Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
FEOMENA sosial media yang kian tak terbendung bisa menjadi ancaman bagi keberlangsungan industri media massa di Tanah Air. Tidak hanya media cetak, pun media elektrok juga harus mengedepankan independensi dalam setiap sajian pemberitaan.
Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo mengatakan, bahwa pada prinsipnya independensi lahir dari hati nurani seorang wartawan sesuai Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Berbeda dengan netral yang lebih menekankan urusan teknis dan keberpihakan.
"Media itu bisnis kepercayaan. Jadi kalau sajian berita di media massa itu tidak sesuai standar, bisa jadi akan digilas oleh sosial media," ujarnya saat acara Diskusi bertajuk Tempo Media Week 2016 : Inovasi dan Independensi Media di Era Digital di JS Luwansa Hotel, Jakarta, Rabu (18/5).
Apalagi, menurut lelaki yang akrab disapa Stanley itu, dewasa ini muncul istilah tsunami informasi. Semakin banyaknya informasi yang datang, masyarakat akan lebih selektif memilih bacaan ataupun tontonan yang dianggap sesuai kebutuhan.
Dengan demikian, tegasnya, media massa tidak boleh melepaskan prinsip objektivitas. Begitu juga menyangkut persoalan teknis diupayakan jangan sampai ada cacat, semisal kesalahan dalam mengutip ucapan narasumber.
"Untuk media konservatif, independensi kelihatannya masih terjaga. Tapi banyak media besar yang justru larut, terutama saat kampanye," cetus Stanley.
Padahal, terang dia, proses pemberitaan sebuah media massa harus terbebas dari intervensi pihak manapun. Tidak terkecuali bagi pemimpin redaksi yang wajib menjaga sterilitas ruang redaksi.
Kinerja wartawan
Demi menumbuhkan kembali semangat independensi, Dewan Pers merancang pedoman yang diharapkan juga mampu meningkatkan kinerja para wartawan. Di samping itu, untuk melihat kualitasnya diadakan uji kompetensi.
Sementara itu, dihubungi terpisah, Anggota Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia(PWI) Andi Mutsmar Usman menilai adanya perbedaan antara kinerja wartawan masa kini dengan beberapa tahun silam.
"Dulu itu sebelum datang ke kantor kita punya gagasan yang mau kita tulis, kita tahu dari sudut hukum, antropologi, atau dari segi politiknya. Jadi kita bisa meminimalisir intervensi dengan ide dan pengetahuan kita," tutur dia.
Akan tetapi, tambahnya, seorang wartawan tetap harus menghargai ideologi media masing-masing. Sehingga yang terpenting ialah pandai menempatkan diri dengan segala situasi dan kondisi yang harus dihadapi.
"Industri media memproduksi kata-kata dalam kalimat, baik tertulis ataupun suara. Semuanya harus didasari akurasi dan kedalaman," pungkasnya. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved