Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PANDEMI covid-19 membuat waktu menatap layar semakin bertambah, baik itu untuk tujuan pekerjaan, pendidikan, atau sekadar mencari hiburan.
Sayangnya, rutinitas ini membawa dampak yang buruk bagi kesehatan mata. Meningkatnya waktu paparan terhadap layar gawai pun mendatangkan yang namanya Computer Vision Syndrome (CVS) atau gangguan sindrom mata.
"Saat kita menghabiskan lebih banyak waktu di layar digital termasuk laptop, ponsel, tablet, e-reader, dan bahkan televisi, mata kita memiliki peningkatan waktu paparan yang tidak proporsional ke layar ini yang penuh dengan konsekuensi merugikan yang cukup besar," kata Direktur Medis di Vision Eye Centre, New Delhi, India Tushar Grover.
Baca juga: Awas, Ada Risiko di Spray Antiembun Kaca Mata
Dilansir Indian Express, Senin (17/1), gejala dari gangguan sindrom mata di antaranya adalah mata tegang, sakit kepala, penglihatan kabur atau penglihatan ganda, mata kering, bahkan hingga sakit leher dan bahu.
"Bahkan terkadang dapat menyebabkan gangguan pada pola tidur dan kesulitan konsentrasi," kata Grover.
Grover mengatakan menatap layar yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan sindrom mata sehingga menyebabkan gerakan mata serta pemfokusan memerlukan upaya tambahan dari otot mata dan sistem penglihatan.
"Saat kita asyik dengan layar, kita cenderung lebih sedikit berkedip yang menyebabkan mata kering dengan konsekuensi terkait. Orang yang menyentuh 40 tahun, khususnya, harus lebih banyak bekerja karena lensa alami mereka menjadi kurang fleksibel," ujarnya.
Gangguan sindrom mata tidak hanya menyerang seseorang dengan mata normal, tapi juga yang berkacamata. Bagi mereka yang sudah memiliki gangguan mata, harus lebih berhati-hati saat menatap layar.
"Penggunaan gawai terutama di rumah, sering dikaitkan dengan postur tubuh yang tidak tepat dan pencahayaan rumah yang tidak tepat. Seseorang dipaksa untuk menundukkan kepalanya, tidak hanya memperparah ketidaknyamanan pada mata tetapi juga menyebabkan sakit punggung dan leher," papar Grover.
Untuk mencegah terjadinya gangguan sindrom mata, Grover memberikan beberapa saran. Pertama, mengurangi atau membatasi durasi menatap layar.
Kedua, tempatkan komputer atau gawai lainnya di ruangan yang cukup terang. Kemudian perhatikan juga jarak antara gawai dan mata, tidak terlalu dekat ataupun jauh.
Selain itu, gunakan kacamata dan lensa yang dapat menyaring sinar biru dan memberikan perlindungan UV.
Terakhir adalah menerapkan metode 20-20-20 yang berarti setiap 20 menit, seseorang yang menatap layar harus melihat sejauh 20 kaki setidaknya selama 20 detik.
"Ini memberi mata istirahat yang sangat dibutuhkan secara teratur," pungkas Grover. (Ant/OL-1)
Orangtua disarankan melarang anak usia di bawah satu tahun menatap layar gawai serta membatasi waktu layar anak usia satu sampai tiga tahun maksimal satu jam.
Mata adalah organ yang sangat sensitif terhadap cahaya. Saat kita melihat matahari atau terpapar cahaya yang sangat terang, sering kali mata kita akan berair.
Tanpa deteksi dini dan perawatan medis, penyakit glaukoma ini akan mengakibatkan kebutaan permanen.
Sekitar 80% kebutaan di Indonesia disebabkan oleh katarak. Operasi menjadi satu-satunya cara untuk memulihkan penglihatan pasien.
Masyarakat harus menyadari perubahan yang terjadi pada penglihatan seperti pandangan terasa berkabut, ada bayangan lingkaran atau pandangan menjadi keruh.
KOMITE Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara dr Agus Dwi Susanto menjelaskan terdapat 3 dampak dari buruknya kualitas udara di suatu kota
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved