Lindungi Kawasan Gambut Perkotaan

GAMBUT Perkotaan (inland peat) merupakan kawasan gambut yang berada jauh ke dalam daratan. Di Indonesia, jumlah kawasan gambut perkotaan jauh lebih kecil daripada kawasan gambut pesisir yang mendominasi keseluruhan kawasan gambut Indonesia.

Akan tetapi, seiring dengan alasan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal, kawasan gambut perkotaan tersebut cenderung dikorbankan. Tidak jarang reklamasi dan pengurukan gambut hingga padat dilakukan untuk menjadi kawasan perumahan maupun infrastruktur.

Padahal, jika melihat pada jaraknya yang lebih dekat dengan kota, seharusnya kawasan gambut tersebut dapat dibuat menjadi sarana edukasi gambut tropis.

“Ini tantangan bagi kita untuk membuat sebuah rumah atau kawasan wisata yang mampu mempertahankan ekosistem gambut,” ucap Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut (BRG) Haris Gunawan saat ditemui di Pekanbaru, Riau, kemarin.

BRG, lanjut Haris, diperkirakan memiliki tidak lebih dari 300 ribu hektare kawasan gambut perkotaan dari total 2 juta hektare kawasan gambut yang harus direstorasi.

Oleh karena itu, skema untuk melestarikan gambut perkotaan di tengah desakan pertumbuhan penduduk tengah dirancang BRG untuk dapat menjadi contoh bagi negara lain.

Pasalnya, selama ini ekosistem gambut perkotaan di negara lain cenderung tidak dibuka.

Dengan demikian, jika berhasil menemukan skema untuk membuat bangunan tanpa merusak ekosistem gambut, Indonesia dapat menjadi pusat pembelajaran bagi negara lain.

Untuk itu, dalam waktu dekat, BRG akan memanggil Asosiasi Pengembang Perumahan untuk membicarakan ide tersebut.

“Jangan lihat gambut hanya untuk lima tahun ke depan, kami para ilmuwan berpikir untuk jangka panjang hingga 50 tahun ke depan,” imbuh Haris.

Matangkan RTRW
Salah satu cara untuk memastikan kawasan gambut di perkotaan turut dilindungi pemerintah daerah (pemda) ialah dengan memastikan kawasan tersebut masuk ke Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) daerah.

Dikatakan Haris, pembicaraan tersebut sudah dimulai dengan Pemerintah Provinsi Riau. “Sudah saya sarankan pada gubernur agar mempertimbangkan hal tersebut,” terang Haris.

Gambut perkotaan, lanjut Haris, merupakan kawasan resapan air yang dapat mencegah terjadinya banjir akibat pengurukan gambut.

Kota Pekanbaru pada dasarnya merupakan kawasan gambut perkotaan. Oleh karena itu, bencana banjir sering melanda akibat dilakukan dari pengurukan gambut.

“Jangan kita ulangi lagi kesalahan yang sama,” tambah Haris.

Desa Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau, merupakan salah satu lokasi kawasan gambut perkotaan yang dekat dengan Kota Pekanbaru. Hanya saja, belum ada keterangan dalam RTRW Provinsi Riau mengenai pemanfaatan 9.000 hektare lahan gambut di Rimbo Panjang.

“Saat ini, 20% gambutnya sudah menjadi perumahan, sedangkan sisanya masih merupakan perkebunan yang dimiliki oleh warga,” ucap Kepala Desa Rimbo Panjang Zalka Putra saat dikunjungi di Rimbo Panjang, Riau, kemarin.

Sementara itu, lanjut Zalka, dirinya dan masyarakat berkenan agar sebagian lahan gambut di desa tersebut dijadikan kawasan wisata edukasi.

Untuk itu, jika pengembangan wilayah menghendaki alih fungsi lahan gambut, pemerintah provinsi diminta untuk membeli sebagian lahan gambut untuk dilestarikan.

“Kita akan coba sisakan dan kondisikan lahan gambut dengan ekosistem alami mereka,” tukas Zalka. (H-2)

richaldo@mediaindonesia.com