Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BERPENAMPILAN kalem, berjanggut tipis, dan selalu berpeci haji. Itulah Agus Rinaldi, 35, mahasiswa magister ilmu tafsir Universitas Qassim, Arab Saudi.
Mungkin tak ada yang menyangka bila alumnus Sekolah Teknik Menengah Negeri atau sekarang namanya Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Adiwerna Tegal Jurusan Otomotif bercita-cita jadi ahli tafsir.
"Saya juga saat itu enggak punya cita-cita jadi ahli tafsir," kenang Agus saat ditemui di Kantor Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Mekah, Arab Saudi, Sabtu (21/7).
Agus adalah salah satu mahasiswa Indonesia yang belajar di Timur Tengah yang direkrut untuk menjadi Tenaga Musiman (Temus) Haji Kementerian Agama pada 2018.
Tak pelak bila Agus pun kemudian bekerja sebagai mekanik di salah satu perusahaan otomotif ternama di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Namun, Agus tak puas bila hanya bekerja sebagai mekanik meski bergaji lumayan. Diam-diam Agus belajar bahasa Arab hingga berhasil menembus pendidikan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Jakarta. Dia meraih beasiswa untuk belajar di lembaga milik Pemerintahan Kerajaan Arab Saudi itu.
Tamat dari LIPIA Agus berpikir keras bagaimana bisa melanjutkan pendidikan ke strata 2.
"Pokoknya beasiswa ke mana saja saya kejar, karena saya tak mampu kuliah tanpa beasiswa," ungkapnya.
Setelah empat kali gagal mengikuti seleksi masuk Universitas Qassim, akhirnya Agus pun melenggang kuliah magister di perguruan tinggi tersebut. Dia pun meraih beasiswa.
Kini Agus memasuki tahun ketiga kuliah di Universitas Qassim. Dia sedang mengajukan thesis berjudul Tafsir wal Mufassirun fi Indonesia (Tafsir dan Para Ahli Tafsir di Indonesia).
"Di Indonesia sangat banyak ulama besar ahli tafsir. Total yang saya teliti sebanyak 25 ahli tasir, 15 tafsir berbahasa Indonesia dan 10 tafsir berbahasa daerah, seperti Sunda, Makassar dan Madura," jelasnya.
Agus pun meneliti afsir Al Quran mulai dari Syaikh Abdul Rauf As-Singkili, ulama besar Aceh yang hidup pada abad 13 hingga karya kekinian KH Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah.
Agus punya keinginan mengabdi menjadi pengajar Ilmu Tafsir di tanah air.
"Saya ingin mengajar di pesantren di Arun, Lhoksemawe, Aceh, di mana saya ikut mendirikannya juga," tuturnya.
Pria yang memiliki anak tiga ini prinsip hidupnya tak neko-neko. Dia mengutip pepatah bijak Arab, faqidu as- syai' la yu'ti (orang yang tidak mempunyai sesuatu tidak dapat memberi).
"Saya mencari ilmu hingga ke negeri seberang agar saya bisa memberikan manfaat buat orang lain," pungkasnya.
Semoga! (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved