Dulu Nakal, Kini Aktif Kegiatan Sosial

(Wnd/M-4)
10/6/2017 01:20
Dulu Nakal, Kini Aktif Kegiatan Sosial
(MI/Sumaryanto)

KENAKALAN di usia remaja membawa Hasannudin ke dalam kungkungan jeruji besi hingga empat kali. Perkaranya mulai perusakan hingga tindak kriminal, seperti pernah menusuk sembilan orang dan membacok delapan sekuriti. Ia mengatakan ketika itu dirinya sedang mencari jati diri, tidak ingin disaingi geng (kelompok) lain, dan ingin menunjukkan kelompoknya yang terkuat.

Perilakunya berubah 180 derajat saat gempa melanda daerah Yogyakarta. Hasannudin yang masih di dalam penjara tidak bisa berbuat apa-apa, sementara rumah dan lingkungan di sekitarnya hancur. Begitu masa tahanan usai, situasi pascagempa belum pulih. Ia pun mulai terpanggil untuk melakukan suatu aksi yang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Hasan mulai memanggil teman-teman kelompoknya yang masih bisa dijangkau, menjelaskan keinginannya untuk berbuat baik kepada orang lain. Ia didukung teman dan istrinya Peni Dwi Larasati.

“Saya kan titip kerjaan, yang satu diterima yang satu lagi saya malah ditantangin kalau berani datang ke sini bawa kelompokmu. Akhirnya saya datang berenam, tapi pelaku pembacokan cuma saya, kaca bank pecah tapi uang tidak saya ambil hanya saya sebar di ruangan,” cerita Hasan menge­nang masa kelamnya yang sudah berlalu. Saat ayah Mayang Bella Larasati itu merasa harus berubah, ia pun segera mengajak teman-teman kelompoknya untuk mengubah nama kelompok yang dulu Merkid dengan kepanjangan Mergangsan Kidul, menjadi Menyosong Esok Raih Kebersamaan Impikan Damai Selamanya.

Aktivitas sosial mulai dilakukan sejak 2006, seperti melakukan pengiriman air bersih ke wilayah Gunung Kidul, membangun masjid, hingga menyantuni anak di panti asuhan. Hasan yang biasa dipanggil komandan juga kerap memperhatikan kehidupan anggotanya. Isi kelompoknya tak hanya teman geng di masa lalu, tetapi juga karyawan swasta, wiraswasta, dan mantan narapidana. Semua ia rangkul dan ia bantu mencari pekerjaan.

Kini, pria kelahiran Yogyakarta, 5 Oktober 1981 itu justru menjadi teladan dari pihak kepolisian. Bersama masyarakat sekitar yang merasa senang atas perubahan pria yang dulunya kerap berbuat onar dan membuat resah warga, ia bisa mengajak orang banyak untuk berbuat baik. Sang istri, Larasati, juga menimpali, kedua orangtuanya kini selalu menanyakan kondisi Hasan. Padahal saat melamar dulu, ibu dari Larasati membuang muka, hingga Hasan harus menculik Larasati untuk dinikahi. “Saya ingin terus berbuat baik, dan semoga banyak yang terus mendukung,” ujar ketua Merkids yang kini memiliki anggota sejumlah 1.185 orang. Tak ada pembedaan agama, suku, ras, hingga pilih­an partai politik. Saat berada di Merkids, semua saudara tanpa perbedaan. (Wnd/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya