FH Unas Bahas Pemilukada dalam Perspektif Pancasila

19/5/2016 23:33
FH Unas Bahas Pemilukada dalam Perspektif Pancasila
()

PEMILIHAN Umum Kepala Daerah (Pemilukada) langsung beberapa waktu lalu sempat menuai kontroversi. Namun, pelaksanaannya berjalan cukup baik dan tertib. Meski begitu, pemilihan tidak langsung oleh DPR dan langsung oleh rakyat masih menjadi kontroversi.

Untuk itu, Fakultas Hukum (FH) Universitas Nasional (Unas) mengangkat tema ‘Pemilukada dalam Perspektif Demokrasi Pancasila’ dalam Seminar Nasional pada Kamis (19/5). Seminar itu mengundang narasumber secara berimbang di antaranya Maruarar Sirait SIP (anggota Komisi XI DPR-RI), serta pengamat politik Dr Margarito Kamis, dan Dr La Ode Ida.

Dekan Fakultas Hukum Dr Ismail Rumadan SAg, MH mengungkapkan bahwa banyak cerita tentang carut marutnya pelaksanaan Pemilukada. Menurutnya, hal ini disebabkan proses demokrasi yang berlangsung tidak berlandaskan Pancasila.

“Pancasila yang menjadi landasan demokrasi Indonesia harus dipahami. Semoga melalui seminar ini ada jawaban mengenai Pemilukada yang menjadi pertanyaan kita selama ini dan bisa kita tindak lanjuti secara konkret,” ujarnya.

Margarito mengatakan dengan pemilihan langsung banyak ketidakadilan yang terjadi. Suara rakyat dengan mudah bisa dibeli oleh partai politik. Ia juga mengatakan bahwa sangat tidak masuk akal saat memilih kepala daerah justru menimbulkan situasi antagonis.

“Masuk akal kah pemilihan yang merupakan cara kita untuk memilih jabatan malah melahirkan situasi antagonis? Persaingan suatu kelompok dengan kelompok lain. Kalau demokrasi Pancasila itu jujur,” ujarnya.

Sedangkan Maruarar sebagai wakil rakyat di DPR sekaligus politikus PDI Perjuangan justru memilih memotivasi para mahasiswa untuk mewujudkan apa yang mereka perjuangkan saat ini. Walau begitu, ia mengungkapkan bahwa tokoh-tokoh saat ini perlu regenerasi, dan regenerasi tersebut berasal dari para mahasiswa.

Ia mengatakan secara garis besar tokoh-tokoh masyarakat terbagi dua. Pertama ialah tokoh intelektual, dan kedua, tokoh agama. “Bangsa kita perlu tokoh yang berpengaruh seperti itu. Berawal dari kampus, adik-adik akan merasakannya di masa mendatang,” ungkap Maruarar.

“Saya menghargai orang-orang yang memperjuangkan hak, menghargai orang yang berdemo, orang yang berjuang di luar sistem. Namun percaya lah adik-adik berjuang dalam sistem seperti di DPR itu sebenarnya tidak kalah mudahnya,” katanya. (RO/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya