Energi itu Mahal

Tes/X-9
16/5/2016 06:35
Energi itu Mahal
(ANTARA/Teresia May)

MASYARAKAT di kota besar seperti Jakarta memang amat jarang mengalami kegelapan, tetapi bukan berarti mereka bisa sesuka hati menikmati listrik.

Akan lebih bijak jika masyarakat yang tinggal di wilayah konsumen terbesar listrik mulai berhemat.

Sekecil apa pun upaya penghematan akan berdampak besar jika dilakukan secara menyeluruh.

Gaya hidup itu pula yang digaungkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.

Sedari pagi, kemarin, pria asal Brebes, Jawa Tengah, tersebut bersemangat mengikuti rutinitas warga Ibu Kota berolahraga setiap Minggu di area car free day (CFD).

Sudirman tidak sendiri, dia ditemani berbagai elemen berkaus merah dan biru, lengkap dengan atribut kampanye Gerakan Potong 10%.

Gerakan itu merupakan upaya pemerintah untuk menyosialisasikan hemat energi yang dimulai dari hal yang paling mudah di kehidupan sehari-hari.

"Misalnya, matikan lampu saat keluar ruangan, print kertas bolak-balik, matikan elektronik saat tidak digunakan, tutup kulkas dengan rapat, dan jaga suhu AC tidak lebih dari 25 derajat atau matikan saat tidak digunakan," ujar Sudirman.

Target utama aksi nasional tersebut, imbuh dia, ialah penghematan konsumsi energi hingga 10%.

Kampanye hemat energi itu digalakkan di 11 provinsi dan 20 kota yang merupakan konsumen listrik terbesar.

Selain Jakarta, kampanye antara lain juga menyasar Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Lampung, Semarang, dan Makassar.

"Kita kampanyekan terus, harus masif untuk ubah paradigma masyarakat, bahwa energi itu mahal sehingga mari kita hemat dengan baik," jelas Sudirman.

Ia mengestimasikan Gerakan Potong 10% setara dengan penghematan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 3,5 gigawatt (Gw).

"PLTU berkapasitas 3,5 Gw itu investasi yang dibutuhkan Rp43 triliun. Kalau disamakan fasilitas produksi minyaknya sama kayak fasilitas Cepu."

Pengamat energi Pri Agung Rakhmanto secara terpisah menilai kampanye teranyar untuk menghemat energi bagus, yang penting pemerintah konsisten.

Dengan begitu, masyarakat juga akan terdorong untuk berhemat.

"Karena semua dikembalikan ke masyarakat, bagaimana responsnya?"



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya