Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Canggih, Sel Punca Bisa Perbaiki Sumbing

(Aiw/H-2)
12/8/2020 01:50
Canggih, Sel Punca Bisa Perbaiki Sumbing
BIBIR SUMBING: Warga mendengarkan penjelasan dokter mengenai bibir sumbing di Baubau, Sulawesi Tenggara, beberapa waktu lalu(MI/SUMARYANTO BRONTO)

BIBIR dan langit-langit sumbing merupakan cacat pada jaringan lunak yang meliputi bibir, langit-langit, dan tulang alveolus pada maksila. Dokter spesialis bedah plastik Kristaninta
Bangun menyebutkan rekayasa jaringan tulang (tissue engineering) bisa menjadi alternatif pengobatan terkini bibir sumbing, daripada cangkok tulang.

“Keunggulan dari metode ini, yaitu tidak menimbulkan morbiditas donor, memakan waktu operasi yang lebih pendek, dan lama perawatan yang lebih singkat. Pasien dapat dikerjakan
dengan one day care dengan teknik seperti ini,” katanya saat ujian promosi doktor Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Selasa (11/8).

Menurutnya, untuk rekayasa jaringan tulang, dapat digunakan sel punca mesenkimal dari sumsum tulang dewasa, lemak, periosteum, embrionik, tali pusat, dan sumsum tulang
fetus.

“Rekayasa jaringan tulang alveolus bisa ditutup dengan menggunakan sel punca, biomaterial scaffold yang diberikan growth factors sehingga bisa tumbuh tulang yang baru
pada defek,” terangnya.

Scaffold atau osteokonduksi terbuat dari berbagai bahan, seperti logam, keramik, polimer organik, dan polimer anorganik.

Kristaninta menyampaikan, bibir dan langit-langit sumbing merupakan jumlah kelainan tertinggi pada bidang bedah plastik. Sekitar 75% penderita bibir dan langit-langit sumbing
memiliki celah pada tulang alveolus maksila.

Celah ini menimbulkan beberapa masalah, seperti masalah estetis, gangguan periodontal, deviasi hidung, hingga gangguan psikologis. Oleh sebab itu, diperlukan tata laksana untuk
menutup celah pada alveolus.

Cangkok tulang yang dilakukan untuk menutup celah pada alveolus dengan menggunakan krista iliaka, tibialis, dan calvaria.

Namun, tata laksana yang menjadi gold standard ini memiliki dampak negatif, yakni morbiditas pada area donor, terdapat nyeri pascaoperasi, penurunan sensibilitas, gangguan
berjalan, parut jelek, durasi operasi lama, hingga masa perawatan yang cukup panjang. (Aiw/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya