Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
BELAJAR hal baru di usia 44 tahun tidak membuat peneliti perempuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wuri Wuryani, gentar. Ajakan untuk melamar pada organisasi internasional pelarangan senjata kimia justru menjadi tantangan bagi dirinya. Indonesia menjadi salah satu alasannya untuk tetap berjuang meskipun harus belajar ekstra.
Diskriminasi sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Wuri Wuryani, peneliti LIPI Puslit Kimia bidang teknologi pangan, saat bergabung dalam organisasi internasional Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW). Bukan perkara ras atau asal usul, melainkan lebih kepada kondisi fisik Wuri yang memang mungil, apalagi kebanyakan dari posisi inspektur analis kimia di organisasi itu berasal dari kalangan militer. Namun, hal itu tidak membuatnya takut. Ia justru tertantang untuk membuktikan dirinya bisa melaksanakan setiap tugas dengan baik.
Suatu ketika, Wuri ditegur laki-laki dari kalangan militer perihal keberadaannya dalam tugas inspeksi senjata kimia. Perempuan, ketika itu dianggap tak cocok untuk bekerja pada posisi tersebut. Bahkan, sempat ada yang meluncurkan permintaan untuk mencantumkan peraturan minimum tinggi badan. Bukannya marah, Wuri malah semakin gencar memperlihatkan kemampuannya.
“Ya kalau secara fisik, kami jelas kalah. Namun, untuk urusan bilateral dan diplomasi jangan ragukan perempuan. Beberapa kali, kami mendapatkan hambatan terkait metode yang kami pakai. Kalau negara maju itu punya standar pelaksanaan sendiri, tetapi kami (perempuan) argumentasi dengan data ilmiah. Alhamdulillah selalu berhasil menerapkan dengan standar OPCW,” kata perempuan yang selalu melihat celah untuk belajar banyak terkait dengan senjata kimia di laboratorium OPCW Den Haag Belanda, Minggu(10/4).
Posisinya sebagai satu-satunya orang asal Indonesia di organisasi tersebut membuat dirinya cekatan melihat waktu luang. Wuri ingin membanggakan nama Indonesia dengan pencapaiannya yang baik. Karena itu, ia kerap diusir dari laboratorium.
Ia tertawa mengingat kejadian pada 1999 silam, mereka yang ada di laboratorium memiliki tugas untuk dikerjakan, sementara Wuri kerap datang dan banyak bertanya dengan pegawai laboratorium. Tidak kapok, semangatnya malah semakin terpacu.
Pada peringatan Hari Kartini ini, Wuri menjadi contoh nyata perempuan bisa urun kemampuan, bahkan di dunia kerja yang masih terlihat patriarki. Tanggung jawab perempuan, lanjut Wuri, juga berkaitan dengan lingkungan sekitar untuk menjaga tetap lestari.
Bersama teman-teman perempuannya, Wuri menyusuri wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Bandung Utara untuk melihat pemanfaatan daerah resapan air yang tidak benar. Hal itu didasari dengan fakta semakin seringnya wilayah Bandung Selatan mengalami banjir.
“Pendidikan dan disiplin akan lingkungan itu harus ditanamkan sedini mungkin, dan perempuanlah yang nantinya akan menularkan pengetahuan ini kepada anak-anak,” ungkapnya.
Nobel Perdamaian
Indonesia termasuk golongan negara yang memiliki risiko rendah karena tidak memiliki senjata kimia. Sejak melakukan ratifikasi undang-undang pelarangan senjata kimia pada 1998, Indonesia sudah diinspeksi sebanyak 10 kali, pupuk dan pestisida menjadi objek yang dikaji petugas OPCW. Kedua itu menjadi objek karena adanya kekhawatiran penyalahgunaan untuk menyerang, seperti dijadikan peledak. Namun, tidak semua peledak dikatakan senjata kimia. Wuri mencontohkan, dalam satu peledak mengandung senyawa kimia yang menguar dan bisa melukai, membuat lumpuh, hingga menyebabkan kematian pada mereka yang terpapar.
Senjata kimia merupakan pemanfaatan sifat racun dari senyawa kimia, efek merusaknya bukan disebabkan pada daya ledaknya. Salah satu contohnya ialah serangan gas sarin di Tokyo pada 1995 yang menyebabkan kematian pada 12 orang serta ribuan orang dilarikan ke rumah sakit.
“Senjata kimia itu ada yang berbau, ada juga yang tidak. Mustard gas, salah satu senjata kimia yang sangat menyakitkan dan menyiksa. Bisa berdampak pada luka kulit, mata, juga paru-paru. Pun dengan triethanolamine yang biasa digunakan dalam produk sampo dan deterjen. Kalau porsinya berlebih, berbahaya,” tukas perempuan yang merasa sangat puas melihat senjata kimia dihancurkan di depan matanya.
Selama 10 tahun bertugas dengan OPCW, memberikan banyak pelajaran dan pengalaman pada Wuri, salah satunya terkait dengan sterilisasi dan pengawalan ketat pada dirinya. Setiap akan bertugas ke sebuah negara, Wuri akan melakukan cek darah untuk memastikan kesehatan dirinya karena pekerjaan ini riskan terpapar bahan kimia.
Begitu sampai di bandara negara tujuan, petugas OPCW akan diberikan jalur terpisah untuk dicek segala macam barang bawaannya. Setelah sampai di salah satu tempat pengecekan senjata kimia, ia akan mengenakan pakaian pelindung yang tertutup rapat, tidak boleh ada celah yang bisa membahayakan dirinya.
Pun dengan kehidupan sehari-harinya yang tidak boleh diketahui sanak saudara. Jika sang anak ingin menelepon, harus melewati petugas yang berwenang meminta izin untuk disambungkan kepada dirinya. Matanya selalu berbinar saat menceritakan pengalaman bekerja dengan organisasi tersebut. Namun, berkali-kali Wuri juga memohon agar apa yang diceritakannya ini bukan untuk menyombongkan diri, melainkan lebih kepada motivasi untuk generasi selanjutnya agar perwakilan Indonesia bisa kembali bergabung di organisasi tersebut.
Pada 2013, OPCW mendapat penghargaan Nobel Perdamaian karena berhasil memusnahkan senjata kimia di Suriah.
“Pemimpin kami mengatakan Nobel ini tidak akan didapat tanpa kerja keras seluruh petugas, termasuk saya yang diberikan plakat Nobel Perdamaian. Saya sangat puas saat melihat senjata kimia masuk insinerator untuk dimusnahkan, lega rasanya. Ditambah pengalaman untuk memimpin aksi inspeksi, memperhatikan sampel yang diambil benar atau tidak, pun dengan pengalaman sulitnya berkabar dengan keluarga hehehe. Jadi, kalau ada keluarga mau ketemu saya, nanti diatur petugas berwajib yang jam dan tempatnya pun ditentukan,” ungkap Wuri yang mengaku jarang sekali berlibur karena tugas inspeksi yang mengharuskan dirinya berpindah-pindah tempat dalam waktu cepat. (M-2)
wulan@mediaindonesia.com
Biodata
Nama: Wuri Wuryani
Tempat, tanggal lahir: Bandung, 1 Oktober 1953
Pendidikan:
S-1 Teknologi Pangan Universitas Padjadjaran
S-2 Food Science Reading University, Inggris
S-3 Food Science Reading University, Inggris
Pekerjaan:
- LIPI (Maret 1982–Oktober 2009)
- Analytical Chemist Inspector
Organization for the Prohibition of Chemical Weapons
(1999–2008)
- Analytical Chemist Inspector OPCW
(Januari 1999–Januari 2009)
- Lembaga Komite Akreditasi Nasional (KAN)
(Sekarang)
Penghargaan:
Berpartisipasi atas raihan Nobel Perdamaian
untuk OPCW
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved