Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
LAIN ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya.
Ungkapan itu digunakan untuk menunjukkan keragaman kebiasaan dan adat istiadat suku bangsa itu sering sulit dipahami seseorang yang berasal dari masyarakat yang serbahomogen.
Namun, bila meniliknya dengan pandangan terbuka, serba-serbi budaya itu justru bisa memunculkan peluang menciptakan produk, layanan hingga pasar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut.
Setidaknya itulah pemahaman Ralf von Baer, President Director of PT Robert Bosch Indonesia. Pria berkebangsaan Jerman itu mengaku masih sering terkaget-kaget dengan spontanitas orang Indonesia.
"Saya tidak punya rencana akan kedatangan enam orang tamu di sini. Jika di Jerman, ini pasti sudah menjadi masalah. Tapi di sini tidak, karena lebih santai, selama punya cukup air dan kopi semua jadi senang," ungkapnya saat ditemui Media Indonesia di kediamannya, pekan lalu.
Sembari menunggu pembuatan kopi espresso dari mesin kopi, Von Baer yang mengenakan jas berwarna gelap mengatakan budaya Jerman memang berbeda jauh dengan Indonesia.
Di Jerman, imbuhnya, urusan ketepatan, perencanaan, dan akurasi merupakan hal mutlak dalam menjalani kehidupan.
Salah satu contohnya, dalam menerapkan jam kerja. Orang Jerman tidak akan mau diganggu di luar jam kerja mengenai pekerjaannya.
"Kalau di sini ada kerjaan jam delapan atau sembilan malam kita masih bisa hubungi siapa pun, direspons cepat. Kalau di Jerman, telepon selulernya sudah mati," tambah Von Baer sembari tertawa.
Indonesia dikemukakannya lebih harmonis, kooperatif, dan tidak begitu banyak konflik serta dengan cepat menemukan solusi di situasi tidak terduga.
Orientasi pemahaman terhadap adat itu pula yang membuat Bosch Indonesia, sebagai perusahaan yang menyediakan berbagai macam produk teknologi dan solusi, memiliki budaya kerja yang berbeda dengan perusahaan induk Group Bosch.
Von Baer yang berasal dari Jerman mesti melakukan adaptasi dengan para pekerjanya yang berasal dari Indonesia.
Lulusan fakultas kedokteran salah satu universitas di Jerman ini mengaku menikmati perbedaan budaya yang ada dan menyiasatinya dengan menjalankan keduanya secara seimbang.
"Saya suka kerja di kedua budaya itu. Di satu sisi, saya mencoba menerjemahkan apa yang diinginkan dari Jerman ke Indonesia, di sisi lain berusaha menjelaskan juga ke Jerman untuk beberapa hal yang tidak bisa mendapat ekspektasi lebih jika diterapkan di Indonesia, balancing," jelasnya.
Belajar sensitif dengan budaya dari berbagai aktivitas menarik lalu menyeimbangkannya menjadi tantangan sendiri bagi Bosch Indonesia.
Akan tetapi, dengan gaya kepemimpinan generalis yang dianutnya, belajar mengenai berbagai hal merupakan hal yang menarik bagi Von Baer.
"Sedikit-sedikit bisa di segala hal, kita butuh perubahan, melompat dari yang sudah dimiliki," imbuhnya.
Jangan heran, dengan bekal disiplin yang jelas dari pendidikannya terdahulu, Von Baer selalu berusaha memahami timnya sambil memberi kebebasan dalam batas tertentu agar independen dan termotivasi berkarya.
Oleh sebab itu pula, Bosch Indonesia, walau fokus pada bisnis di sektor mobility solutions, consumer goods, industrial technology, dan energy and building technology, tetap merasa penting mempelajari budaya sebelum benar-benar mengeluarkan produk.
Sejauh ini, Bosch Indonesia telah mengeluarkan produk-produk automotive aftermarket, power tools and household appliances, drive and control technology and packaging technology serta thermotechnology dan security system.
Produk berbasis internet
Namun, Von Baer mengakui, dalam dua hingga tiga tahun terakhir, Bosch sedang fokus mengembangkan internet of things (IoT) dalam penggunaan home appliances.
Dengan uji coba untuk peralatan di tempat tinggalnya, ia bisa mengendalikan penggunaan berbagai peralatan elektronik dari jauh lewat ponsel pintar.
"IoT benar-benar soal things talking to other things, dengan 75% ponsel pintar yang sudah memiliki sensor yang sangat baik dan murah, dunia jasa akan didukung sepenuhnya oleh teknologi," kata Von Baer.
IoT menjadi salah satu produk yang akan menjadi solusi di masa yang akan datang.
Khusus Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan berbeda struktur, setiap daerah memang masih perlu kajian mendalam.
Bosch Indonesia memerlukan pendekatan dan sosialisasi berbeda karena ada kebutuhan yang mesti diadaptasi sangat spesifik dan lokal ke masyarakat Indonesia.
"Banyak spesifikasi dari hal-hal yang sulit dipahami orang asing jadi identifikasi permintaan produk masih diperlukan di Indonesia."
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia, Bosch sudah cukup mampu memahami kebutuhan yang ada seperti yang sedang dikembangkan saat ini, yakni heating system.
Penetrasi tinggi akan produk heating system ditemukan di Tiongkok dan akan bertumbuh perlahan di negara-negara lain dalam dua tahun mendatang.
Produk yang baru dikenalkan September tahun lalu itu sudah diuji coba dua tahun terakhir di Jerman, tapi belum masuk ke negara-negara lainnya di Eropa.
Negara-negara ASEAN pun dilirik untuk dapat menerapkan produk tersebut dan produk-produk lainnya.
Daftar teratas selain ditempati Indonesia, Singapura, dan Malaysia juga menjadi sasaran.
Ralf meyakini dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dunia bisnis Indonesia disertai perkembangan teknologi yang semakin canggih, Bosch Indonesia siap menghadapi perubahan besar dalam 20 tahun mendatang.
Untuk tahun ini, dia memprediksi pertumbuhan bisnis Bosch Indonesia akan lebih baik daripada tahun lalu, bahkan tahun sebelumnya.
"Bosch Indonesia masih perlu mendatangkan investasi, pertumbuhan sudah baik, tapi perlu investasi untuk mencapai target produksi. Saya sendiri pro dengan kebijakan pemerintah," lanjutnya.
Dia pun optimistis 12 paket kebijakan pemerintah akan mendukung ekonomi Indonesia. Menurut pengagum pendiri Mercedes Benz, Karl Benz, itu, Indonesia sudah dalam jalur yang tepat untuk meningkatkan daya saing dengan berbagai perubahan jangka panjang saat ini.
Indonesia yang memiliki potensi sangat besar seharusnya mampu melakukan ekspor, bukan hanya komoditas dan tenaga kerja, melainkan produk bernilai tambah.
"Kesempatan masih besar untuk industri tekstil, makanan minuman, dan jasa, sehingga perlambatan pertumbuhan industri awal tahun itu memang dipandang hanya sementara," papar dokter spesialis anestesi yang hobi menyelam, berlayar, berenang, bermain golf, mendaki gunung, dan travelling ini.
Masih perlu sosialisasi
Dalam pandangannya, perubahan sistem logistik akan terlihat dalam 5-10 tahun dan kebijakan pemerintah yang terimplementasi dalam dua tahun.
Fokus pada perubahan kemudahan proses berbisnis (ease of doing bussiness) yang dilakukan pemerintah belakangan ini, disebut Von Baer masih perlu disosialisasikan secara mendalam.
Hal itu disebabkan Indonesia memiliki reputasi tidak bagus pada masa lalu.
"Kebijakan memang sudah ada, tapi untuk meyakinkan negara lain memerlukan waktu. Indonesia perlu meyakinkan dan menjelaskan ke negara-negara investor seperti Amerika Serikat, Australia, dan Eropa bahwa sudah berubah karena sekarang mereka investasi ke Vietnam dan Thailand," jelasnya.
Indonesia juga perlu mengingat kompetisi bukan hanya dengan negara-negara ASEAN, melainkan juga dengan negara-negara di Afrika serta Iran.
Pecinta kari sayur India yang superpedas ini juga mengatakan
Indonesia perlu memastikan tiga hal mengenai investasi, yakni keamanan investasi, imbal hasil, buying share, dan potensi di masa depan.
Pembenahan dari segi infrastruktur dan sumber daya manusia juga mesti ditingkatkan.
"Laiknya marketing, brand itu penting begitu pula dengan brand suatu negara," ujarnya.
Von Baer juga melihat belajar dari budaya para wirausaha seperti kakeknya yang mendapatkan keuntungan dari kerja keras, kejujuran, kepercayaan, adil, sama rata perlu diterapkan dalam implementasi kebijakan.
Perubahan sikap dan pikiran dari penerapan kebijakan memang membutuhkan waktu.
Kendati demikian, itu bisa didapat secara individu lewat eksplorasi mendalam budaya dari berbagai daerah di Indonesia. (E-4)
BIODATA
Nama Lengkap: Ralf von Baer
Asal: Jerman
Pendidikan:
2002-2004 Excecutive MBA, General Management di University of St Gallen Switzerland
1991-1886 Specialist Degree, Anaesthesia di Landesarztekammer Baden-Wurttemberg (State Board of Physicians)
1984-1990 State Examination and Doctorate, Medicine di Ludwig-Maximilians Universitat Munchen
Karier:
Februari 2015-sekarang President Director PT Robert Bosch Indonesia
November 2011-Januari 2015 Managing Director Robert Bosch Healthcare GmBH
Januari 2004-Desember 2010 Managing Director Putzmeister Holding GmBH
Agustus 1997-Desember 2003 Senior Consultant HWP Planungsgesellschaft mbH in Stuttgart
Maret 1994-Agustus 1997 Registrar Universitatsklinik fur Anasthesiologie der Universitat Ulm
Maret 1993-Maret 1994 Senior House Officer Joyce Green Hospitals in Dartford, Kent
Januari 1991-Juni 1992 Junior House Officer Universitatsklinik fur Anasthesiologie der Universitat Ulm
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved