Menjawab Tantangan Mengubah Kebiasaan Menonton

Adhi M Daryono
16/5/2016 06:00
Menjawab Tantangan Mengubah Kebiasaan Menonton
(MI/ATET DWI PRAMADIA)

ADA pepatah pembeli adalah raja. Segala keinginan atau kebutuhannya harus dipenuhi untuk memanjakannya.

Selain itu, menyuguhkan sesuatu hal yang baru kepada orang lain merupakan tantangan yang paling besar.

Namun, ada tantangan yang paling besar, yakni memperkenalkan sesuatu hal yang baru serta mengubah cara kebiasaan orang dalam melakukan sesuatu.

Hal itulah yang dilakukan Peter Bithos dalam membangun Hooq di Indonesia saat ini.

Hooq ialah perusahaan penyedia layanan video on demand terbesar di Asia.

Indonesia merupakan negara keempat di Asia yang membuka layanan menonton film secara daring.

Apalagi, suguhan yang baru itu memerlukan cara yang luar biasa agar bisa diterima setiap orang.

Mengubah cara kebiasaan orang serta mempelajari keinginan pelanggan merupakan salah satu cara Peter Bithos untuk meraih pelanggan.

"Ada tiga hal yang utama dalam memenuhi keinginan pelanggan kita, yakni tahu pelanggan kita itu siapa, tahu apa yang akan kita lakukan setelah mengetahui pelanggan kita, dan kemudian berikan layanan sesuai dengan kebutuhannya," kata Bithos kepada Media Indonesia saat berbincang-bincang di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Peter mengungkapkan, menjaga kepercayaan pelanggan itu merupakan suatu hal yang lebih sulit daripada mendapatkannya.

Menurutnya, adaptasi kebiasaan pelanggan terhadap layanan produk atau jasa merupakan kunci menjaga pelanggan lama agar tetap setia kepada layanan jasa atau produk yang kita buat.

"Hal itu butuh kehati-hatian. Bahkan, kita harus tahu jam berapa mereka bangun tiap pagi, apa kebiasaan mereka setelah bangun pagi. Itu semua kita adaptasi dalam bentuk layanan dan produk yang kita hasilkan kepada mereka," ungkap pria asal Australia ini untuk menjalankan usahanya sebagai CEO of Hooq.

Industri telekomunikasi

Tak mudah memang bagi Bithos untuk melakukan hal itu semua.

Dengan ide-idenya, dirinya bisa menjadi seorang CEO salah satu penyedia tontonan film terbesar di Asia.

Sebelumnya, Bithos sudah malang melintang di industri telekomunikasi di Asia dan Australia.

Ia pernah belajar untuk mengenal dan memenuhi segala permintaan dari pelanggan saat dia menjadi seorang Advisor for the Consumer Customer Facing Unit at of Globe Telecom, salah satu perusahaan telekomunikasi di Filipina.

Dari situ dia beranjak menjadi seorang consultant and chief operating advisor di perusahaan yang sama.

"Sebelumnya pun saya selama 20 tahun bekerja di Virgin Mobile Australia sebagai chief operating officer sebelum saya akhirnya menjabat sebagai chief executive officer di 2008. Selama di sana saya tahu dan harus bagaimana membangun sebuah merek agar tampil beda dari merek dan produk lainnya," papar Bithos.

Meskipun sudah berkiprah di dunia industri telekomunikasi dan dunia digital selama 20 tahun, Bithos menganggap menjadi seorang CEO Hooq yang menyediakan konten tontonan film video on demand berbasis internet ialah sebuah tantangan besar.

Hooq yang menawarkan konten digital ini perlu usaha dan kerja ekstra agar bisa diterima masyarakat.

Mengubah kebiasaan

Mengubah cara kebiasaan masyarakat dalam menonton film melalui perangkat telepon pintar bagi Bithos masih dianggap sulit, khususnya untuk pelanggan-pelanggan di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

"Tantangan terbesar saat ini ialah membangun Hooq. Bagaimana mengubah cara kebiasaan orang agar suka dengan produk kita ini. Mencoba agar mereka suka dan mereka rela membayar produk kita demi kepuasan kita, apalagi produk yang dihasilkan Hooq saat ini ialah konten menonton film dengan basis data internet. Itu tantangan terbesar saya saat ini," ungkap Bithos.

Dengan gagasannya, Bithos menjadikan Hooq bisa diterima di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. B

ithos mengaku mengenal sedikit mengenai masyarakat Indonesia, terutama dalam menonton film.

Menurutnya, di ruang privat, orang Indonesia lebih suka menonton film-film lokal Indonesia ketimbang film-film asing.

Ia menyebutkan, Hooq menghabiskan waktu sekitar 6 bulan untuk persiapan masuk ke Indonesia.

Salah satu persiapan yang dilakukan Hooq ialah dengan menguji katalog film yang akan ditampilkan.

Untuk melakukan ini, Hooq mengumpulkan lebih dari 50 orang yang antusias untuk menonton film.

"Orang Indonesia lebih suka menonton film Indonesia secara privat daripada menonton di bioskop," jelas Bithos.

Karena itu, Bithos mengatakan, untuk masyarakat Indonesia, Bithos menyediakan konten lokal dengan film-film Indonesia yang sempat hit dari zaman ke zaman.

Menyediakan konten lokal, kata dia, merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan pelanggan yang sudah menjadi etos bagi dirinya.

Beberapa film lokal populer yang ada di Hooq, antara lain Ada Apa dengan Cinta, Petualangan Sherina, dan Laskar Pelangi.

Menariknya, Hooq juga memiliki beberapa film dan seri TV klasik, seperti Catatan si Boy dan Warkop.

"Kita harus tahu kebutuhan dan kemauan pelanggan itu seperti apa," jelasnya.

Tantangan terberat Bithos saat ini ialah mengubah cara masyarakat dalam menonton film agar tidak lagi menonton DVD atau film bajakan.

Menurutnya, Indonesia ialah salah satu negara yang sering terjadi pembajakan, khususnya DVD.

Bahkan, saat dirinya beberapa hari di Jakarta, dia melihat penjual DVD bajakan yang di pinggir-pinggir jalan.

"Indonesia salah satu negara yang banyak sekali melakukan pembajakan khususnya untuk DVD film. Begitu saya sampai Jakarta, saya heran banyak di pinggir-pinggir jalan menjual DVD bajakan. Padahal kepuasan dari menonton DVD bajak tidak enak rasanya dengan kualitas gambar yang tidak baik," papar Bithos.

Meski tantangan Bithos dalam membangun Hooq untuk mengubah kebiasaan dengan sesuatu yang baru ini berat, Bithos mengaku dia tidak sendirian.

"Tim bagian terpenting dalam menjalankan dan membangun Hooq ini. Bagi saya kerja sama tim yang baik akan menghasilkan yang baik pula, terutama bagi Hooq. Dengan tantangan yang saya katakan tadi, semuanya bisa teratasi," kata Bithos. (E-3)

BIODATA

Peter Bithos

Tempat, tanggal lahir:

- New South Wales, Australia, 17 Januari 1973

Pendidikan:

- Bachelor's Degree University of Pennsylvania - The Wharton School

Karier:

- Januari 2015 - saat ini CEO of Hooq

- Mei 2010 - Maret 2015 Chief Operating Officer Globe Telecom (Singtel)

- 2008-Juli 2010 Chief Executive Officer Virgin Mobile Australia (Singtel)

- 2006-2008 Director, Strategy and New Markets, Virgin Mobile Australia (Singtel)

- 2004-2006 Director, Strategy and Corporate Development Optus (Singtel)

- 1995-2004 Manager Bain & Co



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya