perkara ditegakkan," ujarnya.
Masjid Nabawi pun menjadi tempat pertemuan lintas agama.
Nasaruddin juga mengisahkan bahwa Nabawi pernah kedatangan tamu rombongan nonmuslim bersilaturahim dan nabi menyambutnya dengan terbuka.
Bahkan rombongan dipersilakan mengerjakan kebaktian di halaman sekitar masjid ketika tiba waktu ibadah mereka.
Sebagai akademisi, Nasaruddin juga punya obsesi Istiqlal menjadi semacam madrasah sehingga diramaikan dengan kajian-kajian intelektual yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Untuk itu, Nasaruddin menyatakan ia siap dikritik masyarakat. Dia pun memeloporinya dengan membuka kotak saran di masjid dan mempersilakan masyarakat memberi masukan tanpa rasa takut.
"Sebagai Imam Besar, saya juga tetap bisa ditegur," tegasnya.
Dari sini, Masjid Istiqlal dia harapkan mampu menjembatani hubungan antara ulama dan umara, antara pemerintah dan masyarakat, termasuk kelompok-kelompok yang berbeda aliran.
Siapa pun yang ke Istiqlal akan merasa damai dan saling membangun kebaikan.
Karena sudah dianggap simbol umat Islam Indonesia, sering kali tamu negara mengunjungi Istiqlal, seperti delegasi dari negara Skandinavia pada Jumat (9/6).
Untuk menghormatinya, Nasaruddin menyediakan balkon khusus untuk tamunya yang hendak menyaksikan khotbah Jumat yang disiapkan dalam dua bahasa, yakni Indonesia dan Inggris.
"Kebetulan temanya Demokrasi dan HAM. Kami tunjukkan Islam itu moderat, tidak beraliran keras, dan bukan teroris," pungkas Nasaruddin.
Dengan demikian, Istiqlal tidak sekadar trendsetter di Indonesia, kelak diharapkan menjadi trendsetter di dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved