Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PANDEMI mengakibatkan menurunkan performa dari program kesehatan termasuk imunisasi. Pada cakupan global dan nasional juga turun cukup rendah di masa pandemi ini.
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Dr Prima Yosephine, MKM mengatakan di Indonesia, berdasarkan data dari daerah menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Di mana imunisasi dasar tahun 2019 mencapai 93,7% dan tahun 2021 lalu hanya 84,2%.
Baca juga: RI tidak Punya Basis Data yang Kuat Soal Agama dan Kepercayaan
"Kemudian juga imunisasi anak di bawah 2 tahun, dimana pada tahun 2019 bisa mencapai 72,7% namun di tahun 2021 angkanya menurun hanya 52%. Tentu anak yang tidak mendapat imunisasi rutin lengkap ini sangat rentan terkena terinfeksi penyakit yang busa dicegah dengan imunisasi," kata Prima dalam Dialog Pekan Imunisasi Dunia 2022: Lengkapi Imunisasi Rutin dan Covid-19 pada Anak secara daring, Senin (18/4).
Kalaupun anak berkumpul dalam satu populasi maka sudah tentu terjadi kejadian luar biasa atau KLB di daerah tersebut. Untuk menghindari hal tersebut maka sudah perlu dukungan seluruh elemen diperlukan sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing meningkatkan imunisasi dasar lengkap.
Arah pembangunan kesehatan di Indonesia lebih fokus pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
"Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif yang terbukti sangat efektif dalam menurunkan angka kesakitan, kecacatan, kematian yang disebabkan oleh penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi," ujarnya.
Begitu banyak penyakit yang bisa dicegah yang hanya diberikan imunisasi secara rutin kepada anak-anak. Kepada manfaat imunisasi ini akan sangat terasa apabila cakupan imunisasi ini tinggi dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
"Bahwa imunisasi membentuk kekebalan komunitas yang diharapkan bisa terjadi sehingga bisa melindungi anak lain yang berada dalam satu populasi belum diimunisasi dan bisa melindungi kelompok lain," tuturnya.
Kemenkes akan mengadakan imunisasi anak nasional pada Mei 2022 yaitu pemberian imunisasi tambahan berupa 1 dosis campak dan rubella pada anak-anak tanpa memandang status imunisasi sebelumnya dan pemberian imunisasi kejar berupa 1 jenis vaksinasi bagi anak yang belum lengkap menerima vaksin.
Di kesempatan yang sama Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) mengatakan berdasarkan data yang diperoleh dari WHO disebutkan bahwa setidaknya ada 80 juta anak dengan usia kurang dari 1 tahun yang memiliki risiko menderita campak, difteri, dan polio akibat menurunnya pelayanan imunisasi rutin di tengah pandemi.
"Terdapat 68 dari 107 negara yang mengalami gangguan atau penundaan pelaksanaan imunisasi rutin dan 60 negara menunda pelaksanaan kampanye imunisasi terutama campak dan polio. Kemudian data dari Kemenkes 2020 bahwa selama pandemi covid-19 ini telah terjadi penurunan cakupan imunisasi rutin di seluruh wilayah Indonesia," ungkapnya.
"Melalui pekan imunisasi dunia yang jatuh pekan terakhir April 2022 diharapkan cakupan imunisasi visa meningkat kembali sehingga bisa lebih melindungi kesehatan anak Indonesia," pungkasnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved