Memacu Akselerasi si Burung Besi

Nuriman Jayabuana
02/5/2016 06:15
Memacu Akselerasi si Burung Besi
(MI/ATET DWI PRAMADIA)

STANDAR keselamatan maksimum menjadi acuan paling utama dalam bisnis transportasi udara.

Saking tingginya standar tersebut, bisnis layanan perawatan, perbaikan, dan pemeriksaan (maintenance, repair, and overhaul/MRO) pesawat terbang tidak sekadar harus memiliki beragam fasilitas untuk mengurus 'si burung besi'.

Perusahaan yang berbisnis di bidang ini juga harus terus memacu diri untuk memeroleh sertifikasi kompetensi dari produsen pesawat serta kepercayaan dari maskapai penerbangan.

"Belum genap dua bulan saya memimpin korporasi, pemegang saham mengajukan tantangan untuk mempercepat dan mengakselerasi target perusahaan dari awal 2020 menjadi harus bisa tercapai pada 2018," ujar Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aeroasia Juliandra Nurtjahjo, di kantornya di kawasan Bandara Seokarno-Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (27/4).

Andre, begitu ia biasa disapa, memang baru memangku jabatan di perusahaan MRO milik maskapai nasional PT Garuda Indonesia (persero) Tbk itu sejak Maret 2016 menggantikan Richard Budihadianto.

Target yang harus dicapainya itu terkait akselerasi untuk mencapai pendapatan US$1 miliar dan mengangkat ranking perusahaan di level global.

"Target itu secara top line itu ukurannya dari revenue, bagaimana menjadi one-billion-dollar-revenue company dan masuk sebagai top ten MRO in the world, itu visinya. Dan pemegang saham meng-stretch pemegang target itu biar bisa dicapai lebih cepat," paparnya.

Ia menyebut sebenarnya begitu banyak potensi marketshare yang selama ini berlum terserap GMF.

"Mungkin saat ini kita masih pegang sekitar 30%-40% saja dari potensi market yang mencapai US$ 900 juta di Indonesia saja. Peluang dari pasar domestik ini harus bisa kita ambil untuk peroleh marketshare sebanyak mungkin."

Sejumlah strategi telah ia persiapkan untuk mengoptimalkan angka tersebut.

Menurutnya, perlu diterapkan semacam terobosan untuk memicu pertumbuhan pangsa pasar, baik yang organik maupun inorganik, untuk mencapai ambisi itu.

"Pertumbuhan organik itu yang sesuai dengan perencanaan dan yang inorganik tentu dengan segala sesuatu yang belum pernah kita lakukan."

Ia menjelaskan, begitu banyak pesawat yang selama ini lebih memilih untuk mendapat perawatan di luar negeri ketimbang di Indonesia.

"Misalnya pesawat kecil milik perusahaan tambang di Papua lebih memilih menerbangkan pesawatnya ke Australia hanya untuk perawatan," ucapnya.

Absennya fasilitas perawatan pesawat di Indonesia Timur merupakan penyebab masih minimnya pasar domestik yang tergarap industri MRO dalam negeri.

Sehingga, ia mengarahkan agenda utama GMF untuk ekspansi fasilitas perawatan pesawat ke Indonesia timur.

"Itu yang akan menjadi salah satu strategi meningkatkan porsi pasar yang belum terserap."

Sejauh ini, pemanfaatan empat hangar milik perseroan telah hampir terutilisasi sepenuhnya.

"Sehingga kita sudah memutuskan untuk memulai pengkajian pembangunan hangar kelima. Pembangunannya kita harap sudah jalan awal 2017. Jadi 2017 akhir kita sudah punya tambahan fasilitas hangar untuk pesawat wide body yang akan mengakselerasi revenue kita juga."

Efisien dan kompetitif

Untuk menjadi pemain di level global peluangnya telah terbuka seiring kecenderungan maskapai penerbangan di Eropa dan Amerika Serikat yang beralih dari memanfaatkan MRO milik sendiri fasilitas MRO pihak ketiga (outsourcing) di negara dengan upah lebih murah.

"Perawatan pesawat wide body itu cenderung labor intensive (padat karya), sedangkan harga labor rate di sana jauh lebih tinggi. Sehingga trennya mereka akan cenderung mencari partner yang labor rate-nya lebih murah. Itu juga pasar yang ingin kita grab."

Kunci keberhasilan perusahaan yang bergerak di sektor MRO ialah biaya efisien dan kecepatan pelayanan yang kompetitif.

"Dua hal itu yang menjadi tantangan efisiensi bagi industri MRO. Bagaimana bisa lebih efisien dari sisi harga cost of logistic dan juga pengelolaan barang ekspor impornya cepat."

Untuk itu, sangat penting bagi perusahaan melakukan terobosan yang menyentuh dua aspek itu.

Salah satunya dengan menjadikan fasilitas perawatan sebagai pusat logistik berikat (PLB).

"Itulah sarana supaya perusahaan bisa jauh lebih kompetitif lagi, misalnya dibanding dengan MRO Singapura. Di dunia aviation mungkin baru GMF yang mengajukan masuk sebagai PLB."

Saat ini, pemerintah masih mengasistensi kelengkapan pusat logistik di fasilitas GMF.

"Kita punya target sudah terealisasi di semester pertama tahun ini yang peresmiannya akan dilakukan Presiden."

Selain itu, fasilitas pusat logistik tersebut memungkinkan terbukanya pengembangan lini usaha baru bagi perseroan.

"Dengan fasilitas PLB, kita dimungkinkan membuka usaha baru, yaitu penyewaan gudang untuk perusahaan ekspor impor komponen aviation."

Dengan sejumlah langkah prioritas tersebut, Juliandra yakin GMF Aeroasia mampu menjawab seluruh tantangan di industri MRO.

Terlebih, dalam beberapa tahun ia yakini pencapaian perseroan mampu melebihi target yang diharapkan.

"Pasti kita akan melebihi MRO Singapura yang kita jadikan benchmark dari aspek competitiveness. Dengan punya pola yang mirip dengan mereka, saya optimistis setidaknya kita bisa bersama mereka di top ten MRO global," katanya.

Meniti karier

Pencapaian karier Andre hingga menjadi orang nomor satu di GMF Aeroasia bukan semata sebuah keberuntungan.

Perjalanan panjangnya bekerja di industri penerbangan selama lebih dari 20 tahun hanya didedikasikan kepada Garuda Indonesia dan GMF Aeroasia.

"Perjalanan karier saya itu dimulai saat masuk Garuda pada 1992 sebagai engineer. Dulu itu kan, GMF belum dibentuk sebagai perusahaan yang berdiri sendiri," ujarnya.

Insinyur lulusan teknik mesin Universitas Trisakti tersebut sebelumnya juga menempati posisi Direktur Line Operations di GMF.

Selebihnya, ia telah malang melintang menempati posisi teknis di Garuda Indonesia dan GMF.

"Sejak 2002 divisi teknik Garuda mulai dijadikan perusahaan spin-off yang berdiri sendiri. Bisa dibilang, saya termasuk pegawai pertama yang masuk ke dalam gelombang kepindahan dari Garuda ke PT GMF Aeroasia."

Juliandra masih ingat betul masa-masa awalnya merintis karir di Garuda Indonesia sebagai pegawai baru.

Beruntung, selang beberapa tahun saja ia langsung menerima beasiswa untuk meneruskan pendidikan tingkat master dari korporat.

Ia pun akhirnya mampu memperoleh gelar master di bidang studi transportasi udara Universitas Indonesia pada 1995.

"Nah, habis itu, ada program bagi pegawai yang sudah S2 untuk diproyeksikan sebagai pemimpin di divisi niaga untuk pengembangan pemasaran perusahaan."

Awalnya, ia sempat berpikir kemampuan, pengalaman, dan seluruh rekam jejak pendidikan yang ia tempuh di bidang teknik bakal menjadi tidak lagi relevan.

"Tapi untungnya kebijakan tersebut dikembalikan lagi oleh direksi dan saya kembali melanjutkan karier saya di divisi teknik sebagai manager planning," tandasnya semringah. (E-4)

Biodata

Nama: Juliandra Nurtjahjo

Tempat/tanggal lahir: Jakarta/25 Juli 1967

Status: Menikah

Pendidikan Formal

1. Magister Manajemen Transportasi Udara Universitas Indonesia (1995-1997)

2. Teknik Mesin, Konversi Energi, Universitas Trisakti (1986-1991)

3. SMA Negeri 3, Setiabudi, Jakarta Selatan (1983-1986)

Riwayat Pekerjaan

PT GMF Aero Asia

16 Mar 2016-Sekarang: Direktur Utama

17 Apr 2015-15 Mar 2016: Direktur Line Operation

12 Apr 2013-16 Apr 2015: SVP of SBU GMF Engine Maintenance

15 Mar 2013-11 Apr 2013: Kepala SBU GMF Engine Maintenance

1 Des 2009-14 Mar 2013: VP of Engine Maintenance

27 Jul 2009-30 Nov 2009: VP of Engine Maintenance (caretaker)

7 Mei 2009-26 Jul 2009: VP of Engine Maintenance (caretaker)

1 Agu 2008-6 Mei 2009: GM of Material Procurement

12 Des 2009-31 Jul 2008: GM of Material Procurement

5 Okt 2007-11 Des 2007: GM of Hangar 3 Non GA Maintenance

3 Des 2002-4 Okt 2007: GM of Aircraft Base Maintenance Material

1 Sep 2002-2 Des 2002: GM of Aircraft Cabin Base Maintenance

1 Agu 2002-31 Agu 2002: GM of Aircraft Cabin Base Maintenance

15 Jul 2000-31 Jul 2002: GM of Aircraft Cabin Base Maintenance

PT Garuda Indonesia

1 Feb 2000-14 Jul 2000: Kepala Maintenance Schedule & Perform

1 Jul 1999-31 Jan 2000: Kepala Maintenance Schedule & Perform

2 Nov 1998-30 Jun 1999: Kepala Production Planning B-737 & Airbus

1 Jun 1997-1 Nov 1998: Staf Aircraft Maintenance & Support

1 Mei 1994-31 Mei 1997: Planner pratama muda

21 Feb 1994-30 Apr 1994: Planner

16 Jun 1992-20 Feb 1994: Staf



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya