Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Kemenristek Siapkan Rp300 M untuk Pengembangan Vaksin Merah Putih

Faustinus Nua
03/12/2020 18:00
Kemenristek Siapkan Rp300 M untuk Pengembangan Vaksin Merah Putih
Ilustrasi pengembangan vaksin(AFP/Douglas Magno)

MENTERI Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menyampaikan sejauh ini anggaran yang disiapkan Kemenristek untuk pengembangan vaksin Merah Putih sebesar Rp300 miliar. Anggaran itu akan diberikan kepada enam tim atau institusi yang tengah melakukan penelitian bibit vaksin.

"Nah untuk mendukung itu, tahun depan di 2021 itu sudah kami siapkan sekitar Rp300 miliar dan tentunya kalau masih ada kekurangan kami akan mengajukan penambahan. Paling tidak Rp300 miliar kita siapkan untuk memastikan tahapan lab sampai uji klinis bisa berjalan lancar," katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (3/12).

Rencananya, anggaran itu digunakan untuk tahap penelitian di laboratorium dan uji klinis tahap 1, 2 dan 3. Sementara untuk tahap produksi dan distribusi akan ada anggaran dari kementerian atau lembaga lainnya.

"Produksi dan distribusi itu di luar tugas dan fungsi dari Kementerian kami," tambahnya.

Selain anggaran yang sudah disiapkan, Kemenristek juga mendorong pihak swasta untuk ikut terlibat. Perusahaan swasta bisa menjadi sponsor untuk pengembangan bibit vaksin tersebut.

"Dengan menggunakan PMK 153 proteksi produksi, saat ini juga sedang approach ke perusahaan swasata, pabrik-pabrik farmasi untuk ikut terlibat, terutama mensponsori atau mendanai baik di lab maupun uji klinis," terang Bambang.

Baca juga:  Pendekatan Kebangsaan Sukseskan Vaksinasi

Dia menjelaskan anggaran tersebut akan diberikan sesuai permintaan masing-masing institusi yang ditunjuk. Beberapa tim mengajukan anggaran untuk tahap penelitian laboratorium untuk kebutuhan materi seperti reagen dan peralatan lainnya.

Sementara, untuk persiapan uji klinis pada hewan, anggaran yang dibutuhkan cukup besar.

"Tikus yang dipakai juga masih impor karena belum ada yang menyediakan tikus untuk lab di Indonesia. Mereka tidak perlu khawatir dalam pelaksaan uji klinis yang memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit," tukasnya.

Adapun, keenam tim yang mengembangkan bibit vaksin yakni Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Airlangga.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya