Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PEREBUTAN atas siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad saat membangun kembali Kabah, juga tentang hukuman bagi pezina yang berada di luar umatnya, menghadirkan Muhammad sebagai seseorang yang dipercaya sebagai penengah situasi. Tak serta-merta beliau bersikap egois karena dipilih sebagai pemutus masalah. Pada kasus pezina di kalangan umat lain, ia ditanya tentang hukuman apa yang layak diberikan. Muhammad SAW pun lantas minta diperdengarkan perihal hukum perilaku tersebut yang terkandung dalam Taurat. Pada persoalan peletakan Hajar Aswad, ketika itu dirinya baru berusia 35 tahun dan belum diangkat menjadi utusan Allah SWT.
Pribadinya yang bisa dipercaya membuat kaum mana pun tidak sungkan untuk meminta pertolongannya. Pun dengan sifat lainnya seperti lemah lembut dalam bertutur kata, juga selalu mengedepankan musyawarah untuk menyelesaikan persoalan. Karena itu, banyak sahabat dan masyarakat yang nyaman berada di sekeliling Muhammad SAW.
Buku yang ditulis Nurul H Maarif ini juga mengisahkan bagaimana Muhammad SAW tidak hanya menilai seseorang dari satu sisi, harus ada keseimbangan antara dunia dan akhirat yang menjadi tanggungan dari setiap orang. Hal itu disampaikan nabi saat menerima kedatangan rombongan tamu yang berasal dari pedalaman ke Madinah.
Mereka bercerita tentang salah seorang ahli ibadah di daerahnya, salatnya rajin dan khusyuk, iktikafnya tak mengenal waktu, pun dengan zikirnya yang tiada henti. Masyarakat pun menilai kegiatan ritual yang dilakukan orang tersebut sebagai kegiatan paling mulia. Hal utama yang lantas ditanyakan Muhammad SAW ialah perihal kehidupan dunianya, bagaimana dengan kehidupan dan kecukupan nafkah bagi keluarganya. Mendengar pertanyaan tersebut, rombongan tersebut menjawab merekalah yang menanggung kecukupan hidup keluarga sang ahli ibadah. Dengan santun dan lembut, Muhammad SAW justru mengucap bahwa mereka (kelompok yang datang kepada Muhammad SAW)-lah yang lebih baik daripada pria yang gemar beribadah tanpa lelah.
Rupanya Rasulullah SAW memiliki alasan atas ucapannya. Bagi beliau, apakah jika pria yang selalu beribadah tersebut terbebani oleh urusan dunia seperti anak dan istri, lantas masih tetap bisa tekun beribadah. Selama ini, pria tersebut bisa beribadah dengan nyaman dan tekun karena masyarakatlah yang menciptakan kondisi demikian. Bagi Rasulullah SAW, harus tetap ada keseimbangan antara dunia dan akhirat, dengan tetap memprioritaskan kepentingan akhirat. Seseorang yang fokus hanya mengejar dunia, otomatis akan melupakan akhirat, pun sebaliknya yang fokus mengejar akhirat telah menyalahi fitrahnya sebagai khalifah yang telah diberi mandat untuk mengelola bumi Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Apabila menjadi orang kaya, kekayaannya bisa berguna untuk kepentingan orang banyak. Dan, jika menjadi penguasa, hendaknya kekuasaannya untuk kemaslahatan rakyat.
Teladan yang relevan
Dalam satu subbab yang berjudul 'Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku' diceritakan tentang pertemuan baik Rasulullah SAW dengan orang-orang yang berbeda agama. Mulai kabar kenabiannya yang justru didapat dari dua orang pendeta, yaitu Pendeta Buhaira dan Pendeta Waraqah, Muhammad SAW juga menjadikan sahabatnya seorang nonmuslim sebagai penunjuk jalan saat melakukan hijrah dari Mekah menuju Yatsrib (kemudian disebut Madinah). Hubungannya dengan umat lain berjalan layaknya hubungan kekerabatan, dan dilandasi dengan sikap saling percaya. Rasulullah SAW tak pernah memaksakan seseorang untuk memeluk Islam, tetapi ia pun tetap teguh pada prinsip keyakinannya meskipun kerap berkawan baik dengan sahabat-sahabat lintas agamanya.
Beliau juga juga melarang sahabatnya merendahkan dan mencaci maki tuhan-tuhan lain selain Allah SWT karena hal ini akan memunculkan sikap tidak positif yang berujung pada perseteruan baik secara teologis maupun sosial. Pun dengan rambu-rambu agama Islam yang tidak membenarkan adanya pemaksaan dalam beragama, karena agama merupakan urusan individu. Jika sifat Rasulullah SAW ini bisa diteladani dan diterapkan, hubungan yang harmonis di antara masyarakat akan semakin menguat. Membaca buku dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami ini membuat pengetahuan semakin luas tentang pribadi dan karakter Nabi Muhammad SAW.
Ia dengan mudahnya membagi kasih sayang pada siapa pun tanpa memandang latar belakang, pun dengan dirinya yang tak pernah marah apabila pribadinya dicaci dan dihina kecuali Islam yang dihina, kerap mendahulukan musyawarah sebagai langkah utama penyelesaian masalah, bukan malah main hakim sendiri. Ia tak sungkan mendengar pendapat orang lain, bahkan yang berbeda keyakinan dengannya. Rasanya semakin mengenal sosok nabi terakhir ini membuat sifat tenggang rasa dan toleransi justru semakin kuat. Bukan membuat goyah prinsip keyakinan, justru menambah kuat dan cinta akan ajaran Islam yang santun dan halus. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved