Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SUDAH menjadi pengetahuan umum bahwa tidur merupakan upaya paling efektif untuk mengeset ulang otak dan tubuh. Namun, buku Why We Sleep; Unlocking the Power of Sleep and Dreams karya Matthew Walker akan membuka mata kita lebih lebar.
Dalam bukunya, profesor bidang ilmu saraf dan psikologi itu membahas seluk-beluk tidur yang ternyata juga berkaitan erat dengan kreativitas kognitif, kecerdasan emosional, bahkan kompleksitas sosial.
Why We Sleep yang aslinya diterbitkan pada 2017 membuka cakrawala bahwa tidur dengan durasi sepertiga hari bukanlah sebuah hal yang patut disesali. Begitu juga dengan kekaguman pada orang yang tidur hanya 4-5 jam, akan berangsur sirna.
Merujuk pada judul, buku itu tampaknya hanya akan menjabarkan fungsi dari tidur. Ternyata tidak. Di dalamnya informasi tumpah ruah, tidur jauh lebih kompleks dari sekadar memejamkan mata, lebih menarik, dan sangat relevan bagi kesehatan.
Buku yang menjadi salah satu favorit Bill Gates tersebut ditulis dengan struktur apik. Terbagi menjadi empat bagian utama. Tiap bagian punya pendekatan tersendiri terhadap tidur. Umpama, soal definisi tidur. Walker menjabarkan mulai dari apa itu tidur, mengapa manusia tidur, ideal waktu tidur, ataupun apa akibatnya jika kita kurang tidur atau malah tidak tidur sama sekali. Semua pertanyaan itu dijawabnya sebagai pendahuluan sebelum masuk ke bagian yang lebih detail.
Menariknya, ternyata tidur mempunyai ritme dan siklus tersendiri, dari tidur dengan non–rapid eye movement (NREM), tidur, rapid eye movement (REM), dan tidur. Selain itu, tidur juga punya ritme berdasarkan gelombang otak.
Kebutuhan tidur manusia juga berbeda dari hewan. Sebagai contoh, gajah dengan besar dua kali lipat dari manusia ternyata hanya butuh tidur selama 4 jam. Lama waktu manusia dipengaruhi kebutuhan otak dan saraf untuk pengalibrasian ulang seusai dihantam beragam
rangsangan saat terjaga.
Biang penyakit
“Ilmuwan menemukan teknik pengobatan baru yang revolusioner. Itu bisa membuat hidup lebih lama, sekaligus meningkatkan kemampuan memori dan kreativitas. Pengobatan itu juga membuat penampilan lebih menarik karena tubuh menjadi langsing dan menurunkan nafsu makanan.
Ini melindungi dari risiko kanker dan demensia, serta menangkal pilek dan flu, juga menurunkan risiko serangan jantung dan stroke,
bahkan diabetes. Anda bahkan akan merasa lebih bahagia, tidak terlalu tertekan, dan tidak terlalu cemas. Apakah Anda tertarik?”
begitu ia mengawali bahasan di bagian kedua.
Walker memerinci berbagai hal baik maupun buruk dari tidur. Bahkan sampai pada risiko mematikan--dan memendeknya umur--akibat kurang tidur. Salah satu benefit tidur, misalnya, ialah meningkatan kreativitas. Saat tidur, otak kita membangun koneksi antarruang penyimpanan informasi.
Otak akan menyatukan serpihan informasi yang terserak dan menyinkronkannya. Hal itu sangat berguna untuk manusia ketika
mencari solusi dan memecahkan masalah. Di sisi lain, kurang tidur bisa dianggap salah satu biang penyakit, meski bukan faktor tunggal.
Sebuah penelitian pada 2011 mengungkap kurang tidur secara progresif meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar
45%. Selain itu, ada pula riset bahwa mereka yang tidur 6 jam atau kurang cenderung mudah terkena serangan jantung, 4-5 kali lipat lebih besar daripada mereka yang tidur lebih dari 6 jam.
Walker memaparkan juga perihal urgensi tidur siang. Satu aktivitas yang barangkali sulit dilakukan sebagian besar pekerja kantoran
konvensional. Tidak tidur siang disebut meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 37% selama periode enam tahun ketimbang mereka yang tidur siang secara teratur.
Dampak lebih kuat pada pekerja, dengan peningkatan risiko lebih dari 60%. Pada pelajar, tidur siang 90 menit juga meningkatkan
kemampuan mengingat 20% ketimbang yang tidak. Kurang tidur juga bisa berpengaruh pada gen dan materi genetik. Semakin sedikit tidur atau semakin buruk kualitas tidur bisa merusak telomer. Pahadal, telomer berfungsi sebagai pelindung DNA dan berperan penting pada replikasi DNA.
Bagaimana? Cukup menakutkan bukan untuk meremehkan tidur?
Terapi
Dalam buku ini, Walker, yang dijuluki Sleep Diplomat, menawarkan penjelasan menarik terkait bunga tidur atau mimpi yang disebut sebagai epifenomena dari tahap tidur REM. Menurutnya, mimpi tak ubahnya terapi malam yang punya dua tujuan. Pertama, mengingat detail pengalaman yang menonjol, lalu mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang tersimpan di memori.
Pengalaman itu lalu ditempatkan dalam perspektif auotobiografi. Kedua, tidur ialah ‘upaya’ melupakan muatan emosional yang mendalam sekaligus menyakitkan. Jika benar demikian, bermimpi juga sebagai bentuk introspeksi dan punya tujuan terapeutik.
Walker juga menjelaskan berbagai gangguan tidur, termasuk insomnia. Ia mengetengahkan alasan mengapa banyak orang merasa sulit tidur nyenyak, juga masukan bagi pembaca untuk memilih antara obat dan terapi nonobat dengan perincian masingmasing.
Pada bagian akhir, Walker memperluas kajiannya pada aspek sosial kemasyarakatan. Ia mencatat dampak serius dari kurang tidur dalam pendidikan, kesehatan, dan bisnis. Ia membeberkan bukti untuk menjungkal asumsi jam kerja panjang yang saat ini tengah berlaku hampir di seluruh dunia.
Menurutnya, hanya dalam 100 tahun, manusia telah menelantarkan kebutuhan biologis untuk cukup tidur. Padahal evolusi tidur menghabiskan 3,4 juta tahun untuk menyempurnakan fungsi pendukung kehidupan. Fenomena kurang tidur di seluruh negara industri berdampak pada kesehatan, harapan hidup, keselamatan, produktivitas, dan pendidikan.
Kurang tidur menjadi epidemi yang dewasa ini tak terlalu dipedulikan. Padahal, boleh jadi itu menjadi tantangan terbesar atas kesehatan masyarakat abad ini. Walker memungkasi lembaran akhir dengan harapan agar masyarakat memperoleh kembali hak untuk tidur secara ideal, tanpa rasa malu, ataupun dilabeli malas.
Melalui buku yang ditulis dengan lugas ini, yang diselingi humor sarkas, ilmuwan asal Inggris tersebut telah memaparkan visi baru tidur di abad ke-21. Visi yang sangat layak Anda simak, tapi ingat, jangan sampai mengurangi waktu tidur Anda. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved