Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
INDONESIA dinilai masih minim investasi dalam hal pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Berdasarkan laporan yang dirilis IMD World Competitiveness Centre, Indonesia berada di urutan ke-59 dari 63 negara yang diukur tingkat daya saingnya atau hanya berada di atas empat negara antara lain Ukraina, Mongolia, Peru, dan Venezuela.
"Satu hal yang menjadi sorotan terkait hasil penelitian itu adalah bahwa negara-negara tersebut tidak hanya memiliki peringkat rendah dalam hal talenta, tapi juga mereka tidak berinvestasi untuk mengembangkan SDM apapun yang mereka miliki," kata Direktur IMD World Competitiveness Center Arturo Bris dalam keterangan resminya.
Menurut Bris, ada relasi antara minimnya talenta dan pelatihan dengan kurangnya ketangkasan dalam berbisnis. Ia menilai, pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah kuncinya. IMD World Competitiveness Center sendiri untuk pertama kalinya pada tahun ini menerbitkan laporan terpisah yang menilai daya saing antara negara. Indikator untuk teknologi dan infrastruktur ilmiah sudah termasuk dalam keseluruhan peringkat.
Peringkat daya saing digital tersebut, memperkenalkan beberapa kriteria baru untuk mengukur kemampuan negara dalam mengadopsi dan mengeksplorasi teknologi digital yang mengarah pada transformasi dalam praktik pemerintah, model bisnis, dan masyarakat pada umumnya.
Peringkat teratas ditempati oleh Singapura, diikuti oleh Swedia, Amerika Serikat, Finlandia, dan Denmark. Bris meyakini lembaga pemerintah yang mendukung dan menyeluruh, membantu inovasi teknologi. Singapura dan Swedia telah mengembangkan peraturan yang memanfaatkan talenta yang dimilikinya dengan mengadopsi misalnya peraturan yang memfasilitasi masuknya talenta dari luar negari yang melengkapi talenta lokal.
Sedangkan Amerika Serikat lebih banyak mengembangkan konsentrasi ilmiah dan menghasilkan gagasan dan memiliki sejarah dukungan pemerintah untuk inovasi teknologi. "Ini menunjukkan bahwa di negara-negara yang bersaing secara digital, pemerintah harus memfasilitasi penerapan teknologi baru," ujar Bris.
Terpisah, pengamat multimedia dan TIK Teguh Prasetya membenarkan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan adalah syarat untuk bisa melahirkan SDM yang berkualitas. Teguh berharap pemerintah bisa memasukkan kembali konten TIK ke dalam kurikulum pendidikan sekolah dasar dan menengah. “Jika dilihat APBN kita, 20% untuk pendidikan harusnya outputnya condong ke pembentukan SDM. Tapi, dilihat lagi, apakah porsi kurikulum TIK besar di 20% itu,” kata Teguh.
Selain fokus ke pendidikan, lanjut Teguh, agar daya saing digital meningkat, pemerintah juga bisa menggalakkan kembali transfer teknologi untuk setiap industri TIK. Meski langkah tersebut akan menyebabkan perusahaan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, itu bisa menumbuhkan kepedulian terhadap pengembangan teknologi lokal. “Lalu wajibkan penggunaan TKDN untuk memunculkan industri dan SDM lokal,” sambung dia.
“Kalau pendidikan baik, lalu transfer teknologi, hingga memunculkan para pemain lokal, bukan tidak mungkin dalam lima tahun peringkat daya saing digital Indonesia meningkat drastis. Sebenarnya tidak sulit untuk menjadikan Indonesia melek teknologi, toh kita tidak memulai dari nol karena ada sarana dan prasarana pendukung. Itu semua tinggal dibuat lebih terstruktur saja,” pungkasnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved