Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Energi Kabah Satukan Ukhuwah

Ade Alawi
24/7/2018 06:20
Energi Kabah Satukan Ukhuwah
(MI/Ade Alawi)

BELUM selesai makanan disantap di lantai tiga Tower Zamzam depan Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, kedai tempat jual makanan langsung tutup begitu mendengar suara azan maghrib berkumandang, Senin (23/7).

Saya pun langsung bergegas ke Masjidil Haram. Langkah terhenti ketika di halaman masjid jemaah sudah membentuk saf salat.

Pemandangan sungguh indah manakala melihat umat Islam patuh pada agama mereka. Salat di mana saja digelar begitu ada panggilan azan. Termasuk di pinggir jalan di sekiar Masjidil Haram.  

Hati ini kian terharu begitu melihat jemaah saling menghargai meski salatnya berbagai gaya dan busana.

Tidak ada yang tersenyum sinis apalagi nyinyir karena merasa paling benar. Semua khusyuk menyerahkan diri kepada Sang Khalik. Terlebih imam salatnya kala itu adalah Imam As Sudais.

Imam Masjidil Haram itu pernah menjadi imam di Masjid Istiqlal. Ketika jadi imam di masjid bersejarah di Indonesia, bacaan basmalahnya dizaharkan (keras) dan menggunakan qunut.

Dua hal itu oleh sebagian umat Islam di Tanah Air dianggap bidah (membuat hal baru yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW).

Kabah memang menjadi magnet. Berbagai aliran dalam Islam melaksanakan salat secara damai di dua kota suci, Mekah dan Madinah. Tua muda salat berjemaah tanpa ada yang menuding sesat. Bahkan, balita pun salat dengan penampilan nan menggemaskan.

Tidak hanya itu, di Masjidil Haram bertabur manusia bersedekah makanan. Ada kurma, roti, buah dan sebagainya.

Melihat fenomena itu, Konsultan Ibadah Haji di Daerah Kerja Mekah, Arab Saudi, Helmi Hidayat mengatakan masyarakat muslim dunia sebenarnya sudah tahu bahwa dalam Islam terdapat banyak mazhab

"Perbedaan mereka anggap biasa saja," kata Helmi saat dihubungi, Selasa (24/7).

Perbedaan yang menimbulkan sengketa, kata dia, kebanyakan bukan akibat perbedaan itu sendiri, tapi karena persoalan eksternal lain, misalnya politik atau ta'assub golongan.

"Ini terjadi juga di Indonesia, bahkan sekarang tambah marak," ujar Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Di sisi lain, para jemaah haji atau umrah sejak awal sudah diwanti-wanti bahwa di harom mereka akan melihat banyak perbedaan.

"Untuk itu mereka diminta tidak usil dan fokus ibadah sesuai tuntunan yang diajarkan  di tanah air masing-masing. Minimal ini yg terjadi pada jemaah asal Indonesia," ujar Helmi.

Terakhir, dia mengatakan polisi Arab Saudi di Masjidil Haram dilatih hanya untuk mengawasi kriminalitas.

"Bukan ibadah orang per orang" pungkasnya.

Di depan Kabah, ukhuwah bersatu tidak bisa dikalahkan. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya