Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Menjauhkan Diri dari Jerat Gibah

Syarief Oebaidillah
25/4/2021 05:25
Menjauhkan Diri dari Jerat Gibah
Ustaz Abdul Gaffar Ruskhan.(Dok. Pribadi)

BETAPA banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa pun dari puasanya tersebut, kecuali rasa lapar dan dahaga. Demikian salah satu hadis yang diriwayatkan dari Thabrani.

Mengapa orang seperti itu tidak mendapatkan nilai puasa, tetapi yang didapatkan hanya lapar dan haus? "Jawabnya tidak lain karena dia tidak mampu manahan lisannya dari berkata-kata yang tidak bermanfaat, bahkan merugikan orang lain, seperti gosip atau gibah," sebut Ustaz Abdul Gaffar Ruskhan kepada Media Indonesia, kemarin.

Hal itu seperti yang ditegaskan Allah SWT dalam surah Al- Hujurat ayat 12. "... dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Abdul Gaffar menyampaikan, gibah termasuk salah satu hal yang dapat menggugurkan nilai puasa di bulan Ramadan ini sebab pada lahirnya dia berpuasa, tetapi pada batinnya dia telah berbuka karena gibah.

Soal bahaya gibah ini, kata Abdul Gaffar, Rasulullah SAW pernah berdialog dengan para sahabatnya, seperti yang diriwayatkan dalam HR Muslim.

“Tahukah kalian apa itu gibah?" kata Rasul. Sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Rasulullah lalu bersabda, ‘Engkau menyebut saudaramu tentang apa yang dia benci’. Sahabat menjawab, "Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku katakan benar tentang saudaraku?"

Rasulullah pun berkata, "Jika engkau menyebutkan tentang kebenaran saudaramu, sungguh engkau telah gibah tentang saudaramu dan jika yang engkau katakan yang sebaliknya, engkau telah menyebutkan kedustaan tentang saudaramu."

Dari percakapan itu, Rasulullah SAW menegaskan, membicarakan aib seseorang sama buruknya dengan membicarakan kebenaran yang dilakukannya.

Secara bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan gibah sebagai perbuatan ‘membicarakan keburukan (keaiban) orang lain atau bergunjing’, sedangkan hadis Rasulullah di atas menyatakan gibah berkaitan dengan aib maupun kebaikannya.

"Artinya, ada tambahan yang lebih dari sekadar gibah terhadap yang tidak sebenarnya terjadi pada orang lain dengan dusta. Selain gibah, orang yang membicarakan orang lain dengan mengada-ada tentang diri orang lain itu merupakan kebohongan," ujar Abdul Gaffar yang juga penyuluh bahasa bagi para pemuka agama itu.

 

Tutupi

Kualitas insan yang berpuasa ialah mukmin yang bertakwa. Mukmin yang benar ialah mukmin yang mau menutupi aib saudaranya sesama muslim.

Namun, ketakwaan tidak akan dapat diraih jika lisan belum dapat dikendalikan dari ucapan yang tidak baik, tidak bermanfaat, tidak menyakiti orang lain, dan tidak menyingkap aib saudara sendiri.

Abdul Gaffar merujuk sabda Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abbas. "Siapa yang menutupi aib saudaranya yang muslim akan Allah tutupi aibnya pada hari kiamat dan siapa yang membeberkan aib saudaranya yang muslim akan Allah beberkan pula aibnya meskipun di dalam rumahnya.”

Karena itu, di bulan Ramadan yang mulia ini, Abdul Gaffar mengajak seluruh umat muslim untuk menjauhkan diri dari jerat gibah dan lebih banyak bermuhasabah sebagai bentuk introspeksi diri. "Tidak perlu kita mengurusi diri orang lain. Lebih baik kita melihat kekurangan diri kita sehingga dapat memperbaikinya. Itulah orang yang beruntung kata Rasulullah," pungkasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya