Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Perkuat Keberagaman di Tahun Politik

Sri Utami
04/2/2019 06:15
Perkuat Keberagaman di Tahun Politik
(ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA)

TAHUN Baru Imlek yang tahun ini jatuh pada Selasa, 5 Februari, dianggap bukan lagi hanya kepunyaan warga keturunan Tionghoa, melainkan sudah menjadi milik bangsa dan masyarakat Indonesia.

Ia simbol keberagaman yang harus terus dikuatkan, terlebih di tahun politik ini.

Tahun ini ialah Tahun Baru Imlek 2570 yang akan diperingati seluruh warga keturunan Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Namun, tidak hanya mereka yang merayakan, rakyat kebanyakan ikut memberikan penghormatan.

Penghormatan diberikan kepada mereka sebagai sesama anak bangsa Indonesia meski berbeda etnik.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti pun menganggap Hari Raya Imlek sudah menjadi milik bangsa dan rakyat Indonesia.

Perbedaan, kata dia, tidak lagi sesuatu yang asing, tapi merupakan keniscayaan yang mesti dikuatkan.

"Saya mengucapkan selamat Imlek. Imlek sudah menjadi milik bangsa Indonesia, bahkan memperkaya kebudayaan nasional," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, kemarin.

Tradisi bangsa Tiongkok itu, lanjut Mu'ti, menjadi salah satu sarana untuk memelihara multikulturalisme yang sudah ada sejak lama.

Dengan semangat Imlek, masyarakat bisa melebur dan menjadi satu tanpa memandang perbedaan.

"Imlek ialah salah satu tradisi untuk memelihara multikulturalis-me di Indonesia. Di dalam Imlek, masyarakat yang berbeda-beda melebur dan bersatu."

Ia berharap segala perbedaan dikembalikan pada budaya yang memelihara perbedaan menjadi kesatuan dalam keberagaman. Terlebih, bangsa ini sedang berada di tahun politik yang berpotensi memicu perpecahan.

Senada, Ketua PBNU Marsudi Syuhud mengatakan Hari Raya Imlek ialah momentum untuk mengembalikan tradisi bangsa yang berlandaskan kesatuan dan kasih sayang.

Menurutnya, budaya bangsa ini memiliki fondasi  perbedaan yang ditujukan saling kenal dan saling menyayangi.

"Berbangsa dan bertanah air fonda-sinya bersama. Perbedaan diciptakan untuk saling mengenal, dan adat istiadat serta budaya itu sudah ada sejak lama," ucap Marsudi.

Perayaan Imlek, imbuhnya, sejati-nya dapat merekatkan kembali budaya saling mengenal, saling menyayangi, dan saling menghormati.

Di tengah ingar-bingar politik jelang Pemilu 2019, masyarakat diharapkan menggunakan momentum Imlek untuk merekatkan tali persaudaraan.

"Kita hormati bagaimana mereka melaksanakan adat, termasuk kita yang juga melaksanakan adat masing-masing."

Pererat persaudaraan
Marsudi menekankan, Tuhan menciptakan dunia dengan berbagai perbedaan.

Tugas manusialah untuk menjaga perbedaan itu dengan saling mengenal dan menyayangi sehingga tercipta persaudaraan.

"Allah menciptakan perbedaan untuk saling mengenal, untuk saling menyayangi. Selamat Hari Raya Imlek, Gong xi fa cai."

Ketua Wihara Petak Sembilan, Jakarta, Gunawan Djayaputra menuturkan Imlek selalu digunakan untuk mempererat persaudaraan dengan sa-ling memberi tanpa memandang perbedaan.

"Setiap tahun kami gunakan untuk saling membantu. Tidak hanya pada Hari Raya Imlek, mempererat tali persaudaraan itu harus dilakukan setiap saat dan kapan saja."

Gunawan bersyukur keberagaman selalu berada dalam kerukunan di Petak Sembilan.

Masyarakat dari berbagai latar belakang pun hidup rukun berdampingan.

"Setiap hari umat dari berbagai latar budaya bersembahyang ke sini. Jadi, di sini tempat berkumpulnya beragam budaya," ujarnya. (X-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya