Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
‘JANGAN pernah remehkan buku kecil’. Begitu kira-kira ungkapan tepat untuk dua buku digital dari novelis Paulo Coelho. Buku-buku cerita bergambar itu ia rilis gratis baru-baru ini untuk menemani pembaca cilik (dan orangtua mereka) di rumah selagi pandemi covid-19 erlangsung. Gramedia Pustaka Utama (GPU) telah menerjemahkan dan memberi akses cuma-cuma terhadap dua buku tersebut.
Buku pertama berjudul A,B,C,D...Hanya enam halaman efektif yang bisa dinikmati, tapi pesannya bisa jadi berpuluh-puluh halaman.
Kedewasaan bertuhan menjadi tema sentral. Isinya sepenggal cerita dengan latar misa Paskah. Seorang pastor senang dengan kondisi umat manusia yang menurutnya masih beriman. Penilaiannya didasarkan pada banyaknya jemaat di gereja.
Misa Paskah pun bermula. Semua khidmat berdoa. Kekhusyukan jemaat terganggu oleh pujian seorang bocah dengan cara tidak biasa. “A, B, C, D…,” begitu doa si bocah. Pastor marah dan menanyakan apakah ibu si bocah tidak mengajari berdoa. Jawaban anak kecil itu mengharukan dan membuat sang pastor tersadar. Diajaknya si bocah ke altar, lalu ia bicara pada seluruh umat bahwa doa anak itu ialah spesial.
Cerita itu bisa dimaknai bermacam- macam. Bagi saya, misalnya doa hanya kata, iman yang memberinya jiwa. Semua interpretasi
tentu boleh.
Selain A, B, C, D…, GPU juga memberi akses gratis untuk buku lain Paulo Coelho, Arti Damai. Sama seperti buku sebelumnya, Arti Damai sarat pesan reflektif. Ada 13 halaman efektif, selainnya berupa gambar-gambar pemanja mata. Alkisah, seorang raja sedang bingung mencari cara agar setiap negara bisa hidup berdampingan dengan damai.
Saat itu kerajaan-kerajaan tetangga terus berperang, mengecualikan kerajaan yang dipimpinnya. Sang raja khawatir jika perang merembet ke kerajaannya. Ia pun mencari cara untuk menyadarkan kerajaan tetangga tentang arti damai. Raja lalu membuat sayembara lukisan, siapa pun membuat lukisan terbaik tentang perdamaian akan menerima hadiah besar.
Lukisan yang menang ternyata gambar pohon yang diterpa badai, seperti kering kerontang dengan hanya sedikit dedaunan. Beberapa
ekor anak burung berdiam di sarang yang terselip pada dahan. Mereka gembira menyambut induk mereka yang membawakan makanan.
Banyak yang memprotes kemenangan lukisan itu, tapi sang raja punya pandangan tersendiri. Melalui buku itu, Paulo Coelho mengungkap arti damai dengan sangat sederhana. Sesederhana memahami lukisan yang awalnya terkesan gelap dan tragis. (Zuq/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved