Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SEMBARI menunggu panggilan diangkat, jelas terdengar lantunan lagu yang mengugah semangat. Meski berbahasa Arab, lagu itu seolah punya pesan kuat. Ada semangat dalam setiap liriknya.
“Ya ahlal wathan ya ahlal wathan ya ahlal wathan. hubbul wathon minal iman.” Sebait lagu itu terasa menyentuh. Apalagi ketika sampai pada kalimat Hubbul wathon minal iman yang berarti cinta Tanah Air sebagian dari iman. Bait itu seolah menjadi peneguh bahwa berbangsa dan bernegara ialah sebuah bentuk perwujudan dari iman.
Lagu itu berjudul Ya Ahlal Wathon yang digubah KH Abdul Wahab Chasbullah jauh sebelum Indonesia merdeka pada 1914. Itu ialah dering ponsel milik Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud saat dihubungi kemarin (3/6).
“Saya dari pesantren, saya bangsa Indonesia, saya Pancasila,” begitu menurut KH Marsudi Syuhud saat menjelaskan hubungan antara Pancasila dan pesantren. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ber-Pancasila dalam pesantren bisa diwujudkan melalui banyak hal. Yang terpenting, “Berpancasila itu dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Itu artinya sudah termasuk ber-Pancasila. Itu diajarkan semua setiap pesantren,” tegasnya.
Menurutnya, melaksanakan ajaran-ajaran Islam seperti itu sudah diajarkan di setiap pesantren yang berbasis Nahdhatul Ulama (NU). Artinya, pesantren itu sudah ber-Pancasila dan tidak ada satu pun pesantren NU yang bertentangan dengan Pancasila dan NKRI.
“Di bawah NU ada 364 pesantren yang begitu,” tegasnya.
Ketua Pusat Kajian Pancasila UGM Heri Santoso mengungkapkan hal senada. Menurutnya, Pancasila merupakan bentukan dari para ulama nasionalis-religius. Pancasila dan Islam tidak bertentangan. “Nilai-nilai Pancasila itu digali dari Islam untuk diterapkan dalam negara bernama Indonesia,” terang Heri.
Menurutnya, dihapusnya tujuh kata dalam Piagam Jakarta dapat dianalogikan sebagai wakaf umat Islam. “Negara ini enggak akan terbangun jika tidak ada yang wakaf. Pancasila itu wakafnya umat Islam waktu itu,” tegasnya.
Artinya, Pancasila sekarang ialah wakaf yang harus senantiasa dirawat oleh generasi sekarang dan generasi masa depan. Apalagi untuk para kalangan pesantren yang merupakan penerus dari para ulama terdahulu. (Zuq/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved