Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Dosa Berantai dari Hoaks

Ferdian Ananda Majni
02/5/2021 05:05
Dosa Berantai dari Hoaks
Ilustrasi Hoaks(Dok. MI)

KEMAJUAN teknologi informasi telah mengubah perilaku manusia, bahkan mengubah kebiasaan dan pola pikir. Begitu juga keberadaan media sosial yang dapat menyebarkan informasi secara cepat dan masif.

Dalam Kajian Ramadan Masjid Nursiah Daud Paloh secara virtual, dosen dari Darussunnah International Institute for Hadith Sciences, Ustaz Muhammad Ali Wafa mengingatkan, umat Islam agar jangan percaya begitu saja terhadap berita dari orang lain, apalagi dari orang yang belum dikenal.

Sikap kehati-hatian dalam mencerna berita yang didapat itu pun menjadi sangat penting. Karena berita yang benar saja bisa dipahami salah, apalagi berita yang belum jelas sumbernya.

Pernyataannya merujuk pada surah Al-Hujurat ayat 6 yang berbunyi, "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

Menurut Ali, pembawa berita itu bukan hanya orang fasik, namun orang beriman pun menyebarkan berita yang salah dan tidak sesuai fakta sebenarnya (hoaks). Tugas kita, kata Ali, melakukan verifikasi secara mendalam benar atau tidak.

Sebab, jika seseorang mengabarkan satu berita yang benar, ia akan mendapatkan pahala dari setiap rantai kebenaran yang disampaikan.

"Kita bisa bikin pahala jariah dengan media atau informasi, itu pahala jariah tidak akan terputus-putus, nyambung terus jika kita berusaha untuk benar," tegasnya, pekan lalu.

Sebaliknya, Ali mengatakan, jika seseorang mengabarkan berita tidak benar, jangan harap mendapatkan ampunan Allah apalagi mendapatkan surga-Nya. Dosanya pun berantai.

Untuk mencegah maraknya hoaks, Ali mengatakan, perlu melibatkan tokoh yang tepercaya dan kredibel di bidangnya. Misalnya, jika konten hoaks berkaitan dengan muatan agama, hadirkanlah tokoh yang kompeten, kredibel, dan dipercaya untuk menjelaskan kebenarannya.

 

Dialami nabi

Jauh sebelum era medsos, hoaks juga dialami para nabi dan rasul. Ustaz Ali mengisahkan, di masa Rasulullah SAW, istrinya Aisyah menjadi korban hoaks dari kaum munafik atas tuduhan melakukan zina dengan sahabat Rasul.

Hingga akhirnya turunlah Surah An Nuur ayat 11, yang berbunyi “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar.”

Begitu juga kisah Nabi Adam dan Siti Hawa dikeluarkan dari surga setelah memakan buah terlarang khuldi karena terbujuk hoaks yang dilancarkan setan. Padahal Allah telah meminta Adam untuk tidak memakannya. "Setan mengatakan, buah khuldi jika dimakan akan abadi selamanya," pungkas Ali. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya