Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
ORANGTUA seharusnya dapat mendorong karakter supaya anak merasa kompeten dengan dirinya sendiri. Kejadian bunuh diri seorang siswi di Klaten, Jawa Tengah, pekan lalu salah satu contohnya. Siswi itu diduga dimarahi orangtuanya yang disebabkan hasil nilai ujian yang dianggap tidak cukup bagus. Hal itu sebaiknya menjadi pengingat bagi para orangtua akan pentingnya memberikan dorongan penghayatan positif pada diri anak.
Psikolog keluarga Roslina Verauli menyampaikan kasus bunuh diri pada anak remaja merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup tinggi di luar negeri. Dilihat dari segi usia, remaja di atas usia 13 tahun cenderung lebih rentan untuk bunuh diri. Namun, Roslina menuturkan ada faktor lain yang membuat mereka rentan melakukan hal tersebut. Ketika anak berusia lebih dari 13, ujarnya, penghayatan tentang identitas diri sudah mulai terbentuk dan lebih independen secara emosional sehingga anak lebih rentan untuk melakukan bunuh diri kalau sebelumnya memang sudah punya faktor risiko yang memungkinkan lebih potensial terjadinya bunuh diri.
Lantas apa yang bisa dilakukan orangtua supaya faktor risiko tersebut tidak berkembang pada anak? Roslina mengatakan orangtua harus membantu anak untuk lebih menjadi resiliance atau faktor yang membuat anak mampu bertahan ketika mendapatkan tekanan, tantangan yang berat, atau masalah dalam hidup.
Roslina mengimbau supaya orangtua mengubah gaya pengasuhan. Dia melihat di Indonesia ada kecenderungan para orangtua memberikan beban berat pada anak dengan bersyarat. Contoh sederhana, orangtua baru memberikan pujian pada anak atau dinyatakan hebat kalau anak sudah memenuhi sejumlah aksi seperti yang diharapkan orangtua.
Intinya, tutur Roslina, orangtua harus mencintai anak tanpa syarat, berikan anak pujian dan bandingkanlah anak dengan dirinya sendiri, terakhir buatlah anak merasa kompeten. Potensi dan bakat anak berbeda-beda, tidak harus unggul di bidang akademis sehingga lebih baik sejak dini, anak diberi kesempatan untuk mencoba berbagai kegiatan dan mengeksplorasi potensi dirinya. (Ind/H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved