Akali Perkembangan demi Kelangsungan

Richaldo YH/H-2
21/3/2016 12:25
Akali Perkembangan demi Kelangsungan
(MI/Adam Dwi)

Yang dapat bertahan ialah yang sanggup beradaptasi terhadap perubahan. Ungkapan itu gambaran tepat atas kebudayaan kontemporer Indonesia yang terdistorsi oleh kebudayaan asing dan perkembangan zaman.

Budaya wayang yang telah ditahbiskan Institusi Pendidikan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 2013 lalu juga tidak luput dari kondisi itu. "Jadi, wayang untuk bertahan hidup harus menyesuaikan diri," ucap Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi), Suparmin Sunjoyo, saat ditemui sebelum peluncuran buku tokoh wayang terkemuka dan pergelaran wayang bertajuk Darma Ksatria Pinandhita di Jakarta, kemarin.

Penyesuaian itu, lanjut Suparmin, di antaranya, dilakukan dengan waktu yang lebih singkat untuk mengimbangi kesibukan tinggi masyarakat. Selain itu, memperkenalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa baku di tiap pergelaran juga dipraktikkan para penggagas pertunjukan.

Harapannya, wayang tidak hanya bertahan di para penonton tetap, tapi juga menggaet penonton baru. Suparmin mengakui meningkatkan jumlah penonton lebih sulit ketimbang menarik pihak yang mau melestarikan wayang.

Hal itu, dikatakan Suparmin, tidak lepas dari kurangnya publikasi dan perhatian khusus dari media, terutama saluran televisi lokal.

Kurangnya publikasi juga diakui Wahyudi, 29, yang ditemui di tempat yang sama. Menurut Wahyudi, dirinya beruntung mengetahui pergelaran dari temannya penikmat wayang. "Sayangnya beberapa pertunjukan kurang komunikasi," ucap Wahyudi.

Sementara itu, Bambang Sularso, 50, yang juga ditemui dalam kesempatan sama, turut menyatakan pendapat yang serupa.

"Selama 15 tahun saya menonton pertunjukan wayang, yang saya lihat orangnya ya ini lagi, ini lagi."

Kondisi itu, dipandang Bambang, disebabkan belum adanya rasa kebanggaan masyarakat terhadap sebuah pergelaran kesenian. "Dan belum juga ada lokasi pergelaran kita yang membuat kita bangga kalau sudah menonton di situ."

Dalam pergelaran itu, turut hadir Dirjen Kemendikbud Hilmar Farid yang menjanjikan kebudayaan bersinergi dengan teknologi komunikasi.

Menurut dia, pemerintah akan memanfaatkan kebiasaan masyarakat membawa gawai saat bepergian. "Sering kali kalau kita datang ke pusat perbelanjaan, akan ada pesan singkat mengenai barang yang dijual di sana. Nantinya akan kita terapkan di gedung-gedung yang menggelar pertunjukan agar masyarakat mengetahui setiap pertunjukan yang digelar di lokasi yang mereka datangi," tukas Hilmar.
(Richaldo YH/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya