Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
BANYAK orang pesimistis terhadap perkembangan daerah Kulon Progo yang masuk Provinsi DI Yogyakarta. Hal itu membuat salah satu pemudinya berkeras membuktikan ketidakbenaran pernyataan tersebut. Lia Andarina Grasia mulai mendirikan Komunitas Bule Mengajar sejak 2014 seusai menamatkan jenjang strata satu dan dua di bidang pariwisata. Lia terpikir membawa masuk warga negara asing ke daerahnya sebagai langkah promosi pariwisata. Saat mereka dibawa mengunjungi sekolah dan lingkungan tempat tinggal, reaksi anak-anak justru terkejut berlari dan ada pula yang menangis.
Perempuan berusia 26 tahun itu tidak putus asa. Ia semakin semangat membawa lebih banyak warga negara asing (WNA) agar masyarakat terbiasa dengan kehadiran bule-bule tersebut. Kini masyarakat sudah terbiasa. Anak sekolah mulai mendapatkan banyak ilmu dari bule-bule yang singgah, baik itu pelajaran bahasa Inggris, pengenalan kebudayaan, maupun pariwisata di tempat WNA itu berasal. Hingga hari ini bule yang terlibat mencapai 142 orang dari 29 negara.
“Tidak hanya mengajar, mereka juga tinggal bersama warga, bertukar wawasan tentang budaya juga pariwisata. Bule itu malah senang saat diajak mengajar daripada berwisata,” ungkap Lia yang datang dengan mengenakan batik cokelat. Tak semua WNA bisa langsung mengajar di tingkat SMP dan SMA. Lia dan tim menyeleksi mereka terlebih dulu. Batasan usia 18-45 tahun, lalu Lia akan menanyakan perihal tujuan kedatangan WNA ke Indonesia, alasan ingin mengajar, hingga apa yang akan diajarkan WNA tersebut. Kedatangan bule-bule tersebut juga memberikan dampak perekonomian bagi masyarakat karena mereka harus membayar sejumlah yang ditentukan. Nantinya mereka pulang dengan membawa suvenir produk lokal.
Kedatangan bule ke Kulon Progo pun sempat menuai masalah imigrasi dan kepolisian. Kesalahpahaman disebabkan nama komunitas. Pihak imigrasi menyangka bule tersebut mendapatkan pemasukan dari proses mengajar di desa. Mengetahui masalah itu, Lia lantas mendatangi kantor imigrasi dengan membawa dokumen lengkap dan menjelaskan bule tersebut yang harus membayar untuk bisa mengajar di Kulon Progo. Sementara itu, dengan pihak kepolisian, dirinya selalu diminta melaporkan setiap ada bule yang masuk dan tinggal di Kulon Progo untuk menciptakan keamanan bersama.
“Tim kami enggak ada yang memiliki dasar hukum. Jadi, saat ditanyakan terkait dengan jenis visa yang dimiliki bule tersebut kami enggak mengerti. Hingga kesepakatan tercapai, kami harus mengirimkan perizinan pada kampus bule tersebut jika masuk dalam program pertukaran pelajar. Pun dengan bule yang diundang sebuah lembaga, kami harus meminta izin terlebih dahulu kepada pengundang,” kata Lia yang datang dengan partisipan pengajar dari India, Dibya Shikha.
Beberapa kegiatan alam dan khas perdesaan yang juga dikenalkan Lia ialah perihal mencabut rumput serta menangkap ayam untuk dimasukkan ke kandang. Kegiatan ini rupanya membuat bule-bule itu bahagia dan memiliki pengalaman yang berkesan. Selain memberdayakan perajin lokal dan anak sekolah, Lia meminta bantuan pemuda pemudi untuk menjadi relawan mendampingi para bule tersebut. Anak-anak sekolah mulai fasih berbahasa Inggris. Petugas di kawasan wisata pun tak lagi ketakutan saat didatangi bule hingga orangtua Lia sudah mampu berbahasa Inggris. (Wnd/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved