Beri Ruang Pendidikan Toleransi

Putri Rosmalia Octaviyani
15/6/2016 09:31
Beri Ruang Pendidikan Toleransi
()

LUNTURNYA nilai-nilai toleransi saat ini dianggap sebagai dampak dari belum maksimalnya peran pendidikan dalam memupuk pemahaman nilai keberagaman yang ada di Indonesia.

"Saat ini bisa dilihat di mana-mana bahwa pola pendidikan yang ada di Indonesia masih banyak berkutat pada soal nilai yang golnya ialah ujian," ungkap Direktur Eksekutif Ma’arif Institute, Fajar Riza, dalam diskusi dan peluncuran buku Pendidikan Interreligius, di kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, kemarin.

Fajar mengungkapkan dibutuhkan pola pendidikan yang menjadikan guru dapat berperan secara kolaboratif dengan siswa dalam memberikan pemahaman berbagai nilai, termasuk pentingnya toleransi beragama.

"Dengan begitu, ada kecenderungan siswa jarang berinteraksi dengan lintas agama karena tingkat toleransinya kurang," kata Fajar.

Selain itu, dukungan berupa modul atau sarana pendukung penerapan nilai tersebut juga menjadi hal yang wajib didukung pemerintah.

Kasubdit Kurikulum dan Evaluasi Pendidikan Madrasah, Kemenag RI, Syafii mengatakan masalah intoleransi memang menjadi hal yang selalu terjadi di masyarakat, termasuk pada pelajar.

Penanaman nilai keberagaman dan toleransi antarumat beragama sebenarnya telah terkandung dalam berbagai mata pelajaran yang diterapkan di sekolah.

"Memang dibutuhkan tambahan agar tidak sebatas materi di buku ajar yang umumnya hanya berbentuk narasi dan kurang variatif. Di Madrasah, pemberian materi keagamaan memang telah banyak, tetapi juga akan lebih diberikan ruang untuk mencegah intoleransi," ungkap Syafii.

Syafii menjelaskan upaya tersebut akan dilakukan dengan lebih maksimal. Di Madrasah, upaya telah dilakukan dengan melibatkan seluruh elemen sekolah. "Meskipun masih banyak keterbatasan, itu terus ditingkatkan," tutup Syafii.

Sikap saling toleran
Buku Pendidikan Interreligius berisi kerukunan antaragama. "Buku ini untuk pemahaman antarumat beragama sebagai sumber pembelajaran untuk berbagai kalangan," kata seorang anggota tim penulis, Sartana, di kesempatan yang sama.

Pembuatan buku, kata Sartana, merupakan respons dari perkembangan dunia yang semakin dinamis dengan keragaman suku, agama, dan ras. Keragaman tersebut terkadang menjadi sebab perselisihan, bahkan sampai berdarah.

Pendidikan Interreligius, lanjut dia, merupakan model pendidikan yang tidak hanya berbicara tentang satu agama secara tertutup, tetapi juga mempertemukan nilai kebaikan tradisi Indonesia yang terbuka terhadap perbedaan. Tujuannya ialah menciptakan sikap saling mengerti dan toleransi antaragama.

Menurut dia, sumber belajar dari buku tersebut membedakan pendidikan multikulturalisme dan pendidikan perdamaian karena melibatkan konten ajaran agama. Di dalamnya terdapat penjabaran Bineka Tunggal Ika, Pancasila, ajaran Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu, serta agama leluhur Nusantara yang diwakili Sunda Wiwitan dan Kaharingan.

Pendidikan Interreligius ditujukan bahan pengayaan pendidikan agama, yaitu untuk tingkat SMA, perguruan tinggi, dan sektor pendidikan nonformal. (Ant/H-2)

putri@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya