Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Infeksi Selaput Otak yang Picu Kefatalan

Indriyani Astuti
24/1/2019 15:00
Infeksi Selaput Otak yang Picu Kefatalan
vaksin meningitis(antara)

DUKA itu masih menyelimuti Pramudya. Pekan lalu, putra sulungnya berpulang menghadap Sang Pencipta. Ia menuturkan, kepergian anaknya, Ridwan, sungguh tak terduga. Sebab, selama ini mahasiswa tingkat akhir yang kuliah di Malang itu baik-baik saja.

"Memang beberapa waktu terakhir, beberapa kali dia menelepon, mengeluh sering sakit kepala. Tapi, bisa hilang dengan minum obat sakit kepala," tutur laki-laki yang tinggal di Jakarta itu.

Hingga kemudian, sang anak jatuh sakit dengan rasa yang berbeda dari biasanya. Karena itulah Pramudya memintanya pulang ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan di rumah sakit. Semula pihak rumah sakit menduga Ridwan terkena demam berdarah dan menjalani perawatan sesuai standar penanganan penyakit tersebut. Namun, kondisinya terus memburuk hingga mengalami kejang-kejang, bahkan akhirnya koma.
"Rupanya berdasarkan pemeriksaan dokter termasuk hasil MRI, dia terkena meningitis," kata Pramudya.

Pengobatan intensif terus dilakukan pada Ridwan yang menempati ruang ICU dengan dipasang alat-alat penunjang kehidupan termasuk ventilator. Namun Tuhan berkehendak lain. Tepat sepekan sejak hari pertama Ridwan dirawat, ia menghadap-Nya.

Penyakit meningitis seperti yang dialami Ridwan memang termasuk penyakit yang kurang familiar di masyarakat Indonesia. Dokter Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Bethsaida Hospital, Tangerang, Banten, dr Puspasari SpS, menjelaskan meningitis ialah infeksi pada selaput pelindung yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges) yang dapat disebabkan oleh virus, jamur, maupun bakteri. Penyakit tersebut dapat menyerang siapa saja, tetapi paling umum pada bayi, anak kecil, remaja, dan dewasa muda.

Bakteri yang bisa menyebabkan infeksi meningitis antara lain Neisseria meningitidis yang ditemukan banyak di negara-negara Afrika. Namun meningitis juga dapat disebabkan oleh virus yang umum ada di masyarakat seperti virus influenza dan virus campak. "Apabila meningitis tidak ditangani dengan tepat, kondisi pasien dapat memburuk serta memicu komplikasi. Di antaranya kerusakan permanen pada otak atau saraf dan menyebabkan kematian," ujarnya.

Puspa mengatakan, gejala meningitis tergolong umum, mirip dengan penyakit lain sehingga sering diabaikan. Antara lain, demam, sakit kepala, ruam pada kulit yang tidak memudar, dan leher yang kaku. "Tapi pada anak-anak tidak dibarengi kaku leher," ucapnya.

Jika infeksinya sudah berat, kata Puspa, pasien dapat mengalami penurunan kesadaran dan perubahan kondisi mental karena penyakitnya telah memengaruhi saraf pada otak.

Pasien meningitis harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat terapi intensif. Untuk meningitis yang disebabkan oleh bakteri, terang Puspa, pemberian antibiotik yang tepat harus dimulai sesegera mungkin. "Kalau disebabkan bakteri kita berikan antibiotik dosis tinggi, kalau virus kita berikan antivirus. Meningitis dapat disembuhkan jika penangannnya segera," imbuhnya.

Jaga daya tahan
Sejatinya, lanjut Puspa, otak merupakan bagian tubuh yang sangat sulit terkena infeksi. Tetapi, saat kekebalan tubuh turun, misal karena kelelahan dan pola makan yang tidak teratur dalam jangka lama, virus atau bakteri lebih mudah menginfeksi otak. Oleh karena itu, ia mengingatkan supaya gejala-gejala tadi jangan sampai diabaikan dan dibiarkan berlarut-larut.

"Pusing pada pasien yang dicurigai meningitis berbeda dengan pusing biasa. Biasanya disertai demam karena infeksi. Karena itu, kalau demam, pusing, atau batuk dalam jangka waktu lama sebaiknya periksa ke dokter," tutur Puspa.

Pencegahan terhadap meningitis juga bisa dilakukan dengan vaksinasi. Seperti yang diberikan pada para calon jemaah haji maupun umrah. Hal itu untuk mencegah penularan dari jemaah haji/umrah yang berasal dari negara-negara endemis meningitis. (H-2/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anwar Surachman
Berita Lainnya