Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Sistem Informasi untuk Analisis Sebaran Covid-19

Agus Utantoro
11/4/2020 10:45
Sistem Informasi untuk Analisis Sebaran Covid-19
Aplikasi Virus Korona.(Dok. KEMENTERIAN KOMINFO/KEMENKES/BPPT/DOK.MI)

MELACAK kontak orang dalam pemantauan (ODP) ataupun pasien dalam pengawasan (PDP) virus korona baru (covid-19) selama ini dilakukan dengan cara menanyakan dengan siapa saja ODP atau PDP itu melakukan kontak setidaknya dalam 14 hari terakhir. Tentu hal tersebut memakan waktu, sedangkan informasi tentang ODP dan PDP sangat penting.

Untuk memudahkan, pakar Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Kementerian Kesehatan menggandeng sejumlah pihak untuk meluncurkan sistem covid-19 dan people analysis.

"Sistem ini mampu memberikan analisis penyebaran covid-19 berdasar data sejarah pergerakan telepon seluler pelanggan," kata Direktur Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi UGM Widyawan ST, PhD.

Ia menjelaskan, fitur covid-19 tracing akan dapat mendeteksi orang-orang di sekitar individu tadi. Hal itu karena data yang didapat dengan cara mencari nomor telepon orang-orang dengan jarak tertentu dari pergerakan posisi telepon pasien. Data sejarah pergerakan telepon pelanggan seluler yang diolah ialah data posisi keluaran dari algoritme triangulasi yang akurasinya cukup bisa diandalkan.

Ia menyebutkan, data yang dihasilkan ini jauh lebih baik dari data posisi berbasis lokasi menara telepon seluler atau biasa disebut base transceiver station (BTS). "Sistem ini tetap menjaga privasi dari pemilik nomor telepon karena informasi yang diolah hanya dapat diakses instansi negara yang berwenang dalam situasi kedaruratan," terangnya.

Sementara itu, fitur kedua ialah people mobility analysis. Fitu itu, jelas Widyawan, akan memberikan informasi yang lebih luas, berupa analisis pergerakan orang-orang dari satu daerah ke daerah lain yang disertai dengan tanggal-tanggal pergerakannya.

Menurut dia, informasi penting ini selanjutnya dapat membantu Kemenkes dan Gugus Tugas Covid-19 dalam melakukan evaluasi dan menentukan kebijakan berikutnya, misalnya, untuk melihat bagaimana pola penyebaran pandemi dari suatu zona merah ke daerah lain serta efektivitas karantina wilayah.

Ide pembuatan berawal pada 4 Maret lalu saat UGM menerima undangan dari Menteri Kesehatan dalam rangka mencari solusi untuk menghentikan persebaran covid-19 di Indonesia. Dari diskusi tersebut, ujarnya, menghasilkan sebuah konsep sistem yang akan dieksekusi Indosat Ooredoo beserta UGM dan Datains.

Widyawan memaparkan dua sistem tadi diintegrasikan dengan platform aplikasi safety confirmation cared covid-19. Pengintegrasian ini dilakukan agar sistem tersebut dapat memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dan memperkaya data yang dimiliki.

"Masyarakat yang mengunduh aplikasi tersebut dapat melakukan skrining mandiri (self screening) covid-19. Berdasarkan hasil self screening tersebut, fasilitas kesehatan lokal dapat mengetahui kondisi masyarakat di sekitarnya dan menindaklanjuti informasi ini ke Satuan Tugas Covid-19 di daerah tersebut. Dalam waktu dekat rencananya aplikasi ini akan dirilis untuk sistem operasi Android dan IOS," terangnya.

Aplikasi big data analytic ini merupakan merupakan inisiatif bottom-up serta kolaboratif dari ranah akademik dan bisnis. UGM berkontribusi dalam penyediaan infrastruktur big data, data scientist, dan epidemiologist. Indosat Ooredoo dalam penyediaan data geolocation dan business expertise, Datains dan Gamatechno berperan besar dalam data engineering, software development, dan integrasi sistem.

 

Covid Track

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi merekayasa aplikasi khusus dokter untuk memitigasi risiko paparan dokter terhadap covid-19. Aplikasi itu dilengkapi dengan fitur analisis sebaran dan pergerakan penderita serta pengelolaan kebutuhan alat pelindung diri (APD) secara spasial.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan aplikasi yang dinamakan <i>Mobile Covid Track<p> ini dapat melakukan <i>tracing<p> pergerakan pasien-pasien yang terdata. Dengan demikian, pemerintah atau instansi yang terkait dapat melakukan pencegahan atau pemeriksaan pada tempat yang disinggahi penderita dalam kurun 14 hari terakhir.

"Penderita diminta menginstal aplikasi, selanjutnya aplikasi akan mengirimkan data posisi secara berkala ke server. <i>Tracing<p> pada pasien dapat dilihat pada halaman terbatas aplikasi yang sedang dibangun. Tidak semua orang dapat melihat data tersebut," kata Hammam dalam konferensi video Technical Launch Covid Track di Kantor BPPT, Jakarta, Kamis (9/4).

Aplikasi juga dapat melakukan pendataan kebutuhan APD dari fasilitas kesehatan lainnya. PB IDI mengelola penyaluran APD yang berdasarkan sumbangan dari masyarakat.

"Dengan melihat data tersebut dan kemudian disandingkan dengan sekala prioritas, diharapkan penyaluran bantuan dapat dilakukan dengan baik. Fasilitas kesehatan yang dimaksud bukan hanya fasilitas kesehatan milik pemerintah atau daerah, melainkan juga fasilitas kesehatan yang dikelola swasta," sebutnya. Aplikasi ini juga memberikan informasi kepada masyrakat tempat membeli APD sesuai standar.

Aplikasi Mobile Covid Track dilengkapi aplikasi berbasis web yang merupakan komplementer dari aplikasi berbasis <i>mobile<p>. Dalam laman web, tersedia informasi tentang perkembangan sebaran covid-19 pada umumnya dan juga sebagai <i>interface<p> bagi pengelola dalam melakukan manajemen kebutuhan dan pengiriman bantuan APD. Kementerian Komunikasi dan Informatika juga merilis aplikasi pemantauan penyebaran virus korona bernama Peduli-Lindungi. Aplikasi itu sudah tersedia di Play Store bagi pengguna Android. (Agus U/Ferdian A/H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya