Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Jaring Pengaman untuk Lansia

Fathurozak
26/8/2021 06:30
Jaring Pengaman untuk Lansia
Grace Natalia Founder Hope for Bali(Dok. Pribadi)

Grace Natalia sudah menetap selama kurun satu dekade di Bali. Sebelum pandemi, dia salah satu yang terpukau dengan pesona pulau itu. Sejak pandemi tahun lalu, Grace keliling di wilayah tempat tinggalnya untuk membagikan paket sembako ke orang-orang yang ditemui. Dari kegiatan tersebut, terlihat wajah Bali yang lain. Ada kelompok marginal yang jauh dari sorot hiruk-pikuk pariwisata. Ketika pandemi, keadaan mereka semakin terhimpit.

Grace memulai dengan proyek ‘Rp20 ribu untuk 2020’ pada April tahun lalu. Kala itu, dia hanya berdua bersama temannya keliling untuk membagikan paket sembako. Ketika dokumentasi kegiatan itu diunggah ke sosial media oleh temannya, banyak yang mengontak Grace untuk ‘titip’ donasi.

Setelah beberapa kali jalan, pada Oktober Grace pun kemudian mengontak tiga temannya, yang juga sebelumnya berkeliling di wilayah masing-masing, di antaranya di Sanur, Ubud, Renon, dan Canggu. Grace, Gung Dian Indraswari, Indriana Justian, Karina Surya Andari, dan dibantu Devan dan Novi, mereka membentuk Yayasan Hope for Bali. Tujuannya ialah untuk sedikit memberi jaring pengaman bagi para lansia di Bali yang tidak memiliki keluarga ataupun yang masih harus bekerja.

“Kami berfokus ke lansia karena mereka ini kan sebenarnya sudah waktunya tidak bekerja, tinggal menikmati hidup. Namun, kenyataannya banyak dari mereka, kalau tidak bekerja, ya tidak bisa makan. Banyak lansia yang tidak dapat pertolongan dari pemerintah karena persoalan kartu identitas, misalnya bukan domisili Bali atau karena memang KTP hilang. Jadi, mereka perlu ditolong,” kata Grace, founder Yayasan Hope for Bali saat berbincang dengan Media Indonesia melalui konferensi video, Senin, (23/8).

Hope for Bali mendistribusikan minimal 30 paket sembako tiap pekannya di wilayah terdekat. Namun, dalam waktu satu bulan, mereka juga selalu menyempatkan ada pendistribusian ke wilayah yang lebih jauh dari tempat tinggal masing-masing pengurus, seperti ke Singaraja. Setiap bulannya, juga ada 20 lansia tetap yang mendapat bantuan sembako Hope for Bali.

“Di Bali ini kan setidaknya sudah ada 50 ribu orang lebih yang kena dampak PHK karena hotel banyak yang tutup. Ada tim yang mendata kira-kira siapa yang butuh dibantu. Kami survei ke lapangan, datang, interview. Setelah itu, kami diskusikan dengan tim, bagaimana baiknya, dan berapa kebutuhan yang diperlukan,” terang bendahara Hope for Bali, Nofi Muchalifah, yang biasanya juga turun ke lapangan untuk mendata, dalam kesempatan sama dengan Grace.

 

 

Bantuan untuk sesama

Meski 70% fokus Hope for Bali ialah para lansia, mereka juga tidak menutup mata ada kelompok rentan lain di Bali yang juga membutuhkan jaring pengaman. Tutupnya tujuan pariwisata juga berimbas ke orang-orang yang sebelumnya menggantungkan pemasukan mereka dari sektor tersebut, seperti para instruktur selancar dan para pedagang minuman. Belum lagi, para pedagang yang biasanya mangkal di sekolah-sekolah, juga terpaksa harus putar otak untuk memenuhi kebutuhan harian.

“Yang kami lakukan ini hanya sebagian kecil untuk membantu. Paling tidak, ada beras dan lauk yang dimasak,” kata Grace.

Nofi yang lahir dan besar di Bali pun mengungkap, meski kelihatannya tempat asalnya mewah dan semuanya serbaada, sejak pariwisata mati menjadi susah bergerak. Ia mengungkap para pekerja di bidang hospitality yang terkena PHK harus berjualan di pinggir jalan. Namun, mengingat gelombang PHK besar-besaran yang terjadi, juga cukup menyulitkan pemasukan mereka ketika banyak yang beralih berjualan di pinggir jalan.

“Ya, bersyukurnya juga banyak orang baik. Jadi, Hope for Bali semacam wadah untuk salurkan kebaikan mereka. Kami membantu sedikit dengan cara menyalurkan kepada sesama,” tutur Novi.

 

 

Belum terjangkau pemerintah

Upaya yang dilakukan Hope for Bali ini juga sebagai respons atas tidak meratanya bantuan pemerintah. Ketika banyak kelompok marginal dan para lansia yang tidak memiliki kartu identitas dan punya, tetapi bukan domisili Bali, hal itu menutup akses bantuan dari negara.

Sebab itu, Hope for Bali jemput bola dengan memberi jaring pengaman untuk para lansia dan kelompok marginal. “Kami melakukan ini atas dasar kemanusiaan saja,” kata Grace.

Selain menerima sumbangan donasi berupa uang tunai, Hope for Bali juga menerima donasi barang seperti sembako yang bisa dikirim ke sekretariat mereka. Dana untuk berdonasi pun juga didapatkan Hope for Bali dari hasil penjualan merchandise, seperti kaus, masker, dan sabun cuci tangan.

“Saya sendiri merasa senang melakukan kegiatan ini. Melihat kebahagiaan kecil mereka itu tidak tergantikan. Itu juga kebahagiaan buat saya,” papar Grace. (M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
  • Berinvestasi pada Talenta

    13/1/2022 06:20

    SAAT gelombang covid-19 varian delta menghantam Indonesia dan turut berimbas pada banyaknya angka kasus dan kematian

  • Pendidikan untuk Yatim Piatu

    13/1/2022 06:10

    SETIAP pagi, Adinda Purnamaputri bersekolah seperti kebanyakan temannya

  • Layanan Kesehatan Kelompok Lansia Transpuan

    06/1/2022 06:10

    SEBELUM mengupayakan akses vaksin bagi kelompok marginal di Yogyakarta

  • Vaksin untuk Kaum Pinggiran

    06/1/2022 06:00

    PUKUL 08.00 WIB, dr Jacoba Nugrahaningtyas Wahjuning Utami bersama sekitar 19 tenaga kesehatan klinik

  • Dari Truk hingga Door to Door

    30/12/2021 06:15

    DAPUR Umum Surabaya menjadi wadah gerakan solidaritas bagi warga di Surabaya saat gelombang kedua pandemi covid-19 menghantam Indonesia.

  • Janji Ghina

    30/12/2021 06:00

    SEJAK kepindahannya dari Sulawesi ke Surabaya pertengahan 2018, Ghina Debora bersama sang suami yang merupakan pendeta