Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
HASIL goresan tangannya berhasil menembus belantara seni dunia. Bahkan, pada Juli 2013, lukisannya dipakai merek fesyen dunia, Louis Vuitton.
Eko Nugroho nama seniman itu.
Di studio yang sekaligus rumahnya di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Bantul, seniman kelahiran 1977 ini menceritakan asal-muasal kerja sama antara dirinya dan Louis Vuitton sekitar 2012 di Hong Kong.
Selain Eko, ada seniman asal Inggris dan Prancis yang masuk nominasi.
Ternyata, lukisan Eko yang dipilih untuk diaplikasikan ke syal.
"Tim desain Luis Vuitton memilih saya karena mereka telah melihat perkembangan saya dalam berkarya," kata dia di studio yang dibangun sejak 2010, Senin (7/3).
Sebelum kerja sama, Eko sempat mengadakan dua kali pameran di Paris.
Pertama bersama 15 seniman Indonesia di Escape Culturel Louis Vuitton pada 2011 dan Eko bekerja sama dengan pemerintah Kota Paris di Museum of Modern Art di Paris pada 2012.
Sekembalinya ke Indonesia, tim Louis Vuitton menghubunginya melalui surat elektronik untuk melakukan pembicaraan kerja sama di Hong Kong pada Juli 2012.
Kala itu, rumah fesyen asal Prancis tersebut hanya memberi rambu-rambu karya Eko, terkait dengan ukuran dan tema.
"Project ini untuk brand Louis Vuitton yang digunakan universal sehingga temanya tidak politis atau membela agama atau komunitas tertentu. Produk tersebut akan dibuat terbatas (collectible item)," kata dia.
Ada enam lukisan yang dibuat, tapi Eko hanya mengirim tiga.
Ternyata, LV memilih karnya berjudul Republic Tropis.
Lukisan berwarna terang itu digunakan Eko menggambarkan identitas multikultural yang tropis.
Ada dinamika demokrasi dan kekayaan Indonesia seperti Borobudur dan pegunungan.
Eko tak mengelak ada rasa bangga dalam dirinya.
"Tidak hanya bangga, melainkan menunjukkan ada kesempatan bagi kita terlibat dalam brand industry mode Internasional," kata Eko seraya berharap semakin banyak seniman yang terlibat dalam fesyen.
Seniman
Di dunia seni, nama Eko Nugroho cukup terkenal. Alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) ini telah menggelar pameran di luar negeri, dari Singapura, Korea, Prancis, Jerman, hingga Amerika Serikat.
Ternyata, kebiasaan Eko melukis sudah berlangsung sejak usia lima tahun.
Ia kerap menggambar tembok dan halaman tanah yang telah disapu bersih. Saat sekolah, kegemarannya berlanjut.
Ternyata menggambar, kata Eko, mengurangi stres saat di kelas.
Melihat bakatnya, orangtua Eko yang ayahnya seorang loper koran dan ibu seorang ibu rumah tangga memutuskan memasukkannya ke Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR).
"Tidak ada pertentangan dari orangtua, hanya saja mereka mencoba menyadarkan dengan bertanya, kamu mau bekerja apa (setelah lulus)," kata dia.
Keinginan yang kuat membuat Eko tetap sekolah di SMSR dan lanjut ke ISI Yogyakarta.
Karena keterbatasan ekonomi, Eko membiayai kuliahnya dengan ikut lomba menggambar karikatur, menggambar kartun di Koran, hingga mencari beasiswa.
"Saya sempat mencoba melanjutkan pekerjaan orangtua sebagai loper koran selama dua bulan setelah lulus SMSR. Waktu itu insting saya memang kuat suka menggambar. Jadi, saya bilang ke orangtua dan meminta maaf tidak bisa melanjutkan (menjadi loper koran) dan akan melanjutkan ke kuliah (di ISI)," kata dia.
Kemampuan seninya kian terasah dan berkembang di SMSR dan ISI hingga ia menggelar pameran tunggal di Cemeti Art House di Yogyakarta pada 2002.
Di situ, ia merasakan perkembangan kemampuan berseninya.
Sikap kritisnya memandang segala yang dituangkan ke dalam berbagai media, seperti komik, mural, performance, animasi, dan bordir.
Dari Cemeti, ia menjejakkan langkahnya ke dunia internasional.
Ia mulai pameran di luar negeri pada 2004 untuk artist in residensi di Fukuoka Asian Art Museum.
Lewat karya seni bertajuk Jauh di Mata Dekat di Hati, ia mengajak warga Jepang berbagi pengetahuan tentang sejarah.
Setelah itu, sejumlah negara dijajahinya.
Kaya pengalaman
Lama berkecimpung di dunia seni rupa membuat Eko Nugroho memiliki banyak pengalaman, dari karya yang dibajak, dicuri, hingga disensor.
Pada 2010, karyanya ketahuan dibajak ketika ada salah satu balai lelang lokal mengonfirmasi karya bordir yang mirip dengan karyanya.
Saat itu Eko membantahnya karena tidak pernah membuat karya itu dalam media bordir, tetapi berbentuk lukisan kanvas.
Karyanya juga pernah dicuri dari galeri dan dijual ke makelar.
Eko mengetahuinya lalu menginformasikan ke makelar tentang lukisan yang dicuri yang seharusnya sudah kembali ke studionya setelah dipamerkan di Beijing.
Setelah itu, si makelar memberi tahu orang yang memberikan karya tersebut dan urusannya diserahkan ke kepolisian.
Ketika pameran di Arab pada 2013, karyanya terpaksa diturunkan panitia karena ada raja yang akan berkeliling melihat pameran.
Salah satu karya yang menampilkan orang memakai burkak harus diturunkan.
Di antara pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya, Eko menyebut, di Indonesia banyak seniman yang karya-karyanya bagus.
Sayangnya, respons pemerintah dan masyarakat lebih lambat daripada masyarakat luar negeri. Masyarakat dan pemerintah dalam negeri baru sadar ada seniman yang bagus baru setelah direspons luar negeri.
"Kita butuhkan kecerdasan masyarakat dan pemerintah (dalam menilai
karya seni). Potensi seniman-seniman lokal tinggi kalau mau direspons dan diperhatikan betul-betul," kata dia.
Terkait dengan peran pemerintah, Eko menyambut positif keberadaan Badan
Ekonomi Kreatif walaupun dia belum merasakannya secara langsung.
Keberadaan Badan Ekonomi Kreatif menunjukkan perhatian pemerintah
terhadap bidang kreatif, termasuk di dalamnya kesenian.
Ia berharap
badan tersebut paling tidak bisa mewadahi berbagai informasi
semua kreativitas yang di Indonesia. (M-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved