Puspa 2016 Lahirkan Deklarasi Yogyakarta

Rosmery Sihombing
01/6/2016 11:54
Puspa 2016 Lahirkan Deklarasi Yogyakarta
(MI/Rosmery Sihombing)

TEMU Nasional Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa) 2016 yang digelar di Yogyakarta, 30 Mei-1 Juni 2016, menghasilkan Deklarasi Yogyakarta 2016. Deklarasi tersebut dibacakan pada acara penutupan Puspa 2016, Rabu (1/6).

Temu nasional ini bertujuan mempromosikan program unggulan Three Ends, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), yakni akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhiri perdagangan manusia, dan akhiri ketidakadilan akses ekonomi untuk perempuan.

Pertemuan diikuti 379 peserta dari 34 provinsi di Indonesia yang teridiri dari kalangan lembaga masyarakat , keagamaan, dunia usaha, akademisi dan media.

"Pertemuan Puspa 2016 ini untuk menggalang dukungan dari lembaga masyarakat, dunia usaha dan media untuk bahu membahu mempromosikan program Three Ends," kata Deputi Partisipasi Masyarakat KPPPA.

Menurutnya, pertemuan yang melibatkan kelompok masyarakat itu baru pertama kali, karena bidang partisipasi masyarakat merupakan deputi baru di Kementerian PPPA. "Nanti tentu akan ada Puspa 2," ujarnya.

Jadi, lanjutnya, setelah dewan terbentuk akan melahirkan gagasan-gagasan untuk mencari jalan keluar penyelesaian atas persoalan dalam program Three Ends. "Di Puspa 2016 ada 379 lilin menyala, dan kalau lilin-lilin itu menyebar ke seluruh Indonesia tentu sinarnya akan meluas," tambah Erni.

Pada kesempatan yang sama, Asisten Gubernur Bidang Kesra Pemprov DI Yogyakarta Sulistyo mengatakan sangat mendukung dan mengapresiasi deklarasi tersebut. "Saya berharap pertemuan seperti ini juga dilaksanakan di daerah lain. Pertemuan yang besar juga akan menghasilkan usulan-usulan yang besar pula," ujar Sulistyo.

Di sisi lain, pada acara yang berlangsung selama tiga hari itu, telah terjadi 1293 transaksi sosial dengan empat deputi yang ada di KPPPA.

Pada hari pertama kegiatan tersebut, dipresentasikan juga beberapa karya beberapa kelompok masyarakat yang berhasil mengurangi kejadian kekerasan pada perempuan dan anak.

Salah satunya adalah testimoni Siska dan Neneng Muslimah dari Cirebon yang berhasil membuat Kelurahan Kecapi di Cirebon, Jakarta Barat zero kejahatan. "Sebelumnya di Kecapi penuh kasus perkosaan dan narkoba. Pernah ada kasus perkosaan terhadap anak perempuan yang pelakunya juga masih anak-anak.

"Ketika kami analisis, ternyata di Kecapi itu tidak ada lagi ruang untuk anak-anak bermain. Untuk itu pada 2011 kami belajar ke Solo yang waktu itu menerapkan wajib belajar di rumah," tutur Siska. Dan pada 2013, tambah Neneng, Kelurahan Kecapi Zero (0) kekerasan.

Selain itu tampil pula Bunga Mega, penulis dan pendiri LSM Cewequat Sisterhood yang banyak mendapingi korban pelecehan seksual dan juga melakukan pemberdayaan ekonomi

Pada pertemuan yang berlangsung tiga hari itu, selain mendengarkan pemaparan dari para inspirator, pada hari kedua pertemuan para peserta diajak kunjungan lapangan ke 10 lokasi, yakni ke LSM Rifka Annisa Gunung Kidul, Pusat Pelayanan Terpadu PP dan PA Rekso Dyah Utami, Yayasan Sabda, LSM Samin, Apikri dan Irei

Di Desa Wukirsari, Pusat Studi Wanita (PSW) UGM Yogyakarta, Desa PrimaN Desa Sukunan, Panti Rapih, dan LSM Sedekah Ilmu yang fokus ke pemberdayakan ekonomi.(X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya