Alergi Berdampak Besar

Putri Rosmalia
18/4/2016 08:05
Alergi Berdampak Besar
(MI/AGUNG SASTRO)

PEMAHAMAN gejala dan penanganan alergi yang rendah menjadi pemicu terjadinya dampak buruk akibat alergi, khususnya pada anak-anak.

Penyebab alergi yang tidak segera terdeteksi dapat mengakibatkan munculnya penyakit dalam jangka panjang, di antaranya asma, rhinitis, dan penyakit degeneratif.

"Banyak masyarakat yang cenderung mengabaikannya. Padahal, alergi memiliki dampak lebih daripada sekadar gangguan atau gejala pada pernapasan, kulit, dan pencernaan," ungkap Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (IKK FK UI), Herqutanto, di Jakarta, kemarin.

Ia mengungkapkan, alergi umumnya terjadi pada anak-anak.

Sekitar 20% anak pada usia satu tahun pertama mengalami reaksi berupa alergi pada makanan yang diberikan.

"Makanan masih menjadi pemicu terbesar alergi. Makanan dengan tambahan bahan penyedap dan pengawet memiliki potensi lebih besar menyebabkan alergi," tambahnya.

Dia menambahkan, makanan dengan kandungan protein hewani juga menjadi pemicu alergi terbesar pada anak-anak dan bayi.

Diungkapkan Herqutanto, penelitian Allergy and Asthma Foundation of America menyatakan alergi susu sapi merupakan kasus yang paling banyak terjadi pada anak-anak di seluruh dunia.

Di Indonesia, 1 dari 25 anak menderita alergi protein susu sapi.

Beberapa gejala alergi akibat makanan yang muncul pada tubuh, khususnya anak-anak, di antaranya ruam, bintik merah, gatal, diare, mual, serta sesak napas.

Sementara itu, berdasarkan data World Allergy Organization (WAO) 2011, diketahui prevalensi alergi terus meningkat dengan angka 30% hingga 40% dari total populasi dunia.

Data itu sejalan dengan data Center for Disease Control and Prevention (CDC) yang mencatat adanya kenaikan angka kejadian alergi hingga tiga kali lipat sejak 1993 hingga 2006.

"Umumnya seseorang baru menyadari adanya alergi pada tubuh ketika telah muncul gejala yang sama lebih dari sekali. Ketika itu, sangat disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan atau tes alergi untuk mencegah dampak buruk, terutama jika ternyata alerginya berasal dari obat-obatan kimia," ungkapnya.

Akibat obat, dampak alergi yang umum ditimbulkan dapat lebih parah hingga menyebabkan anafilaksis atau reaksi kegagalan fungsi sistem tubuh secara luas.

Pengganti ASI

Presiden Direktur Sarihusada, Olivier Pierredon, menambahkan upaya pengenalan dan pemantauan gejala secara rutin dapat menjadi kunci pencegahan dampak buruk antibiotik.

Selain itu, pada anak-anak, pemilihan makanan pengganti air susu ibu (ASI) menjadi kunci tepat pembentukan daya tahan tubuh anak, termasuk untuk melawan alergi.

Meski demikian, ia berpendapat pemberian ASI eksklusif tetap menjadi upaya preventif terbaik untuk mencegah anak mengidap eksim atopik dan mengalami gangguan kesehatan lainnya.

Selain obat dan makanan, alergi juga dapat ditimbulkan beberapa faktor lain, seperti racun serangga, bulu binatang, zat kimia, dan alergi musiman.

Anak dengan atopik atau bakat memiliki alergi lebih berpotensi mengalami alergi karena berbagai faktor tertentu.

"Faktor risiko sangat penting dimengerti orangtua, termasuk cara mengendalikannya bila alergi telah terjadi," tutup dia. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya