Gema Kartini, Indonesia Lebih Maju dalam Emansipasi Wanita

Akhmad Safuan
20/4/2016 16:28
Gema Kartini, Indonesia Lebih Maju dalam Emansipasi Wanita
(Pramudi bus tingkat pariwisata 'City Tour Jakarta' mengenakan kebaya--Dok.MI/Angga Yuniar)

PERAYAAN hari Kartini di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, dipandang tidak sekedar acara seremonial, tetapi lebih dari pada itu, yakni sebagai roh untuk memaknai bahwa bangsa Indonesia lebih maju dalam emansipasi.

Pemantauan Media Indonesia, Rabu (20/4), peringatan hari Kartini bertajuk Gema kartini 2016 yang berlangsung sejak sepekan lalu di Kabupaten Rembang tidak sekedar acara serimonial, karena dalam acara yang banyak menggali potensi budaya lokal ini memaknai telah majunya peranan wanita yang ada di Indonesia.

Gegap gembita warga Rembang dan sekitarnya dalam peringatan lahirnya RA Kartini yang dilangsungkan sejak tanggal 10 April lalu baik dipusat
kegiatan di Musium Kartini, di balai kelurahan, sekolah-sekolah maupun
kantor pemerintahan lainnya mencapai puncaknya pada prosesi kirab petaka yang berisi kata-kata mutiara RA Kartini untuk menyuarakan emansipasi wanita.

Kirab Petaka Kartini digelar dengan membawa petaka dari mulai Museum Kartini, dulunya merupakan Kantor Kabupaten Rembang dan sekaligus rumah tinggal Bupati Rembang KRM Adipati Ario Singgih Djoyo Adiningrat (suami RA Kartini) menuju kompleks pemakaman Kartini di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, sepanjang 17,5 kilometer berlangsung meriah dengan iringan musik gamelan Jawa dan upacara sakral.

Ribuan warga yang datang dari berbagai pelosok Rembang dan sekitarnya mengikuti jalannya prosesi kirab Petaka Kartini yang berlangsung hikmat, dengan kendaraan hias rombongan berjalan merambat menyusuri jalur pantura untuk memberikan kesempatan warga menyaksikan kemegahan petaka ini.

Bupati Rembang Abdul Hafidz kepada Media Indonesia sebelum prosesi berlangsung mengatakan bahwa acara ini jangan hanya dipandang sebagai
acara serimonial saja, tetapi lebih dari pada itu gerakan emansipasi wanita yang digelorakan oleh RA Kartini telah berkembang cukup pesat
sebagai bentuk perlawanan terhadap perbedaan gender.

Kemajuan wanita baik di pedesaan maupun perkotaan yang saat ini telah berlangsung tentu ke depan akan lebih dapat terasa dan sebagai tonggak
perjalanan adalah lahirnya RA Kartini sebagai pelopor gerakan emansipasi wanita.

"Acara ini jangan hanya dipandang sebagai serimonial saja, tetapi yang lebih penting adalah makna yang terkandung di dalamnya termasuk ajaran-ajaran Kartini yang tertuang dalam tulisannya Habis Gelap Terbitlah Terang," katanya.

Hal serupa juga diungkapkan Ketua Partai NasDem Rembang Sugeng Ibrahim, bahwa selama 20 tahun hidup di Rembang ini baru sekarang terasa kembali
kebangkitan RA Kartini yang diperingati secara khusus.

"Jepara dan Rembang mempunyai garis historis yang panjang dengan RA Kartini ini, maka kedua daerah sama-sama menggelorakan semangat juang Kartini dalam beremansipasi," tambahnya.

Ia mengatakan dalam hal emansipasi Indonesia lebih bagus daripada negara maju seperti Amerika, karena kepemimpinan wanita telah terbukti seperti Indonesia pernah dipimpin wanita (Megawati) sedangkan Amerika belum pernah sama sekali, demikian juga jabatan kepemimpinan daerah sudah ada gubernur wanita, bupati dan wali kota wanita, camat, lurah dan sederet jabatan lain baik eselon 1-5 di berbagai instansi pemerintah.

Jauh sebelum ini, ujar Sugeng Ibrahim, nusantara juga perbah diperintah oleh wanita seperti Ratu Shima, Ratu Kalinyamat. Ini membuktikan bahwa
emansipasi telah ada, sekarang yang lebih penting adalah tetap menjaga jalannya emansipasi ini tidak hanya sekedar kuantitas tetapi
kualitas.

"Jangan ada lagi wanita tidak sekolah atau jangan ada lagi perdagangan wanita, tetapi wanita benar-benar berada berdampingan dengan lelaki
untuk saling membantu dan saling menghargai," kata Sugeng Ibrahim.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya