Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
PENIADAAN dikotomi antara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) saat ini seakan menjadi angin segar bagi setiap perguruan tinggi untuk berlombalomba dalam hal prestasi.Pun, dengan PTS yang keberadaannya tidak lagi bisa dipandang sebelah mata.
Mulai dari tawaran konsep pembelajaran nan menarik hingga berbagai strategi telah dirancang PTS agar mampu menciptakan lulusan berkualitas.Universitas Trilogi misalnya, hadir dengan konsep pembelajaran yang berpusat pada komunitas mahasiswa (community student center learning).
Melalui konsep pembelajaran tersebut, mahasiswa diberikan kebebasan untuk lebih bisa berperan aktif. Tidak semata-mata bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (hardskill), tetapi juga dari segi karakter manusia (softskill).
Pasalnya, selama ini kemampuan dalam menginterpretasikan materi pembelajaran ke dalam sikap sehari-hari kerap dianggap tidak penting dalam kurikulum. Padahal jika ditelisik, justru itulah yang menjadi kelemahan mayoritas lulusan perguruan tinggi di Indonesia.
"Kalau iptek sudah ada di kurikulum, bisa dipelajari dari yang tidak tahu menjadi tahu lalu terampil. Tapi perilaku yang berkaitan dengan profesionalisme, konsisten, dan kemampuan kerja sama itu masih lemah," kata Rektor Universitas Trilogi Asep Saefuddin kepada Media Indonesia, Selasa (29/3) malam.
Untuk itu, terangnya, mahasiswa dibiasakan berinteraksi dalam sebuah diskusi dengan dosen sebagai fasilitator. Proses pembelajaran jauh dari kata monoton, mahasiswa juga tidak lagi dijejali materi dengan cara-cara yang konvensional.
Tak dinyana, hal itu terbukti efektif berjalan sepanjang perguruan tinggi yang telah bertransformasi dari Sekolah Tinggi Ekonomi Keuangan Perbankan Indonesia (STEKPI) itu menjadi Universtitas Trilogi dalam tiga tahun terakhir.
"Khusus untuk mata kuliah umum, mahasiswa dari berbagai program studi (prodi) dipertemukan dalam satu diskusi. Kebiasaan menerima perbedaan dari beragam pandangan itulah yang kita harapkan manfaatnya," tutur Asep.
Saat ini ada 10 prodi untuk strata 1 (S1) di Universitas Trilogi. Antara lain, ekonomi pembangunan, manajemen, akuntansi, agro eko teknologi, agribisnis, ilmu dan teknologi pangan, desain produk, desain komunikasi visual, teknologi informasi, dan sistem informasi.Sedangkan untuk prodi S2 ada program magister manajemen.
Pada tahun ini, ada tambahan dua prodi untuk S1, yaitu prodi pendidikan guru taman kanak-kanak (TK) dan prodi pendidikan anak usia dini (PAUD).Kedua prodi tersebut bahkan telah bekerja sama dengan Organization for Industrial Spiritual Cultural Advancement (OISCA) Jepang.
"Jadi, mahasiswa prodi TK dan PAUD bisa belajar dengan aspek multikultural.Kita kedepankan budaya akademik yang tinggi dan entrepreneur, kita blending keduanya di dalam proses pembelajaran," ucap dia.
Menurut Asep, konsep budaya seperti itu masih jarang diterapkan di Indonesia. Sehingga perguruan tinggi, khususnya di bidang pendidikan guru hanya menghasilkan lulusan yang mapan di bidang keilmuan tanpa bekal keterampilan budaya serta kemampuan entrepreneur memadai.
"Ini yang jarang di set-up.Budaya dan entrepreneur harus dimasukkan dalam ekosistem kampus," tandasnya.Mulai diperhitungkan Karena asal usul Universitas Trilogi dari STEKPI, diakui Asep, jurusan manajemen dan akuntansi masih menjadi primadona. Namun seiring perkembangan zaman, muncul dua jurusan favorit baru, yaitu desain komunikasi visual serta ilmu dan teknologi pangan.
"Tiga tahun terakhir mahasiswa Trilogi jurusan agrobisnis dan teknologi berhasil tembus level nasional uturan satu, dua, dan tiga. Jadi tidak hanya di bidang ekonomi saja," ungkapnya.
Berkembangnya prodi itu juga diiringi oleh pertumbuhan minat mahasiswa yang mencapai hampir 200%. Pada 2013, jumlahnya 370 mahasiswa, naik menjafi 460 mahasiswa pada 2014, bahkan tahu lalu meningkat lagi hingga 1.020 mahasiswa, kemudian tahun ini sebanyak 1.900 mahasiswa.
Hal itu menandakan Universitas Trilogi sebagai salah satu PTS yang terbilang baru mulai diperhitungkan oleh masyarakat. Terlebih arus informasi PTS relatif mudah didapat dan diakses, baik melalui website ataupun media massa.
"Untuk bisa diperhitungkan, PTS memang mesti bekerja keras menonjolkan keunggulan masing-masing. Lulusan kami lebih dari 70% sudah bekerja di perusahaan sebagai profesional, ada juga yang merintis usaha baru," pungkas dia.
Ditambahkan Asep, fasilitas yang dimiliki PTS juga harus menunjang proses pembelajaran.
Keberadaan sarana prasarana seperti laboratorium diyakini sangat membantu mahasiswa untuk lebih mudah menyerap pelajaran melalui cara praktik.
"Kami punya urban farming, jadi ada model pertanian kota di belakang kampus yang menekankan pada multikultur. Banyak hasil persilangan yang dibuat mahasiwa di bidang pertanian," paparnya.
Selain itu, melihat kondisi perkotaan yang semakin sulit untuk menemukan lahan berkebun, mahasiswa mulai menerapkan sistem tanam vertikal. Lantaran tidak memerlukan lahan yang lebar, metode tersebut sangat mudah diterapkan.
Ke depan, kata Asep, pihaknya juga sedang mengupayakan kerja sama dengan perusahaan pangan untuk membuat laboratorium kimia pangan dan mikrobiologi.
Pasalnya, hingga kini praktik tersebut masih dilakukan di laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Polanya, selama ini mahasiswa yang telah menguasai teori lanjut praktik di IPB. Mereka tiga hari tiga malam menginap di Bogor, intensif sekali sampai jam tiga pagi," cetusnya.
Meski begitu, sambung dia, esensinya mahasiswa bisa lebih mendalami teori lewat praktik yang sebenarnya. Ia pun berharap, pemerintah bisa ikut membantu dalam pengadaan laboratorium yang sejatinya sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. (Mut/S-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved