Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
SEBAGAI penulis, Ahmad Tohari memiliki sejumlah nama penulis kondang yang menjadi bahan referensi tulisannya, misalnya John Steinbeck, Pramoedya Ananta Toer, Marah Rusli, Sutan Takdir Alisjahbana, dan lainnya.
Mereka ialah para penulis legendaris dan mewarnai kesusastraan di Tanah Air, bahkan dunia.
"Saya termasuk orang yang menikmati karya-karya mereka. Mereka adalah para penulis hebat di zamannya, bahkan karyanya abadi hingga kini," kata Tohari.
Namun demikian, tokoh lain yang sangat memengaruhi falsafah hidupnya yang kemudian dituangkan dalam ide tulisan ialah Gus Dur dan Nurcholish Madjid atau Cak Nur.
Kedua tokoh itulah yang senantiasa memberikan inspirasi bagi diri Tohari.
Ia mengungkapkan Gus Dur tidak hanya sebagai bapak bangsa yang tidak diragukan kehumanisannya.
Sejatinya, kata Tohari, kehumanisannya itu merupakan religiusitas Gus Dur.
"Gus Dur mengajari bahwa religiusitas haruslah membumi. Kesetiaan dan keimanan kepada Tuhan harus dibuktikan dalam perilaku sehari-hari terhadap umat manusia. Dari manusia, untuk manusia, tetapi demi Tuhan. Itulah inti dari religiusitas yang membumi tersebut," tandasnya.
Dari pemahaman seperti itu, sesungguhnya karya-karya Tohari mengejawantahkan religiusitas yang membumi tersebut.
Karyanya sangat berpihak kepada kemanusiaan dan menentang ketidakadilan.
Di sisi lain, Tohari juga mengagumi pemikiran Cak Nur tentang keindonesiaan.
Pemikiran Cak Nur juga tidak lepas dari religiusitas yang kuat.
Pandangannya sangat jelas bahwa, "keimanan harus diterapkan di mana kita berdiri." Keindonesiaan harus terus dipertahankan sampai nanti. "Pada bagian lain, ada kritik yang disampaikan oleh Cak Nur, kalau revolusi kebudayaan belum rampung. Hingga kini, peralihan dari alam feodal ke sistem kerakyatan masih belum selesai. Inilah kritik bagi kita semua karena mental-mental feodalisme masih bercokol," tandasnya.
Banyumasan
Sebagai seorang yang lahir di Banyumas, Tohari masih memiliki kewajiban untuk mempertahankan bahasa Jawa khas Banyumasan sebab bahasa Banyumasan sebetulnya merupakan bahasa asli Jawa kuno dengan lafal 'a' bukan 'o' seperti bahasa Jawa yang berkembang di keraton, baik Solo maupun Yogyakarta.
"Bahasa Jawa Banyumasan juga tidak mengenal strata sehingga bahasanya sama untuk semua golongan, seperti bahasa Indonesia. Itu berbeda dengan bahasa Jawa keraton yang mengenal strata atau egaliter. Maka dari itu, bahasa Jawa Banyumasan yang tidak memiliki nuansa diskriminatif ini haruslah dipertahankan," kata dia.
Bahkan, lanjutnya, pada September mendatang bakal digelar Kongres Bahasa Banyumasan dengan melibatkan lima kabupaten, yakni Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara, dan Kebumen, juga mengundang warga keturunan Jawa yang berada di Suriname.
Gelaran itu sebagai upaya untuk tetap mempertahankan bahasa Jawa Banyumas agar tetap hidup dan bermartabat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved