Dalam Politik,tidak Ada yang Gratis

(Henry Bachtiar/M-2)
10/6/2017 04:20
Dalam Politik,tidak Ada yang Gratis
(repro dok MI)

MESKI diberi judul Jokowi Melawan Debt Collector, buku ini tidak hanya menyajikan tulisan-tulisan Salim Haji Said mengenai Joko Widodo terkait dengan kiprahnya dalam pemerintahan. Beberapa tulisan ataupun komentar sang penulis juga mengulas sosok-sosok mulai politikus, jenderal, aktivis, tokoh agama, bahkan hingga warga biasa. Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama merupakan tulisan-tulisan Salim Haji Said yang pernah diterbitkan harian Angkatan Bersenjata semasa Orde Baru. Bagian kedua merupakan tulisan-tulisan yang diproduksi Guru Besar Ilmu Politik berlatar belakang wartawan ini pasca-Orde Baru.

Pada bagian pertama, ulasan pendiri Institute Peradaban ini memang terikat pada peristiwa aktual saat itu, ketika era Orde Baru. Namun, beberapa sosok yang diulas Salim Said pada era itu masih memikat hingga saat ini. Sebut saja sosok seperti Hoegeng, Adam Malik, dan Ali Sadikin. Bagian kedua buku ini mengulas peristiwa-peristiwa politik beserta kiprah politisi yang mewarnai panggung perjalanan bangsa Indonesia pasca-Orde Baru.

Debt collector yang dimaksud mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Ceko ini bukan dalam pengertian harfiah atau yang disebut pihak-pihak yang menagih utang. Namun, yang dimaksudnya ialah pihak-pihak yang mendukung pemerintah dalam hal ini Presiden RI Joko Widodo. Dalam politik tidak ada yang gratis. Semua bergantung pada tawar-menawar. Semakin kuat politikus menghadapi orang yang mendukung dia, semakin sedikit kemungkinan debt collector menekan sang politikus yang terpilih.

Demikian juga sepak terjang Jokowi sebagaimana diulas Salim pada bagian dua buku ini. Jokowi sebagai 'anak baru' dalam dunia politik tiba-tiba mampu memegang kuasa konstitusional sebagai seorang presiden. Dalam perjalanan pemerintahan, Jokowi dengan cerdas mampu mengelola kabinet sehingga bisa keluar dari bayang-bayang pengaruh parpol ataupun pihak-pihak yang mencoba memaksakan kehendak kepada dia. Itu, misalnya, terlihat pada saat Jokowi merombak kabinetnya, sikap ia dalam mengendalikan menteri-menterinya, kritik 'halus'-nya terkait dengan perseteruan KPK-Polri saat itu, juga cara ia menghadapi demontrasi.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya