Luas Hutan Berkurang Migrasi Elang Terancam

Richaldo Y Hariandja
29/3/2016 09:54
Luas Hutan Berkurang Migrasi Elang Terancam
(MI/Susanto)

INDONESIA merupakan lokasi tujuan migrasi elang dari daratan Asia Timur. Elang yang bermigrasi tersebut umumnya masuk Indonesia untuk menghindari musim dingin yang melanda negara asalnya.

Sayangnya, saat ini, luas hutan Indonesia yang berkurang menjadi ancaman khusus terhadap siklus tahunan tersebut. Hutan yang biasa menjadi tempat hijrah elang migran tersebut sudah mulai menipis seiring deforestasi dan alih fungsi hutan yang terjadi.

Akibatnya, tidak jarang ditemukan elang jatuh di kawasan terbuka maupun perairan tiap tahunnya akibat kelelahan terbang.

"Elang itu membutuhkan hutan untuk mencari makan, ibaratnya mereka recharge (mengisi kembali) energi mereka untuk terbang di situ," terang Direktur Konservasi Yayasan Konservasi Elang Indonesia Gunawan kepada Media Indonesia di Garut, kemarin.

Menurut catatan, lanjut Gunawan, terdapat tiga elang dominan yang bermigrasi ke Indonesia lewat Sumatra dan Sulawesi, yaitu Accipiter soloensis dari Tiongkok, Accipiter gularis dari Jepang, dan sikep madu asia (Pernis ptilorhynchus) yang umumnya berasal dari India.

Secara umum, mereka akan masuk ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Kali­mantan. “Mereka ke sini mencari hutan, untuk makan atau sekadar mengisi tenaga sebelum berpindah,” imbuh Gunawan.

Hanya, dengan semakin menipisnya hutan, semakin jauh jarak untuk terbang di udara lepas. Padahal, elang selalu menghindari terbang di atas laut dan daratan lepas.

Akibatnya, elang akan jatuh karena lemas, seperti yang terjadi tahun lalu di Karimun Jawa dan Malaysia.

“Elang pada jatuh dan ada yang mati maupun ditangkap oleh warga. Kalau di Malaysia, dia jatuh ke laut,” tambah Gunawan.
Sementara itu, saat kebakaran hutan dan lahan besar pada 1997, tidak ada elang yang bermigrasi ke Indonesia. Akibatnya, pada tahun yang sama terjadi ledakan populasi belalang di Lampung yang memakan habis produk pertanian.

“Kalau tidak migrasi, dia mengancam rantai makanan di tempat asal dan terjadi ledakan populasi hewan buruan di tempat tujuan,” papar Gunawan.

Dijual ilegal
Selain ancaman pada habitat, salah satu ancaman terbesar ialah perburuan yang dilakukan manusia. Dikatakan Gunawan, tidak tertutup kemungkinan elang migran ialah elang yang dijual secara ilegal.

Tahun lalu, Yayasan Konservasi Elang Indonesia mencatat terjadi 2.471 penjualan 21 spesies elang dan 127 ekor elang jawa yang masuk golongan hewan dilindungi di Indonesia. secara daring.

Sementara itu, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tachrir Fathoni saat dihubungi secara terpisah menyatakan sedang menjajaki kemung­kinan bekerja sama dengan Kemenkominfo untuk menutup dan menyelidiki laman yang memperjualbelikan tumbuhan dan satwa yang dilindungi.

“Kami juga akan bekerja­sama dengan kepolisian karena mereka kan ada bagian cyber crime, ini harus diselesaikan,” tukas Tachrir. (H-2)

richaldo@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya