Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Enam Tim Kembangan Vaksin Merah Putih dengan Pendekatan Berbeda

Faustinus Nua
03/12/2020 22:01
Enam Tim Kembangan Vaksin Merah Putih dengan Pendekatan Berbeda
Ilustrasi vaksin(AFP)

PEMERINTAH Indonesia melalui Kementerian Riset dan Teknologi telah menunjuk enam tim atau instansi untuk melakukan penelitian dan mengembangkan bibit vaksin Merah Putih. Keenam tim tersebut berasal dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Airlangga.

Dalam upaya untuk mewujudkan kemadirian vaksin, keenam tim melakukan penelitian dengan pendekatan yang berbeda antara satu dan yang lain. Pasalnya, platform pengembangan vaksin saat ini cukup banyak dan Indonesia perlu mengetahui serta menguasai hingga menemukan vaksin yang aman dan efektif.

"Alasan kami mendorong keenamnya menggunakan platform yang berbeda-beda karena memang cukup banyak platform yang saat ini berkembang dalam pengembangan vaksin," ujar Menristek Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers virtual, Kamis (3/12).

Dia mengatakan pengembangan vaksin banyak didominasi oleh Eijkman dan Biofarma maka yang populer adalah vaksin jenis protein recombinan. Selain itu ada juga jenis inactivated virus.

Akan tetapi, belakangan ini berkembang vaksin virus DNA mRNA. Bahkan dengan kemajuan yang dilakukan pengembang vaksin global, jenis ini menjadi sangat popular.

"Kita juga harus mengetahui perkembangan terakhir. Karena itu kami memberikan kebebasan kepada tim untuk mengembangkan platform yang berbeda," ucapnya.

"Kita juga tidak boleh ketinggalan, harus memahami yang DNA mRNA meskipun barangkali advance atau nanti fasilitas pendinginnya itu membutukan gas yang berbeda. Nah, itu Indonesia tidak boleh tidak tahu," tegas Bambang.

Baca juga:  Vaksin Merah Putih Didistribusikan 2021

Dia pun menjelaskan saat ini Eijkman dan LIPI mengembangkan vaksin jenis protein recombinan. Meski jenisnya sama, pendekatan yang digunakan kedua tim tetap berbeda. Eijkman telah memulai mengembangkan vaksin sejak Maret.

"Update dari Eijkman sekarang masih on track dengan harapan barangkali bulan ini sudah mulai dengan uji hewan, animal test. Sehingga paling lambat Februari atau Maret 2021 itu sudah bisa menyerahkan bibit vaksinnya kepada Biofarma," jelasnya.

Sementara LIPI telah mengembangkan sejak April. Saat ini memasuki tahap trans infeksi di sel mamalia dan akan mendapatkan hasilnya. Targetnya pada kuartal 2 tahun 2021, kandidat sudah dikarakterisasi dan akan masuk ke tahap berikutnya.

Adapun, UI dan Unair mengembangkan vaksin jenis DNA mRNA. Menurut Bambang, metode tersebut memang yang paling canggih, secara waktu bisa paling cepat dari pada platform lainnya.

"Saya yakin setiap platform ada kelebihan dan kelemahannya yang tentunya harus disikapi masing-masing pengembangnya," tambah dia.

Vaksin yang dikembangkan UI kini sudah diuji coba ke hewan. Meski belum semuanya, tapi respons yang diperoleh sangat positif dan sudah mulai pembicaraan dengan industri. Sedangkan vaksin Unair diperkirakan memiliki time table yang sama dengan Eijkman.

Untuk ke-4 tim atau institusi tersebut telah menerima SK Menristek. Sementara UGM dan ITB belum menerima SK pengembangan vaksin.

"Mudah-mudahan kombinasi ini bisa membuat pengembangan vaksin lebih cepat tersedia dalam upaya penanganan covid-19," pungkasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya