Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KEBIASAANNYA melihat neneknya menjahit memancing rasa ingin tahunya. Ia pun mulai menjajal dunia jahit-menjahit dan menjadi hobinya. Sejak sekolah dasar ia sudah bisa merajut boneka dan saat SMP sudah menjahit seragamnya sendiri. Kini baju seragam yang dipakai cucu dan anaknya dulu merupakan hasil jahitannya. Dengan menjadikan hobi sebagai pekerjaannya, tentu Sri Pangestuti tidak pernah merasa terbebani oleh orderan jahitan. Namun, belakangan ini Pangestuti mengaku mengurangi kegiatannya menjahit.
Ia lebih fokus untuk beribadah. Apalagi, dalam urusan menjahit, ia tidak mau tergesa-gesa dalam pengerjaannya. Ia selalu mengedepankan kepuasan pelanggannya dengan hasil jahitan tangannya yang maksimal. Khusus di bulan Ramadan ia mengembangkan keterampilan yang lagi-lagi dari hobinya sejak kecil melihat sang nenek membuat kue. "Saat bulan Ramadan, saya tidak menerima orderan menjahit karena saya beralih untuk membuat kue kering dan menjualnya," kata Pangestuti. Profesi itu memang telah ia lakukan sebelum suaminya meninggal.
Ia memanfaatkan keterampilannya dan beradaptasi dengan baik untuk mencari nafkah bagi keluarga. Baginya, menjahit dan membuat kue sudah cukup untuk menghidupi keluarganya. Bahkan kadang-kadang saat anaknya sekolah, kuenya dijajakan sang anak di sekolah. Tidak ada yang berbeda saat bersama atau ditinggal suaminya, kecuali ia harus kerja keras untuk mengangkat derajat keluarganya dengan menjadi seorang pegawai tata usaha sebuah SMK di Depok. Bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jalan itu menjadi jembatan dirinya memberikan ilmu kepada anaknya.
"Saya lakukan demi masa depan anak. Saya tidak dapat membekali apa-apa kecuali ilmu. Ilmu tidak akan pernah bisa dicuri," kata Pangestuti yang sudah pensiun sejak 2011. Pangestuti mengaku bisa mendapatkan akses buku pelajaran dan ilmu dari sekolah tersebut untuk anaknya. Lewat prinsip dan didikannya, kedua anaknya mendapatkan pengalaman dan paham betul perjuangan seorang perempuan. "Ibu memang sosok perempuan yang sempurna. Ia memperjuangkan kami dari segala sisi baik pendidikan ataupun lainnya," kata Nita, anak pertamanya.
Nita dan Nia, anak bungsunya, kini terbilang sukses dalam karier mereka. Nita sempat mengenyam pendidikan di Singapura lewat pertukaran pelajar jurusan perhotelan.
Ia juga pernah bekerja di beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. Kini ia sedang fokus mendidik anak-anaknya. Nia, anak kedua, menjadi guru bahasa Jepang di salah satu sekolah di Depok. "Banyak yang bilang saya ini hebat karena bisa menyekolahkan anak di luar negeri. Setiap anak memang punya rezeki masing-masing. Alhamdulillah anak saya bisa punya pengalaman bagus," kata Pangestuti.
Bahkan belakangan ini Pangestuti dibantu kedua putrinya untuk menjual beragam kerudung buatannya melalui daring. Ini sedikit membuatnya tenang tetapi tetap produkif karena kini ia tak mau memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan materi. Hal yang ia kejar saat ini ialah ibadah kepada Tuhan. Ia yakin rezekinya sudah diatur. "Saya enggak banyak menerima orderan menjahit. Saya fokus dengan ibadah seperti salat dan puasa," kata Pangestuti. (*/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved