Melintas Batas lewat Arsitektur

Fario Untung Tanu
07/4/2016 01:05
Melintas Batas lewat Arsitektur
(DOK PRIBADI)

ADA kesamaan antara China World Trade Center Tower di Beijing, Tiongkok, dan Telkom Landmark Tower di Jakarta. Di kedua gedung itu, ada sentuhan Maulana Murdan.

Nama arsitek Indonesia berusia 45 tahun itu memang telah melintasi batas negara. Saat lulus dari Arsitektur Institut Teknologi Bandung pada 1993, Maulana sudah berkarier di Singapura dan Hong Kong. Sejak 2001 hingga kini, ia berkarier di Amerika Serikat.

Di ‘Negara Paman Sam’, Maulana bahkan memegang posisi penting, yakni sebagai salah satu perintis Woods Bagot di San Francisco. Woods Bagot merupakan perusahaan desain dan konsultasi global dengan 17 kantor di seluruh dunia. Ketika perusahaan itu ingin membuka kantor di San Francisco, Maulana menjadi 1 dari 9 orang yang dipercaya menjalankannya.

Kepada Media Indonesia, Selasa (15/3), Maulana mengaku pada awalnya tidak pernah berpikir untuk berkarier di luar negeri.

“Setelah lulus kuliah, saya sempat berkolaborasi dengan rekan-rekan saya untuk membuat usaha sendiri di bidang konsultasi arsitektur di Indonesia,” kenangnya.

Meski proyek itu tidak berlangsung lama, kolaborasi itu membuka kepekaannya soal desain dan bisnis. Perjalanan Maulana di arsitektur berskala besar dimulai dengan bergabung di perusahaan Encona Engineering.

Ketika bekerja di bawah arahan arsitek dan ahli tata kota Prof Moh Danisworo, Maulana bukan hanya belajar mendesain pencakar langit, melainkan juga menyelami perancangan kota besar. Dengan bertambahnya pengalaman, Maulana melihat peran arsitek sesungguhnya bukan terbatas pada merancang sebuah bangunan atau suatu kawasan.

“Arsitek juga harus mampu mengintegrasikan secara penuh antara alam dan lingkungan binaan serta memberikan makna bagi mereka yang tinggal dan bekerja di ruang atau lingkungan tersebut,” tuturnya.

Peran itulah yang menurutnya menuntut arsitek untuk memadukan berbagai disiplin ilmu, mulai seni, teknologi, humaniora, sejarah, sosial politik, hingga lingkungan. Hasil kerjanya juga makin menonjol karena ia tidak melupakan eksplorasi inovasi dan kreativitas.

Unsur tradisi
Keuletan dan inovasi sukses menjadi modal Maulana untuk menjejak karier di luar negeri. Singapura menjadi pelabuhan pertamanya. Pengalaman pertama itu dirasakannya campur aduk. Di satu sisi ia senang berkumpul dengan arsitek berbagai negara, tapi di sisi lain ia mulai merasakan iklim kompetisi yang tinggi.

Namun, Maulana terbukti bisa melaluinya dengan mulus dan bahkan melompat lebih tinggi. Di tahun keenam, ia memutuskan hijrah ke Hong Kong dengan bekerja di Skidmore, Owings & Merrill (SOM).

Dari situ, barulah Maulana bisa menggapai Amerika Serikat. Saat ia di Woods Bagot, keberhasilannya bersama delapan rekannya dalam membangun kantor di San Francisco terlihat dari perkembangan saat ini. Kantor itu telah memiliki 80 pekerja.

Dari berbagai pengalaman, Maulana menyebut beradaptasi pada keberagaman menjadi hal penting dalam kemajuan kariernya.

“Keberagaman berpikir dan bertindak dengan perbedaan latar belakang budaya kadang menjadi hambatan bagi saya untuk berkarya. Meskipun pada akhirnya saya menyadari keberagaman ini justru menciptakan dialog yang jauh lebih dinamis dalam berkreasi,” paparnya.

Di sisi lain, Maulana menekankan pentingnya mengidentifikasi keunikan diri sendiri. Keunikan itu tidak hanya menjadi nilai tambah, tetapi juga dapat membantu kita menciptakan solusi yang optimal.

Jika bicara soal keunikan desain, karya-karya Maulana selalu menarik karena adanya unsur atau filosofi tradisi dalam tampilan modern yang ia buat. Pada China World Trade Center Tower, misalnya, ia memadukan kaidah-kaidah tradisional Tiongkok dalam arsitektur gedung setinggi 330 meter itu.

Pada karya lainnya, kekuatan inovasi dan kreativitas sangat terlihat. Contohnya pada desain Menara Jinling yang seperti batang merekah dan kemudian membentuk mahkota di pucuknya. Proyek desain itu telah memenangi San Francisco AIA’s Unbuilt Design Award dan Venice Biennale’s Metamorph Award pada 2004.

Meski perjalanan kariernya telah panjang, belum ada kata puas bagi Maulana. Ia ingin terus melahirkan karya dan sekaligus mengibarkan nama Indonesia di dunia. (M-3)

fario@mediaindonesia.com

Nama: Maulana Murdan
Tempat, tanggal lahir: Bandung, 12 Mei 1970
Domisili: California, Amerika Serikat
Riwayat pekerjaan:
• Woods Bagot (San Francisco 2008-sekarang)
• Skidmore, Owings & Merrill, LLP (Hong Kong, San Francisco, 2001-2008)
• Nikken Sekkei International (Singapura, 1995-2001)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya