Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
INDONESIA telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 29% dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan menjalin kerja sama internasional hingga 2030. Namun, berdasarkan pengamatan peneliti ada kekhawatiran peningkatan persentase hingga hal tersebut sulit tercapai.
Demikian dikemukakan Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Maxensius Tri Sambodo, pada seminar tentang energi di kantor LIPI Jakarta, Jumat (1/3). Ia mengatakan, sektor pembangkit listrik dan transportasi akan menjadi sektor kunci bagi pengurangan emisi karbon, tetapi transisi menuju pembangunan dengan emisi rendah karbon bukan lah hal yang mudah.
Baca juga: BKKBN Minta Daerah Sinergi Tingkatkan Kualitas Keluarga
“Hal ini merupakan tantangan yang perlu diterapkan agar Indonesia mampu meningkatkan peran energi bersih secara signifikan tanpa menambah beban biaya energi,” tegas Max Tri Sambodo.
Menurutnya, dalam jangka panjang semua jenis bahan bakar fosil berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dan emisi karbon.
Max menambahkan, pada rentang tahun 2018-2019 penelitian yang dilakukan oleh LIPI bekerja sama dengan ADB (Asian Development Bank), CSIS (Centre for Strategic and International Studies); dan Kyoto University telah menghasilkan rekomendasi kepada pemerintah tentang LCDI serta rancang bangun kebijakan dari sisi bisnis model, teknologi, dan infrastruktur yang masih memerlukan penataan lebih baik.
Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Agus Eko Nugroho, menilai kebijakan energi di Indonesia masih belum sinkron.
“Satu sisi pemerintah mendukung energi tidak terbarukan, namun satu sisi juga mengembangkan energi terbarukan,” ujarnya.
Baca juga: Didemo di Makassar, Kemendikbud: Film Dilan 1991 Lulus Sensor
Hemat dia, riset tentang energi menjadi salah satu riset inti di Pusat penelitian Ekonomi LIPI. Mulai dari energi untuk pengentasan kemiskinan hingga wilayah terpencil.Dia menilai Indonesia saat ini masih bergantung pada energi berbasis fosil.
“Bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, batu bara masih menjadi sumber energi yang dominan. Hal tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia hampir sepenuhnya ditopang oleh konsumsi bahan bakar fosil,” pungkasnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved