Tidak Ada Kompromi soal Integritas

Irene Harty
04/4/2016 00:20
Tidak Ada Kompromi soal Integritas
(MI/ATET DWI PRAMADIA)

PAGI itu Jakarta tampak sesibuk biasanya. Lalu lalang manusia dan berbagai kendaraan menunjukkan perjuangan mencari makan tidak semudah menghabiskannya.

Saat memasuki gedung tinggi bernama Sahid Sudirman Centre, Jakarta, medio Maret lalu, Media Indonesia disambut dengan ramah oleh Direktur Utama J-Trust Bank Indonesia Ahmad Fajar.

Diawali dengan perkenalan singkat, pembicaraan bermula dari kondisi perbankan di Indonesia sampai menyangkut integritas dalam pekerjaannya sebagai bankir.

Fajar mengaku terjun ke dunia perbankan sejak mendapat gelar sarjananya dari Institut Pertanian Bogor.

Bank Bumi Daya (BBD) menjadi kantor Fajar yang pertama.

Masuknya ia ke BBD ternyata punya cerita tersendiri.

Saat menjadi mahasiswa rantau yang masih menerima transfer uang saku setiap bulan, pria berkacamata itu selalu rutin ke bank untuk mengecek dan mencairkan uang transferan.

Maklum, saat itu perbankan masih jauh dari sentuhan digital macam saat ini.

Satu kali, karyawan perempuan yang biasa melayaninya dengan ramah diganti karyawan laki-laki yang bersikap sebaliknya.

"Seperti biasa saya datang, tapi dia bilang (uangnya) belum datang. Saya datang lagi besoknya malah dibilang 'Ngapain kamu mahasiswa nanya-nanya kayak gini terus?'," tutur Fajar menirukan arogansi si karyawan tersebut.

Dengan berani, laki-laki kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu lantas mendatangi kepala cabang BBD tempat rekeningnya tercatat.

Ternyata uang kiriman orangtua Fajar sudah masuk dua pekan sebelumnya.

Fajar akhirnya mendapat sanjungan atas sikap kritisnya itu sampai akhir masa sebagai mahasiswa sarjana, pekerjaan awal didapatnya dari bank itu.

"Pertama masuk bank, saya disuruh pilih. Banyak yang pilih (divisi) kredit atau yang lain. Saya pas ditanya bilang kalau kredit banyak pegang uang nanti amanah bapak saya tidak tercapai," lanjut Fajar.

Pada akhirnya, ia memilih untuk memulai kariernya di dunia perbankan di bidang penelitian dan perkembangan (litbang).

Mengapa litbang?

Penyuka filosofi golf itu berpendapat, masuk divisi litbang ibarat memandang dari helikopter.

'Helicopter view' memungkinkan dirinya yang masih pemula untuk melihat semua kondisi dari satu tempat untuk kemudian mencanangkan strategi tepat sebelum memenangi peperangan.

Fajar juga punya alasan lain untuk memilih bagian litbang.

"Dalam pikiran saya, kalau bagus di perencanaan biasanya akan diminta buat pidato direktur. Dengan begitu, saya bisa dekat dengan direksi. Betul itu terjadi, saya terpilih setelah dua-tiga tahun," jelasnya bersemangat.

Dua idola

Setelah beberapa tahun di litbang, Fajar mulai tertarik dengan dunia treasury.

Dari situ ia merambah ke tingkat lebih tinggi tanpa permintaan khusus dari dirinya sendiri.

Pengajar di Universitas Padjadjaran dan STIE Perbanas itu memang sangat menjunjung tinggi asas profesionalitas.

"Saat baru lulus, Profesor Soebroto (pengajarnya saat kuliah) mengatakan never compromise with your integrity. Ayah saya juga selalu mengatakan kerja di mana pun yang penting kejujuran dan percaya Tuhan karena kerja adalah ibadah," ungkapnya tentang prinsip integritas yang ia junjung.

Fajar meyakini kejujuran yang ada dalam integritas mesti dimilikinya agar dia benar-benar utuh sebagai bankir.

Laki-laki yang pernah bekerja di salah satu bank BUMN itu mengakui Agus Martowardojo--saat ini Gubernur Bank Indonesia--sebagai idolanya dalam menerapkan integritas.

Ia mencontohkan, saat memimpin salah satu bank terbesar di Tanah Air, Agus tegas menghapus praktik-praktik melenceng yang sempat membuat bank itu terpuruk sebelum kepemimpinannya.

"Misalnya dulu untuk meraih dana (pihak ketiga) dari pemerintah itu ada 'seger-segeran'. Dihilangkan itu. Dampaknya dana dari mereka turun, tapi dibiarkan saja. Akhirnya balik lagi," kisah Fajar.

Idolanya yang lain ialah Mochtar Riady, bankir kawakan 'bertangan dingin' yang membesarkan Bank Buana--cikal-bakal Bank UOB Indonesia, Bank Panin, dan BCA.

Fajar mengaku terdorong untuk mengembangkan ilmu teknologi informasi, di samping ilmu agama dan matematika di posisinya yang sekarang, lantaran pengaruh Mochtar Riady.

"'Saya membesarkan Bank Buana, merintis Bank Panin dengan kemampuan accounting, tapi saya membesarkan BCA dengan IT (information technology)'," imbuh Fajar menirukan idolanya itu.

Ekspansi

Pengembangan teknologi informasi memang menjadi salah satu fokus yang akan digunakan J-Trust Bank untuk meningkatkan performanya dalam tahun ini.

J-Trust Bank sudah memiliki rencana untuk mendatangkan ahli IT dari India untuk meningkatkan transactional banking seefektif mungkin karena semua bisnis terkait dengan bank.

Dengan posisi konsolidasi saat ini, J-Trust Bank memang masih belum mampu unjuk gigi terlalu besar, tapi ia optimistis pertumbuhan laba bisa mencapai 38% dengan aset minimal Rp2,5 triliun.

Jumlah itu seiring dengan portofolio kredit yang juga akan diberikan sampai Rp2,5 triliun atau kurang lebih tumbuh 28%.

J-Trust Bank, menurut Fajar, akan fokus menyalurkan kredit ke small medium enterprises (SMEs) lebih dari 30% mulai bulan ini setelah tiga bulan pertama 2016 memperkuat kredit ke segmen korporasi dan konsumer.

"Sampai Maret beberapa corporate di atas Rp100 miliar akan kami tahan dan kita akan fokus portofolio SMEs mulai Rp500 juta sampai Rp10 miliar dan medium dari Rp10 miliar ke atas sampai di bawah Rp100 miliar," jelas Fajar.

Dengan begitu, rasio pinjaman berbanding dana pihak ketiga atau loan to deposit ratio (LDR) disebutnya bisa dimaksimalkan ke 90% serta menghindari idle fund.

Sebagai bentuk efisiensi, Fajar beserta tim akan mengevaluasi seluruh kantor cabang.

Yang kinerjanya tidak sesuai harapan amat mungkin ditutup atau direlokasi.

Fajar juga mengungkapkan rencana besar J-Trust, yaitu mendirikan perusahaan pembiayaan (multifinance).

Sister company-nya itu tidak semata-mata bermain di segmen otomotif seperti sejumlah multifinance lain, tapi juga merambah ke segmen pertanian.

Menurut perkiraan Fajar, alokasi pembiayaan multifinance itu kelak 40% ke industri otomotif, yakni motor, sedangkan 60% ke bidang pertanian.

"Kita mau bangun pertanian buat kredit mudah sehingga produksi naik. Kerja sama dengan partner lokal seperti untuk alat-alat hand tractor lalu ke depannya solar panel untuk desa yang butuh listrik, dan akan rambah sektor lain lagi," papar Fajar.

Pada akhirnya, ia berharap pemerintah tetap konsisten meningkatkan belanjanya agar aktivitas ekonomi bertumbuh sembari usaha J-Trust Bank untuk menerapkan speed, change, dan action baik kinerja maupun tenaga kerja internal.

Dengan demikian, kecepatan menghadapi perubahan dan prinsip menghormati dan melayani sesama dapat diwariskan ke generasi berikut.

(E-2)

BIODATA:

Nama lengkap: Ahmad Fajar

Tempat, tanggal lahir: Solo, 22 Januari 1966

Pendidikan:

1998: S-1 Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB)

2000: S-2 Magister managemen (MM) Universitas Padjadjaran (predikat cum laude)

Karier:

1990: Bagian penelitian dan pengembangan Bank Bumi Daya

2000: Funding Manager Treasury Group Bank Mandiri

2001: Senior Manager Treasury & Capital Market Portfolio Investment Bank Mandiri

2004: Vice President Head of Debt & Capital Market Development & Capital Market Group Bank Mandiri

2008: Direktur Treasury & International Banking Bank Century

2014-sekarang: Direktur Utama J-Trust Bank Indonesia



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya