Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MOMEN bersejarah terjadi di bidang konservasi banteng jawa (Bos javanicus) Indonesia. Untuk pertama kalinya banteng jawa hasil perkembangbiakan eksitu dikembalikan ke habitat alaminya.
Tepatnya pada Hari Kamis 3 September 2020, Dua ekor banteng jantan, yaitu Tekad (lahir 9 Juli 2014) dan Patih (lahir 23 Mei 2016) dikembalikan ke habitat alaminya di Taman Nasional Baluran, Banyuwangi, Jawa Timur.
Kedua banteng tersebut merupakan banteng hasil perkembangbiakan secara eksitu di Suaka Satwa Banteng (SSB) Taman Nasional Baluran, sebuah lokasi yang di bangun untuk mendukung program perkembanganbiakan banteng jawa agar mempercepat pemulihan populasi spesies banteng jawa yang terancam punah, serta untuk memperkaya keragaman genetik banteng yang ada di Taman Nasional Baluran.
Pelepasliaran banteng tersebut dilakukan oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno.
"Saat ini hanya tersisa kurang dari 5000 ekor banteng jawa di alam ini, namun populasi banteng liar di Baluran sendiri, selama 5 tahun terakhir menunjukkan tren peningkatan populasi yang menggembirakan. Dari estimasi 44 - 51 individu di tahun 2015, meningkat menjadi 124 - 140 individu di tahun 2019. Estimasi populasi tersebut didapatkan dari analisa data kamera trap yang dilakukan setiap tahun," ujar Wiratno dalam keterangan resmi, Sabtu (5/9).
Lebih lanjut Wiratno menjelaskan jika saat ini kantong populasi utama banteng jawa di Pulau Jawa hanya tersisa di Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Ujung Kulon.
Namun keempat habitat alami tersebut sudah terisolasi oleh area pemukiman dan budidaya, yang tidak memungkinkan bagi banteng-banteng tersebut untuk saling terhubung yang dalam jangka panjang, sehingga bisa mengakibatkan turunnya kualitas genetik dan berdampak pada berbagai hal, seperti penyakit genetik hingga potensi banteng menjadi kerdil.
Oleh karena itu dibangunlah SSB, Wiratno menyebut jika SSB merupakan salah satu strategi untuk mengintervensi faktor alam yang sudah sulit terjadi, SSB dijadikan sebagai "gene pool" yang berfungsi untuk menampung banteng dari berbagai kantong populasi, untuk kemudian dikembangbiakan agar menghasilkan individu banteng dengan variasi genetik yang lebih beragam.
"Anakan dari Suaka Satwa Banteng inilah yang nantinya dilepasliarkan ke alam sebagai "fresh blood" untuk menjaga variasi genetik populasi di alam tetap terjaga," imbuhnya.
Mengingat banteng ini lahir di fasilitas eksitu, metode pelepasliaran yang dilakukan adalah soft release, yaitu satwa telah melalui proses panjang untuk siap baik secara perilaku maupun kemampuan bertahan hidup sebelum dilepaskan ke habitat alaminya. Kedua banteng tersebut telah menjalani proses habituasi selama 8 bulan sebelum dilepasliarkan.
Selanjutnya setelah dilepasliarkan kedua banteng jawa tersebut akan terus dipantau. Menggunakan GPS Collar bantuan dari Copehangen Zoo, pergerakan kedua banteng tersebut akan terus dipantau secara digital, selain itu pemantauan juga dilakukan secara manual dengan mengikuti pergerakan banteng dan mencatat mencatat perilaku banteng selama 3 bulan.
Taman Nasional Baluran juga terus melakukan upaya pemulihan populasi banteng jawa di alam, salah satu upayanya yaitu dengan menurunkan ancaman kelestarian banteng, seperti menindak pelaku perburuan liar dan juga penanganan terhadap spesies invasif Acacia nilotica seluas 6000 hektar yang telah mengganggu habitat banteng jawa di Taman Nasional Baluran.
"Dengan kemampuan reproduksi yang relatif cepat, di mana hampir setiap tahun banteng mampu bereproduksi, optimisme populasi banteng dapat pulih di Taman Nasional Baluran sangat tinggi, disamping juga upaya untuk menyiapkan habitat ideal bagi banteng," pungkas Wiratno. (OL-4)
Nenek moyang harimau berasal dari Asia, bukan Afrika. Mereka berevolusi dan beradaptasi dengan lingkungan Asia, sehingga memiliki karakteristik yang sesuai dengan habitat tersebut.
SEEKOR harimau sumatra (Panthera Tigris Sumatrae) membuat geger warga di Kecamatan Gunung Tanang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat (Sumbar) karena memasuki kawasan permukiman.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong mengungkapkan kelahiran satwa liar mencapai 656.496 individu sepanjang tahun 2015 hingga April 2024.
Jika ada habitat satwa yang akan dialihfungsikan untuk menjadi pusat kegiatan manusia, maka perlu dibuat koridor satwa liar agar meminimalisir konflik satwa dan manusia.
Kolkata telah dilanda panas terik selama berhari-hari, mencapai puncaknya pada 43 derajat Celcius, yang merupakan hari terpanas pada April sejak 1954.
PETUGAS pemadam kebakaran dan penyelamatan Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengevakuasi ular piton sepanjang 5 meter.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved