Yali Inggibal Menjauhkan Diare dari Anak-anak

Rio/M-5
07/5/2016 07:20
Yali Inggibal Menjauhkan Diare dari Anak-anak
(MI/SUMARYANTO)

DARI daerah pegunungan, tepatnya di Desa Manda dan Air Garam, Wamena, Yali Inggibal muncul sebagai pejuang kesehatan dan kebersihan.

Pria yang juga seorang guru sekolah minggu itu sangatlah ingin membuat masyarakat Papua sehat.

Sejak 2013, Yali aktif menggalakkan hidup bersih dan sehat dengan mendirikan WC atau jamban umum.

Inisiatif Yali membangun WC umum itu didasari fakta tingginya kematian balita karena diare.

Pemicunya pola hidup tidak sehat, yaitu kebiasaan masyarakat desanya yang buang air besar di sembarang tempat.

"Dulu di Desa Manda itu semua orang buang air besar sembarangan.

Di dapur, di belakang rumah, di kebun-kebun. Semua tidak mengenal pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan," ungkap Yali.

Berdasarkan data dari WHO yang dilansir pada 2012, sebanyak 31.200 balita di Indonesia meninggal karena penyakit diare.

Itu disebabkan minimnya pengetahuan tentang kebersihan.

Daerah penyumbang angka kematian terbanyak ialah dari Papua.

Penyebab cepat tersebarnya wabah diare itu tak lain ialah perilaku masyarakat Papua melakukan aktivitas buang air besar di sembarang tempat.

Setelah melihat kondisi tersebut, Yali pun berinisiatif membuat WC umum bersama.

"Tahun 2003 saya bekerja di sana, anak-anak sangat mudah mati. Anak-anak kecil sakit sedikit mati, muntah sedikit mati, mencret sedikit mati. Semua gampang mati karena kotoran manusia itu ada di belakang rumah, terus lalat hinggap dan datang ke makanan anak," kata Yali.

WC umum

Awalnya, ide Yali itu tidak disambut baik masyarakat setempat yang sudah terbiasa dengan kehidupan tidak sehat.

Tantangan lainnya ialah harga material yang terbilang sangat mahal untuk membuat WC umum.

Namun, segala tantangan itu tidaklah membuat Yali patah semangat.

Dengan sabar Yali terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari berbagai macam penyakit, yakni melalui pembuatan sanitasi yang bersih.

Mahalnya harga bahan bangunan untuk membuat WC umum itu pun tidak membuat Yali patah semangat dan membuat Yali memutar otak.

Akhirnya, Ia pun menggunakan abu kayu untuk menjadikan material pengganti semen.

Berkat Yali, kini masyarakat pun sudah mengenal hidup sehat.

Lebih dari 100 WC telah dibangun Yali yang tersebar di desanya hingga ke beberapa desa lain di wilayah Wamena.

Kematian balita karena diare pun tidak lagi melanda desa Yali.

Dari pedalaman Papua itu, Yali mengajarkan pentingnya kreasi, kebersihan, dan berbagai pengetahuan kepada masyarakat untuk menghadirkan gaya hidup sehat.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya