Melepas si Anak Gadis Kembali ke Hutan

Susanto/X-7
11/6/2017 07:30
Melepas si Anak Gadis Kembali ke Hutan
(Penggagas Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) Tomy Winata (kiri) bersama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo melepaskan anak Harimau Sumatera bernama Mulli di TWNC, Tambling, Lampung, Sabtu (10/6). -- MI/Susanto)

SIANG itu Mulli, anak harimau sumatra berumur dua tahun, tampak keluar dari kandang­nya dengan berkalung GPS Tracking di lehernya.

Penggagas Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) Tomy Winata dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang membukakan pintu kandang terlihat menunggu Mulli berjalan ke arah hutan. Hari itu memang acara pelepasliaran Mulli kembali ke hutan sejak ia ditemukan Suwegnyo, salah satu pekerja konservasi TWNC pada 21 September 2015.

Mulli yang dalam bahasa Lampung berarti anak gadis itu ditemukan tak jauh dari Pos Jaga Muara di sekitar permukiman penduduk di Dusun Pengekahan. “Awalnya saya mendengar suara harimau. Setelah saya dekati ternyata ada induk harimau dan dua anaknya. Karena saya takut, lalu saya laporkan ke petugas” ungkap Suwegnyo.

Kabar penemuan itu pun langsung ditindaklanjuti tim Artha Graha Peduli (AGP) yang menuju semak-semak tempat ditemukannya harimau. Ternyata, hanya ada satu anak harimau di balik semak berduri, sedangkan sang induk betina dan satu anaknya tak jauh dari sang anak yang terluka. Satwa langka itu hanya mengamati dari kejauhan.

“Seakan sang induk betina sengaja mengantarkan anaknya untuk diobati karena normalnya induk harimau, kalau anaknya diambil, pasti dia sudah menerkam penjaga konservasi,” ujar Tomy menguatkan kisah itu. Anak harimau yang saat ditemukan penuh luka dan dipenuhi myiasis (belatung) itu pun dibawa ke Pusat Rehabilitasi Satwa (Rescue Center) TWNC.

Setelah dua tahun menjalani masa pengobatan, karantina dengan pengawasan intensif, serta kondisi tubuh yang mulai sehat, Mulli pun siap dilepasliarkan. Ia dinilai sudah bisa bertahan hidup di hutan dan dapat menghasilkan keturunan sehingga diharapkan mampu menjaga populasi harimau sumatra di alam liar yang hingga kini masih berstatus terancam punah. TWNC kini mengelola 48.153 ha lahan dari sebelumnya 45 ribu ha. Namun, untuk mengover luas wilayah kelola tersebut dibutuhkan banyak sekali ca­mera trap (kamera pengintai). “Selama ini sudah 39 kamera hilang. Saya menduga itu aksi para pemburu dan pembalak liar untuk menutupi aksi kejahatannya,” tegas Tomy. (Susanto/X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya