Mencetak Laba selepas Badai

The Associated Press
13/6/2016 00:30
Mencetak Laba selepas Badai
(AP/VINCENT THIAN)

PASCATRAGEDI hilangnya pesawat MH370 dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing pada 8 Meret 2014 dan meledaknya pesawat MH17 di wilayah timur Ukraina pada 17 Juli 2014, Malaysia Airlines terus berbenah dari keterpurukan.

CEO Malaysia Airlines Christoph Mueller mengatakan, pada awal April lalu perusahaan berhasil membukukan laba di bulan Februari 2016.

Laba tersebut merupakan hasil positif bulanan pertama mereka selama beberapa tahun belakangan ini.

Hal itu juga menjadi modal bagi maskapai negeri jiran itu untuk kembali berkinerja positif di 2018.

Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press, Mueller memberikan analogi, "(Malaysia Airlines) itu ibarat kapal yang memiliki banyak kebocoran. Namun, dengan keuntungan bulanan yang diraih, itu tanda perusahaan berada di jalur yang benar."

Dia mengatakan peningkatan pendapatan perusahaan dan penurunan biaya didukung oleh harga bahan bakar avtur yang rendah.

Bencana beruntun pada 2014 termasuk hilangnya pesawat MH370 dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing memukul reputasi maskapai.

Akan tetapi, Mueller menilai masalah utama maskapai ialah jaringan rute penerbangan yang tidak berkelanjutan, biaya operasi yang tinggi, dan sistem teknologi informasi yang sudah kuno.

"Target kami ialah untuk mencapai titik impas pada 2018," kata Mueller, seorang veteran yang direkrut tahun lalu dalam program perbaikan (overhaul) yang memakan biaya US$1,5 miliar, termasuk rasionalisasi 6.000 tenaga kerja dan penutupan rute yang merugikan.

"Untuk perusahaan yang kehilangan M$2 miliar (sekitar US$511 juta) tahun lalu. Jika Anda mampu memecahkan (masalah) keuangan untuk satu bulan atau lebih, itu berarti kesenjangan keuangan antara pendapatan dan biaya telah ditutup secara signifikan dan itu ialah kabar baik yang memberi tahu kita bahwa kita berada di lintasan yang tepat," katanya.

Fokus di Asia

Sebelum bencana, maskapai nasional sedang sakit dari salah urus manajemen itu terbebani dengan setidaknya kerugian US$1,7 miliar kerugian sejak 2011.

Perusahaan makin terhuyung setelah pesawat MH370 menghilang Maret 2014 dengan 239 orang di dalamnya dan kedua Boeing 777 MH17 yang membawa 298 orang ditembak jatuh di atas Ukraina beberapa bulan kemudian.

Perusahaan ini telah dihapus dari bursa Malaysia pada tahun yang sama dengan pemerintah memompa di M$6 miliar (US$1,5 miliar) di bawah restrukturisasi radikal.

Pada bulan Desember, Malaysia Airlines meluncurkan aliansi dengan Emirates yang memungkinkan untuk maskapai itu memperluas setidaknya 70 dari rute global dan Timur Tengah sehingga perusahaan dapat fokus pada Asia.

Satu-satunya rute jarak jauh yang tetap dipertahankan perusahaan ialah untuk London.

Mueller menyebut aliansi itu sebagai win-win solution untuk perusahaan.

Dia mengatakan Malaysia Airlines tidak menyusut, tetapi telah menambahkan banyak tujuan baru ke jaringan melalui kemitraan Emirates.

Dia mengatakan perusahaan berfokus pada Asia, pasar terkuat untuk perjalanan udara internasional sehingga dapat meninggalkan 'jejak kaki yang kuat' di wilayah tersebut.

"Ambisi Malaysia Airlines ialah tumbuh lagi ketika kita mampu menciptakan pertumbuhan (kinerja)," katanya.

"Jika (rute-rute penerbangan) tumbuh, tetapi merugikan maskapai, Anda hanya meningkatkan kerugian."

Mueller mengatakan armada maskapai saat ini terdiri atas 15 pesawat Airbus A330-300, 6 superjumbo A380 dan 54 Boeing 737-800.

Dia mengatakan empat jet A350-900 baru akan dikirimkan pada 2018 dan maskapai kemungkinan akan phase out A380 pada waktu itu.

Pesawat A380 yang saat ini digunakan perusahaan untuk rute London.

Maskapai itu, kata dia, sudah mengandangkan 17 Boeing 777 setelah bencana yang melibatkan pesawat-pesawat itu di 2014.

Saat ditanya apakah pengandangan pesawat-pesawat itu untuk menghapus stigma yang terkait dengan tragedi.

Mueller mengatakan tidak digunakannya lagi Boeing 777 karena pesawat tertua di armada maskapai, rata-rata 16 1/2 tahun, dan bahan bakar paling efisien.

Mueller mengakui bahwa itu akan menjadi buruk bagi Malaysia Airlines dan industri jika pesawat 370 masih masih misteri.

"Sebuah pesawat selamanya hilang tentu saja merupakan beban berat bagi industri secara keseluruhan," katanya.

Pencarian sedang berlangsung di Samudra Hindia Selatan, yakni ahli penerbangan percaya pesawat jatuh setelah menyimpang dari jalur penerbangan aslinya, baru menemukan sedikit dari sisa-sisa puing pesawat.

Bagian sayap ditemukan tahun lalu di Pulau Reunion di Samudra Hindia barat.

Baru-baru ini puing-puing lainnya ditemukan di Mozambik dan bagian lain dari Afrika dan kini sedang diperiksa.

Peremajaan bisnis

Mueller mengatakan maskapai yang dipimpinnya itu sebelumnya terlihat 'lelah' dan tidak menarik bagi wisatawan muda.

Untuk itu, dirinya perlu meremajakan bisnis penerbangan yang dipimpinnya itu dengan melakukan perusabahan-perubahan termasuk memperkenalkan kelas bisnis baru dengan tempat tidur (lie-flat), menu makanan baru dan perangkat wifi.

Pihaknya juga berencana menggunakan lounge bandara untuk produktivitas maskapai.

Untuk menghemat biaya, Mueller mengatakan ia telah mengurangi jumlah pemasok dari lebih dari sebelumnya 20.000 menjadi sekitar 4.900.

Ia menargetkan untuk bisa mengurangi mengurangi jumlahnya hingga menjadi 2.000.

Setahun setelah mengambil alih pekerjaan, Mueller mengatakan telah bekerja keras memotong melalui budaya perusahaan dari perusahaan milik negara di terlalu banyak memberikan fasilitas berlebih untuk para pejabat dan karyawan.

Ia pun mengaku telah membina lingkungan kerja yang lebih terbuka, yakni hierarki dan birokrasi sedang dihapus secara perlahan dihapus.

Pengusaha didorong untuk berkomunikasi lebih bebas satu sama lain dan bekerja sebagai sebuah tim.

Sementara masih ada beberapa ketidakbahagiaan di antara staf.

"Kami memiliki 220 proyek. Saya tidak bisa memilih satu dan mengatakan ini ialah salah satu yang akan menyelamatkan maskapai. Kami harus memperbaiki dalam banyak kasus," kata Mueller.

"Masalah terbesar saya ialah bahwa hari hanya memiliki 24 jam dan seminggu hanya memiliki tujuh hari." (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya