Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SETELAH kurang lebih satu dekade melakukan penelitian, Anang S. Achmadi, Peneliti Pusat Riset Biologi Badan Riset Nasional dan Inovasi (BRIN) bersama dengan Jake Esselstyn, ahli mamalia dari Lousiana State University (LSU), Amerika Serikat dan Kevin C. Rowe, ahli mamalia dari Museum Victoria Australia menemukan 14 jenis baru celurut di Sulawesi. Penemuan ini merupakan penemuan terbesar dari kelompok mamalia yang terpublikasikan sejak tahun 1931.
Anang selaku salah satu penulis yang juga menjabat sebagai Plt. Kepala Pusat Riset Biologi BRIN mengatakan bahwa penemuan 14 celurut di Sulawesi ini menjadi sangat penting. Hal itu sebagai langkah untuk terus mendapatkan informasi dan inventarisasi jenis fauna, khususnya mamalia di Indonesia.
“Penemuan ini terungkap saat kami bersama tim memeriksa hampir 1400 spesimen celurut secara intensif. Melalui konfirmasi data molekular dan morfologi spesimen baru yang dikoleksi sejak tahun 2010 dan 2018 dengan spesimen lama yang dikoleksi sejak tahun 1916 , kami berhasil mengidentifikasi sekitar 21 jenis celurut dari Sulawesi. Total 14 celurut diantaranya termasuk jenis baru. Penemuan ini menambah keanekaragaman celurut Sulawesi menjadi tiga kali lebih banyak daripada yang diketahui dari pulau lain mana pun,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (26/12).
Baca juga: Pendidikan Harus Hasilkan SDM Sesuai Kebutuhan Zaman
Baca juga: Ramai Varian Delmicron, Ini Penjelasan Pakar
Saat ini peneliti masih terus melakukan penelitian dan mendeskripsikan jenis baru dari kelompok mamalia. Dengan penemuan ini, kata Anang, sesungguhnya dapat merefleksikan kekayaan hayati yang berasal dari kelompok fauna kecil atau mikroskopis yang belum terungkap. "Ini menjadi tantangan tersendiri bagi peneliti BRIN di masa depan,” imbuhnya.
Esselstyn juga mengakui bahwa penemuan ini sangat menarik, walaupun terkadang membuat frustrasi. Biasanya, peneliti menemukan satu jenis baru pada satu waktu dan mendapatkan suatu sensasi yang luar biasa dari penemuan tersebut. "Tetapi, dalam kasus ini menjadi luar biasa, karena selama beberapa tahun pertama, kami tidak dapat mengungkapkan berapa banyak spesies sebenarnya yang telah kita peroleh,” kata Profesor dari Departemen Ilmu Biologi LSU tersebut.
Dia menjelaskan, taksonomi berfungsi sebagai ilmu dasar dari begitu banyak penelitian biologi dan upaya konservasi. “Ketika kita tidak mengetahui berapa banyak jenis yang ada atau di mana mereka hidup, kemampuan kita untuk memahami dan melestarikan kehidupan sangat terbatas. Sangat penting bagi kami untuk mendokumentasikan dan mengungkap keanekaragaman tersebut.
Penemuan ini merupakan tonggak utama dalam penelitian Professor Jake Esselstyn. Esselstyn tertarik untuk menguji hipotesis secara ekologi dan evolusi yang mungkin dapat menjelaskan keragaman celurut di Indonesia. Bersama dengan Anang, Esselstyn memulai penelitian kelompok tikus di pulau Sulawesi sejak tahun 2010. Ternyata mereka menyadari terlalu banyak jenis yang belum terungkap untuk menguji hipotesis tersebut.
Sebagai informasi celurut adalah kelompok mamalia yang sangat beragam. Sejauh ini 461 spesies telah teridentifikasi. Fauna ini memiliki distribusi yang sangat luas dan mendunia. Hewan pemakan serangga ini adalah kerabat dekat dari landak dan moles daripada jenis mamalia lainnya.
Beberapa tim lain yang juga terlibat dalam ekspedisi penelitian ini adalah Heru Handika, mahasiswa Doktoral LSU, Mark Swanson alumnus dari LSU, dan Thomas Giarla dari Siena College New York. (H-3)
Metabolomik merupakan metode analisis komprehensif semua metabolit pada sampel yang berasal dari makhluk hidup.
Pew Research Center mengungkapkan bahwa 57% orang dewasa di Amerika Serikat yang berusia di bawah 50 tahun menyatakan tidak berencana memiliki anak.
INDONESIA disebut masih tertinggal di dalam bidang sains dan teknologi, baik komitmen investasi maupun orkestrasi. Salah satu penyebab adalah masih kurangnya riset dan pengembangan (R&D)
Jika penyakit diketahui lebih awal, pasien akan mendapatkan manfaat lebih optimal dari pengobatan.
SAAT ini tak sedikit dari kalangan generasi Z atau Gen Z yang gemar membuat konten bertema olahraga di media sosial. Ini alasannya menurut riset.
UNIVERSITAS Mulia Balikpapan bersama BRIN bekerja sama dalam melakukan riset untuk mencari solusi soal kelangkaan air bersih di kawasan Kota Balikpapan dan IKN.
Seorang inventor harus memiliki invensi yang sudah atau sedang didaftarkan Perlindungan Kekayaan Intelektual (KI) nya ke Direktorat Jenderal KI, Kementerian Hukum dan HAM.
Dosen Universitas Pancasila Dr. apt. Greesty Finotory Swandiny, S.Farm., M.Farm meraih prestasi sebagai finalis masuk dalam enam terbaik dalam PPI Young Researcher Award 2023.
Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amarulla Octavian menegaskan bahwa periset adalah aset utama bangsa Indonesia.
ASOSIASI Inventor Indonesia (AII) berkomitmen untuk membantu para inventor anak bangsa untuk melakukan valuasi dan komersialisasi teknologi hasil riset yang dilakukan.
Kemajuan teknologi digital perlu mendapat perhatian, terutama pada jaminan kerahasiaan data, termasuk data perusahaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved